Fakta Unik Wayang Uwuh dari Jogja, Terbuat dari Bahan Dasar Sampah
Merdeka.com - Saat ini, Kota Yogyakarta sedang bergelut dengan permasalahan sampah yang semakin darurat. TPA Piyungan yang menjadi tempat penampungan sampah dari Kota Yogyakarta sudah melebihi kapasitas dan kemungkinan tidak lagi mampu menampung sampah dalam waktu dekat.
Oleh karena itu warga dituntut kreatif dalam mengelola sampah. Salah satu kreativitas itu ditunjukkan oleh Iskandar Hardjodimuljo. Sudah sejak tahun 2013 ia menekuni bidang pembuatan wayang. Uniknya dia membuat wayang dari bahan dasar sampah.
“Bahan bakunya dari lingkungan sekitar rumah saja. Kadang kertas kotak makan atau botol plastik,” kata Iskandar dikutip dari ANTARA pada Selasa (17/1).
-
Siapa yang membuat wayang kulit jagung? 'Nama Wayang ini adalah SHM, ini punya arti Sukaesih Harus Mandiri, karena saya membuat wayang kulit jagung ini seluruhnya seorang diri,' terangnya
-
Apa jenis wayang khas Jakarta? Di sana terdapat tradisi wayang khas bernama Golek Lenong Betawi.
-
Dimana wayang kulit jagung dibuat? Cara membuatnya bisa dilakukan sendiri di rumah. Esih memulainya dengan mengumpulkan kulit jagung di lingkungan sekitarnya, lalu dijemur hingga mengering.
-
Siapa yang mewariskan keahlian membuat wayang kulit? Keahlian membuat wayang kulit sudah diwariskan secara turun temurun sejak tahun 1930-an.
-
Siapa yang biasanya memainkan wayang? Umumnya, orang yang memainkannya dikenal dengan sebutan dalang.
-
Bagaimana cara membuat wayang kulit jagung? Esih memulainya dengan mengumpulkan kulit jagung di lingkungan sekitarnya, lalu dijemur hingga mengering. Penjemuran harus dilakukan seharian penuh agar maksimal. Kemudian, kulit jagung diberi warna dan dihias dengan kain perca seukuran 15 cm sesuai model dan ukuran. Kemudian, Esih menggambungkan bahan tersebut memakai perekat hingga membentuk model wayang kulit.
Berikut selengkapnya:
Buat Wayang dari Sampah
©Instagram/@wayanguwuh
Sehari-hari Iskandar butuh sampah-sampah anorganik sebagai bahan baku wayangnya. Wayang yang terbuat dari bahan baku seperti kertas kotak makanan atau plastik botol minuman itu kemudian dikenal sebagai wayang uwuh. Dalam bahasa Jawa, “uwuh” berarti sampah.
Menurutnya, orang cenderung tidak akan melirik sampah kertas atau botol plastik yang sudah teronggok kotor dan lusuh di tempat sampah. Tetapi saat sampah itu disulap ke dalam bentuk lain, maka masyarakat tertarik untuk memilikinya. Apalagi wayang uwuh hasil karyanya tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan wayang yang terbuat dari kulit atau kayu yang harganya jelas lebih mahal.
Pameran di Luar Negeri
©Instagram/@now_jakarta
Kiprah Iskandar untuk menyelamatkan lingkungan sekaligus menjaga tradisi melalui wayang uwuh mengantarnya melanglang buana ke berbagai negara untuk memamerkan hasil karyanya. Pada tahun 2017 lalu, karyanya sempat dipamerkan di Bangkok dalam sebuah pameran tunggal dan workshop selama dua pekan. Bahkan karyanya juga melanglang buana hingga Prancis dan ada pula yang menjadi koleksi museum etnografi di Belanda.
Beberapa mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi pun tertarik untuk mengupas sepak terjang pria 60 tahun itu. Salah satunya adalah Adrian, mahasiswa dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Tak hanya sebagai seniman, di mata Adrian Iskandar adalah pria yang membawa isu lingkungan hidup bagaimana menjaga bumi agar tetap lestari.
Mahasiswa jurusan psikologi itupun kagum dengan kegigihan dan semangat yang ditujukan Iskandar untuk melakoni dua peran sekaligus, yaitu sebagai seorang aktivis lingkungan dan seniman.
Punya Nilai Jual Tinggi
©Instagram/@ayojagabumi.id
Satu wayang uwuh yang dibuat Iskandar dijual dengan harga Rp25 ribu atau Rp50 ribu, tetapi ada pula yang dijual dengan harga Rp1 juta, tergantung besar wayang dan tingkat kesulitan serta kerumitan selama proses pembuatannya. Ia memastikan wayang hasil karyanya tetap memiliki ciri khas dari setiap tokoh wayang, khususnya pada bagian raut muka yang menjadi simbol utama dari tokoh wayang yang digambarkan.
Sementara untuk warna-warnanya yang dipilih sudah menjadi ciri khas yang melekat pada Iskandar. Hal ini justru membedakannya dengan seniman-seniman lain. Ia berharap seluruh masyarakat dapat mengolah sampah dengan baik. Ia khawatir, bila permasalahan sampah ini tidak bisa ditangani secepatnya, anak-anak di Indonesia akan tumbuh dikelilingi dengan permasalahan sampah. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa produk yang dihasilkan rupanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi, seperti jam dinding hingga mainan wayang plastik.
Baca SelengkapnyaSejumlah karya Wahyu merupakan visualisasi dari para tokoh terkenal, mulai dari mantan Presiden RI ke-4, K.H Abdurahman Wahid (Gusdur).
Baca SelengkapnyaSelama periode Januari-September 2023, Baruwani telah berkontribusi mengolah sedikitnya 700 ton sampah organik menjadi kompos dengan penurunan gas metana.
Baca SelengkapnyaIa pun pernah mengantongi omzet hingga Rp1 juta dari wayang kulit jagung ini
Baca SelengkapnyaSesuai namanya, Wayang Bambu terbuat dari bambu yang dibentuk menyerupai sosok Wayang Golek yang sudah populer di tanah Pasundan.
Baca SelengkapnyaJenis wayang kulit di Indonesia tersebar di beberapa daerah. Setiap daerah memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing.
Baca SelengkapnyaPerajin asal Medan membuat inovasi kreatif, yaitu membuat kerajinan boneka dari limbah kertas koran.
Baca SelengkapnyaPerlu diketahui bahwa sebenarnya tokoh-tokoh wayang ini ada banyak dan dibagi menjadi beberapa kategori, apa saja?
Baca SelengkapnyaSebagian besar masyarakat di dusun tersebut berprofesi sebagai pengrajin wayang kulit. Keahlian mereka sudah diwariskan secara turun-temurun
Baca SelengkapnyaWalaupun tidak seramai dulu, abah Djani tetap setia menjadi pembuat wayang golek Purwakarta
Baca SelengkapnyaDisebut sebagai seni pertunjukan awal masuknya islam, wayang Krucil berkembang di kalangan petani dan masyarakat pegunungan, khususnya di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaPragaan busana ini juga dijadikan kampanye agar warga makin mencintai lingkungan
Baca Selengkapnya