Prodi Antropologi UGM Masuk 100 Besar Dunia, Ini Fakta di Baliknya
Pencapaian itu cukup membanggakan karena sangat jarang program studi di Indonesia yang masuk 100 besar dunia
Pencapaian itu cukup membanggakan karena sangat jarang program studi di Indonesia yang masuk 100 besar dunia
Prodi Antropologi UGM Masuk 100 Besar Dunia, Ini Fakta di Baliknya
Universitas Gadjah Mada kembali memperoleh pencapaian positif yang bikin bangga. Pada Kamis (18/4), Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) menduduki peringkat 51 dunia, dengan kata lain masuk dalam peringkat 100 besar dunia.
-
Siapa ilmuwan terbaik di Universitas Gadjah Mada? Jumlah ilmuwan dalam indeks : 497 Ilmuwan terbaik dalam institusi : Abdul Rohman
-
Mengapa ilmuwan UGM masuk dalam daftar berpengaruh? Para ilmuwan tersebut dinilai berdasarkan hasil penelitian dan dampak sitasi karya ilmiah mereka, yang menunjukkan seberapa sering karya mereka dirujuk oleh peneliti lain.
-
Apa keunggulan utama UGM dalam peringkat kampus dunia? Dalam Times Higher Education World University Rankings (THE WUR) 2024 yang dirilis beberapa waktu lalu, UGM berada pada kelompok perguruan tinggi peringkat 1.201-1.500 dunia. Di Indonesia, berdasarkan hasil perolehan skor keseluruhan UGM menduduki peringkat terbaik kedua, dan menjadi yang paling unggul pada kategori penilaian bidang industri.
-
Kenapa AD Scientific Index 2024 memilih UGM sebagai universitas terbaik? AD Scientific Index menggunakan sistem pemeringkatan yang unik dengan menganalisis sebaran ilmuwan dalam suatu institusi menurut persentil 3, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 90.
-
Siapa dosen UGM di bidang Geografi yang berpengaruh? Aris Marfai dari Fakultas Geografi mengungkapkan rasa syukurnya dapat menjadi bagian dari 2 persen ilmuwan paling berpengaruh di dunia.
-
Bagaimana cara UGM diakui di kancah internasional? Peringkat tersebut didasarkan pada analisis dampak sitasi di berbagai disiplin ilmu yang diambil dari database Scopus.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM Prof Setiadi mengatakan bahwa pencapaian itu membanggakan karena sangat jarang program studi di Indonesia yang masuk 100 besar dunia.
“Bagi FIB, pencapaian ini menjadi pemicu sekaligus pembelajaran agar prodi lain bisa masuk kategori yang sama,” kata Prof Setiadi dikutip dari ANTARA.
Berikut selengkapnya:
Menurut Prof Setiadi, Prodi Antropologi UGM sangat pantas masuk dalam peringkat tersebut karena sangat produktif dalam publikasi dan riset-riset kolaboratif di level internasional.
Dia menilai, Prodi Antropologi UGM punya tradisi ilmiah yang sangat membanggakan karena riset-risetnya telah dipublikasikan dan berkolaborasi dengan berbagai negara. Selain itu, bidang pertukaran kerja sama dosen dan mahasiswa juga rutin dilakukan.
Ia menyadari bahwa keberhasilan tersebut tidak lepas dari keunggulan penilaian dari sisi akademik, publikasi, jumlah sitasi, dampak, hingga kualitas lulusan yang dihasilkan. Dukungan yang diberikan FIB UGM dalam ketersediaan dana riset, membuka peluang kerja sama, serta pengembangan SDM untuk studi lanjut sangat mendukung prodi tersebut semakin maju dan bertaraf internasional.
“Apalagi kita di FIB sudah memiliki kewajiban untuk menetapkan dosen wajib lulus S3 dan rekrutmen dosen baru juga wajib sudah bergelar doktor,” kata Setiadi.
Dari sisi SDM, Setiadi menyebutkan saat ini Prodi Antropologi memiliki lima orang guru besar, 11 orang dosen bergelar doktor, dan empat dosen tengah menempuh pendidikan S3.
"Diharapkan awal tahun 2025, 100 persen dosen Antropologi sudah berlatar belakang doktor semua," katanya dikutip dari ANTARA.
Terkait dengan upaya mendorong publikasi riset, Setiadi mengungkapkan bahwa FIB UGM dalam lima tahun terakhir rutin menggelontorkan dana hibah penelitian untuk semua dosen. Bahkan untuk saat ini fokus hibah penelitian diprioritaskan pada pendanaan penelitian kolaboratif internasional, nasional, dan antar-universitas.
"Kami selalu mendorong dosen mengambil hibah penelitian internasional dengan mengalokasikan anggaran lebih besar. Hibah ini bebas diambil oleh semua dosen FIB. Harapannya publikasi internasional kita semakin bertambah," ujar Setiadi.
Komitmen Hasilkan Antropolog Handal
Dilansir dari Ugm.ac.id, pendidikan antropologi di UGM diarahkan untuk menghasilkan antropolog yang punya kemampuan handal dalam mengkaji dinamika masyarakat dan budaya melalui pendekatan inklusif, reflektif, dan dialektis.
Inklusif artinya para antropolog tidak hanya berfokus pada masyarakat dan fenomena budaya tertentu saja, namun juga melihat realitas bahwa masyarakat terhubung secara dinamis dengan masyarakat dan fenomena budaya lainnya.
Reflektif artinya para antropolog tidak memandang masyarakat dan budaya lain hanya sekadar fakta di luar diri para antropolog, namun juga sebagai pengalaman yang melekat pada diri mereka sendiri.
Dialektis artinya antropolog tidak hanya melahirkan karya analisis budaya, namun juga kritik budaya sebagai reaksi terhadap pemikiran dan praktik budaya yang ada.