Cerita Abah Djani Bertahan jadi Pembuat Wayang Golek Purwakarta, Setia Lewati Masa-masa Sulit
Walaupun tidak seramai dulu, abah Djani tetap setia menjadi pembuat wayang golek Purwakarta
Walaupun tidak seramai dulu, abah Djani tetap setia menjadi pembuat wayang golek Purwakarta
Cerita Abah Djani Bertahan jadi Pembuat Wayang Golek Purwakarta, Setia Lewati Masa-masa Sulit
Sosok abah Djani tetap setia membuat wayang golek ukir Purwakarta, walau usianya sudah tidak muda. Ia ingin kesenian leluhur itu bisa terus bertahan dan dikenal oleh banyak orang.
-
Siapa yang mewariskan keahlian membuat wayang kulit? Keahlian membuat wayang kulit sudah diwariskan secara turun temurun sejak tahun 1930-an.
-
Siapa yang mengenalkan wayang golek Betawi? Wayang golek Betawi sebelumnya dikenalkan oleh seniman Tizar Muhammad Purbaya, yang sudah lama menetap di Jakarta jadi penyuka barang antik.
-
Bagaimana cara pembuatan Wayang Kulit Purwa Cirebon? Dalam laman cirebonkota.go.id, disampaikan bahwa wayang kulit Purwa awalnya dibuat dari kulit hewan ternak seperti sapi maupun kerbau.
-
Siapa yang membuat wayang kulit jagung? 'Nama Wayang ini adalah SHM, ini punya arti Sukaesih Harus Mandiri, karena saya membuat wayang kulit jagung ini seluruhnya seorang diri,' terangnya
-
Bagaimana wayang golek Betawi menampilkan emosi? Wayang golek lenong Betawi ini bisa mengeluarkan air mata saat menangis bahkan mengeluarkan darah ketika berkelahi.
-
Bagaimana warga Pucung melestarikan wayang kulit? Tak hanya membuat wayang, bahkan warga Dusun Pucung sampai sekarang masih melestarikan tradisi pementasan wayang.
Wayang golek ukir dibuat abah Djani sejak puluhan tahun silam. Ia membuatnya menggunakan bahan-bahan unggul, agar wayang yang dihasilkan tetap berkualitas.
Tempat tinggal abah Djani di Desa Sukamaju, Kecamatan Sukatani sendiri merupakan sentra pembuatan wayang golek ukir yang kesohor di Kabupaten Purwakarta. Berikut selengkapnya.
Sudah membuat wayang sejak usia remaja
Mengutip Liputan6, abah Djani diketahui sudah membuat wayang ukir sejak usia remaja.
Dia yang kini berusia 62 tahun itu terhitung aktif membantu pembuatan wayang pada 1970-1980 an.
Ketika itu kampungnya dikenal sebagai pembuat wayang golek dengan kualitas terbaik. Tak hanya perseorangan, wayang dari kampungnya juga dipesan dalang-dalang terkenal macam Asep Sunarya.
Jadi sentra wayang golek
Dahulu, kampung tersebut juga menjual wayangnya ke kolektor dan dalang-dalang dari luar daerah.
Gambar: Ilustrasi wayang golek
Bahkan wayang golek ukir jadi semakin termahsyur karena hampir seluruh warga di Desa Sukamaju membuatnya dengan berbagai kreasi yang khas.
"Sekarang mah, perajin yang masih konsisten bisa dihitung jari," kata abah Djani
Bakatnya didukung sang kakek
Ketertarikan abah Djani dimulai saat sang kakek yang merupakan pembuat mengenalkan berbagai macam tokoh wayang golek.
Ia kemudian tertarik dengan tokoh Astrajingga (si Cepot) yang dikenal unik dan meminta untuk dibuatkan. Namun sang kakek menolaknya.
Dengan rasa penasaran yang tinggi, ia kemudian didorong oleh sang kakek untuk mencoba membuatnya sendiri sehingga jadilah sosok Astrajingga setelah beberapa kali mencoba.
Sempat belajar dengan dalang di Bogor
Merasa ingin mengetahui tentang wayang golek lebih dalam, ia kemudian mencari dalang-dalang yang dianggap bisa dijadikan guru.
Sampai beberapa saat dirinya bertemu sosok dalang Ahim yang bertempat tinggal di Bogor. Di sana ia belajar dan mendalami tokoh pewayangan golek hingga mahir membuatnya.
Dalang Ahim, merupakan seorang dalang sepuh di daerah Bogor. Abah lumayan cukup lama belajar tentang pewayangan dari beliau," katanya
Berangkat ke Bali
Selama di tempat dalang Ahim, Djani lantas dipercaya untuk membuat wayang di setiap pertunjukkan. Dalang Ahim menyukai hasil karya Djani karena dikenal bagus.
Setelahnya dia tidak langsung puas, dan terus belajar hingga menjadi pembuat wayang ukir profesional.
Tak sia-sia, abah Djani bahkan sampai diundang untuk membuat wayang golek dan dipamerkan di Gianyar, Bali.
Sempat alami masa-masa sulit
Selama puluhan tahun, abah Djani tidak selalu merasakan berbagai kemudahan. Banyak kondisi sulit sehingga popularitas wayang golek khas Purwakarta ini turun.
Dirinya mengakui jika salah satu penyebab kurangnya generasi muda bersinggungan dengan wayang ini dan menjadi pembuatnya lantaran proses pengukiran yang rumit.
Bahkan dari satu bonggol kayu, dibutuhkan waktu hingga 10 hari untuk membuat satu tokoh wayang golek. Walaupun sudah tidak seramai dulu, dirinya ingin tetap menjadi pembuat dan pelestari wayang golek bersama warga di Desa Sukamaju.
"Kudu leukeun (Harus teliti). Apalagi kan ini wayang khusus untuk pentas. Sehingga kualitasnya harus dikedepankan," tambahnya