Kisah Inspirasi Joko Kendang, Teruskan Usaha Sang Kakek Jadi Perajin Alat Musik Tradisional
Joko rela meneruskan usaha keluarga demi melestarikan alat musik kendang agar tidak punah.
Joko rela meneruskan usaha keluarga demi melestarikan alat musik kendang agar tidak punah.
Kisah Inspirasi Joko Kendang, Teruskan Usaha Sang Kakek Jadi Perajin Alat Musik Tradisional
Kendang merupakan salah satu alat musik tradisional Indonesia. Seiring perkembangan seni musik modern, penggunaan kendang makin jarang ditemukan, begitu pula dengan perajinnya.
-
Apa itu Gamelan Kodok Ngorek? Salah satu bukti peninggalan Sunan Kalijaga di Cirebon adalah seperangkat Gamelan Kodok Ngorek yang kini tersimpan utuh di Museum Benda Pusaka Keraton Kasepuhan.
-
Mengapa Didi Sahruwijaya membuat kendang? Ia sendiri berubah haluan menjadi perajin dan reparasi kendang setelah mengalami rasa kecewa. Pasalnya ia kerap kurang merasa puas dengan hasil kendang yang diservis di tempat lain.
-
Siapa yang membuat Gamelan Kodok Ngorek? Salah satu bukti peninggalan Sunan Kalijaga di Cirebon adalah seperangkat Gamelan Kodok Ngorek yang kini tersimpan utuh di Museum Benda Pusaka Keraton Kasepuhan.
-
Bagaimana Didi Sahruwijaya belajar membuat kendang? Jadi membuat ini kalau kebetulan ada yang memperbaiki gitu, lalu mempelajari begini-begini-begini, belajar saja,' katanya
-
Siapa yang memberi nama Joko Kendil? Joko Kendil mengatakan kalau nama aslinya adalah Kosnan. Nama 'Joko Kendil' adalah pemberian dari gurunya, Syekh Hadi Guntur.
-
Siapa yang mengajarkan Didi Sahruwijaya seni kendang? Kalau mulai di seni itu dari bapak yang jadi dalang, bapak Sahruwijaya. Tapi sekarang sedang mengulik pembuatan kendang,' kata dia
Namun bukan berarti para perajin kendang sudah tidak ada lagi. Salah satu perajin kendang yang masih eksis hingga kini terdapat di Dusun Daleman, Kelurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak. Ia adalah Joko Purnomo atau akrab disapa Joko Kendang. Ia merupakan generasi ketiga yang menekuni alat musik kendang.
Joko menjadi perajin kendang berkat usaha turun-temurun dari keluarganya. Ia menjadi perajin kendang meneruskan usaha ayahnya sejak tahun 2005.
Kerajinan kendang milik Joko sudah dirintis kakeknya sejak tahun 1950-an. Penjualan kendang itu tak hanya berada di pulau Jawa, namun sudah dipasarkan hingga Kalimantan dan Sumatra. Dalam sebulan mereka dapat memproduksi sekitar 50-100 kendang.
Harga kendang yang ia jual juga cukup beragam. Mulai dari Rp800 ribu hingga Rp5 juta tergantung ukuran dan jenisnya. Kayu pohon nangka termasuk jenis yang paling bagus menurut penuturan Joko.
Dilansir dari kanal YouTube Bantul TV, produksi kendang itu tidak ia lakukan sendiri. Badan kendang ia datangkan dari Wonogiri dan Sukoharjo. Sedangkan bagian kendang lainnya ia kerjakan bersama empat karyawan lainnya.
Konsumen kendang buatannya beragam, mulai dari paguyuban, perguruan tinggi, hingga pemerintah. Ia menuturkan jika ia tak hanya mewarisi usaha keluarganya sebagai mata pencaharian, namun juga sebagai upaya melestarikan budaya Jawa.
“Belajarnya otodidak. Kan tiap kali saya lihat, terus membantu, terus karena bapak saya sudah sepuh, akhirnya saya pegang sendiri,” kata Joko.