Sosok Madina Salma, Desainer Disabilitas Asal Semarang yang Tak Pernah Berkecil Hati untuk Berkarya
Madina Salma Tsuraya membagikan kisahnya sebagai fashion desainer disabilitas yang berhasil menembus batas.

Keterbatasan tak menjadi penghalang bagi Madina Salma Tsuraya untuk berkarya. Penyandang disabilitas tuli ini telah menekuni dunia fashion desain sejak lulus sekolah menengah atas.
Ketekunannya dalam merintis bisnis fashion sejak 2015 kini berbuah manis. Dalam sebulan omzet yang didapatkan perempuan kelahiran 19 Februari 1996 ini mencapai Rp20 juta.
Selain itu, hasil karya Madina Salma juga berhasil menembus pasar internasional. Produk fashion yang dihasilkan terjual hingga Singapura, Jepang, Prancis dan negara lain berkat mengikuti komunitas fashion dari UNESCO.
Jalan panjang tentu saja telah dilalui perempuan berusia 28 tahun ini. Saat ditemui Merdeka.com di galeri sekaligus kediamannya daerah Pedurungan, Semarang pada Rabu (12/2), Madina Salma membagikan kisahnya sebagai fashion desainer disabilitas.
Berkebutuhan khusus tak membuat Madina Salma berkecil hati untuk mengembangkan bakat di bidang fesyen. Semangat untuk terus berkarya dan dukungan orang terdekat membuatnya percaya diri menampakkan langkah menjadi fashion desainer ternama hingga internasional.

Perjalanan Awal Madina Salma
Dalam memulai bisnis fashion sebagai desainer, Madina Salma mengaku terinspirasi dari tantenya atau yang Ia sebut Mami. Tante Madina Salma merupakan seorang fashion desainer yang tinggal di Paris, Prancis.
"Tante kuliah di Paris, S2 sekolah mode di Paris, punya galeri di Paris." ungkap Madina.
Sosok itulah yang kemudian 'memecut' Madina untuk belajar fashion dan desain. Ia mengaku belajar menjahit pertama secara autodidak menggunakan mesin jahit milik tantenya.
"Dulu belajar sendiri lihat Youtube pakai mesin jahit milik Mami itu, alhamdulillah mulai bisa menjahit dalam beberapa minggu aja." cerita Madina mengenang awal mulai belajar menjahit. Tak hanya menjahit, Ia juga membuat desain, konsep hingga sketsa rancangannya sendiri.

Produk Pertama Madina Salma
Usai lihai menjalankan mesin jahit dan memahami beberapa pola, Madina kemudian mencoba memproduksi gamis. Gaun panjang yang kala itu Ia jual seharga Rp250 ribu kemudian ditawarkan kepada tetangga saudara dan mendapat respons positif.
“Produk pertama itu baju gamis buat lebaran ditawarin ke tetangga, saudara alhamdulillah laku, terus pada tanya 'kamu bisa jahit' setelah itu pada pesen" papar Madina.
Sejak saat itu, jumlah pesanan yang Ia terima pun semakin meningkat. Produk yang dihasilkan juga semakin beragam seperti kemeja, blouse, hingga outer.
Madina juga terus mengasah kemampuannya menjahit dan membuat desain dengan mengikuti beberapa pelatihan. Produk karyanya pun makin beragam tak terbatas pada produk daily wear saja melainkan juga menerima pesanan baju pengantin.
"Pernah ada yang pesen baju pengantin, itu pesanan baju pengantin pertama kali, prosesnya lama banget, pasang payet sampai satu bulan." ungkap Madina menceritakan proses pengerjaan baju pengantin.

Kendala dan Tantangan yang Dihadapi Madina Salma
Lebih lanjut Madina mengaku menemui beberapa kendala saat membuat pesanan baju pengantin dibanding saat membuat produk daily wear. Baginya diperlukan keahlian khusus dan ketelitian untuk membuat pola kebaya yang fit body dan cantik saat dikenakan.
"Bikin pola kebaya itu susah banget, ada cara khusus biar hasilnya bagus" jelasnya.
Menghadapi kendala tersebut tak membuat Madina patah semangat. Ia justru semakin termotivasi untuk belajar lebih banyak lagi terkait dunia fashion dan desain. Untuk mengasah kemampuan, Ia juga kerap mengikuti kompetisi hingga meraih banyak penghargaan

Selain kendala teknis, kemampuan mendengarnya yang sedikit berbeda dari kebanyakan orang juga turut menjadi tantangan bagi Madina saat berkomunikasi dengan klien. Selama ini Ia berkomunikasi dengan membaca gerak bibir lawan bicara.
Saat klien berbicara terlalu cepat Madina mengaku kesulitan untuk memahami apa yang diinginkan klien. Jika hal itu terjadi, Ia akan meminta klien untuk menuliskan apa yang diinginkan agar tidak terjadi miskomunikasi.
Sejauh ini cara tersebut dirasa efektif bagi Madina untuk memahami keinginan klien. Semua pesanan yang masuk juga berhasil diselesaikan dengan baik tanpa komplain.

Support BRI untuk Madina Salma
Berbagai cara dilakukan Madina untuk mengembangkan bisnis. Ia juga kerap mengikuti kompetisi dan pameran agar produk yang dihasilkannya semakin banyak dikenal.
Selain itu, Ia juga mendapat banyak support dari berbagai pihak untuk memasarkan produk, termasuk dari BRI RO Semarang. Madina mengaku kerap mendapat tawaran untuk mengikuti pameran yang diselenggarakan BRI.
"Bantuan dari BRI itu diajak pameran, expo-expo itu biasanya dari BRI. Dari situ alhamdulillah makin terkenal." jelas Madina terkait bentuk kerjasama brand fashion miliknya dengan BRI.

Pada gelaran BRI UMKM EXPO(RT) 2025 yang berlangsung pada 30 Januari hingga 2 Februari lalu, brand MADINASALMA milik Madina juga turut menjadi salah satu partisipan. Hasil karya dengan ciri khas sentuhan unsur Indonesia membuat produk-produk Madina dilirik para fashion enthusiast.
Support dari BRI dengan menggandeng untuk mengikuti berbagai expo juga turut membuat brand MADINASALMA makin dikenal. Hal tersebut tentu saja sejalan dengan komitmen BRI untuk terus mendampingi pelaku usaha agar semakin berkembang.
“Kami berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM, tidak hanya berupa modal usaha saja tapi juga melalui pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya sehingga UMKM dapat terus tumbuh dan semakin tangguh,” ungkap Direktur Bisnis Mikro BRI Supari dikutip merdeka.com dari laman bri.co.id
BRI UMKM EXPO(RT) 2025 menjadi wadah untuk para pelaku UMKM untuk menampilkan beragam produk unggulan yang mereka miliki. Pada 2025 ini, acara tahunan yang diselenggarakan BRI menampilkan lebih dari 1000 UMKM dalam lima kategori utama, Home Decor & Craft, Food & Beverage, Accessories & Beauty, Fashion & Wastra, dan Healthcare & Wellness.