Terinspirasi Kota Milan, Pemuda Desa Ini Ciptakan Produk Premium Berbahan Kulit Sapi
Merdeka.com - Inspirasi untuk membuka usaha memang datang dari mana saja. Tak terkecuali yang dialami oleh pemuda desa asal Tuban, Jawa Timur, Iksanudin. Mengagumi Kota Milan, Italia, pemuda 22 tahun ini berhasil menciptakan sebuah karya premium berbahan dasar kulit sapi.
Bahkan, Iksan berhasil menciptakan berbagai produk dengan merek Coffeetime Leathergoods tersebut saat dirinya masih sangat belia yakni berusia 19 tahun.
"Usaha saya Coffeetime Leathergoods berjalan mulai Februari 2020, atau H-1 bulan sebelum virus Corona masuk Indonesia pada Maret 2020," cerita Iksanudin kepada Merdeka.com, Selasa (9/5/2023).
-
Siapa yang sukses jadi pengusaha di usia muda? Hal ini telah dibuktikan Via, yang dulunya hanya seorang pembantu dengan penghasilan Rp20.000 sehari. Namun, kini Via telah menjadi pengusaha muda yang sukses dan mandiri.
-
Apa bisnis yang sukses dikembangkan oleh Iksan Juhansyah? Bisnis ayam goreng tepung ini dikembangkan oleh Iksan Juhansyah dari seorang pemilik warung ayam goreng tepung.
-
Bagaimana Peternak muda di Nganjuk memulai bisnisnya? Untuk yang mau mulai saran saya bisa dimulai dari breeding dulu, karena saat ini beternak dengan cara penggemukan sudah sangat banyak dan modal pakannya akan sangat banyak serta konsisten.
-
Kapan Peternak muda di Nganjuk sukses? Di usia 22 tahun, Nizar mampu meraup cuan hingga ratusan juta rupiah.
-
Bagaimana Imel mengembangkan usahanya? Ia pun menjalani usaha ini sembari meneruskan studinya. Tak sekadar mencari pendapatan, Imel rupanya membawa misi khusus melalui usaha kue kering almond tersebut.
-
Bagaimana Catur memulai bisnisnya saat masih muda? 'Saya memang senang cari tambahan (uang). Dari SD sampai kuliah selalu ada yang saja jual,' ujar Catur, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Kenapa dinamakan Coffeetime Leathergoods, Iksanudin bercerita panjang lebar. "Ini adalah sebuah brand di mana saya terinspirasi dari budaya di Italia. Saya kan Milanisti, suka klub AC Milan. Saya sangat ngefans dengan Kota Milan, Italia," cerita Iksan.
©2023 Merdeka.comIksan megamati budaya di Italia terutama di Kota Milan, penduduknya kebanyakan berprofesi sebagai pengusaha. Mereka suka kerja di kafe, nongkrong sambil mengerjakan project-project besar. Gaya mereka di kafe kebanyakan memakai sepatu kulit, tas, sampul buku, tas laptop, landasan mouse, dan banyak yang mereka gunakan menggunakan bahan dasar kulit.
"Saya terinspirasi itu, lalu saya searching di Instagram ada nggak brand produk kulit yang temanya seperti demikian, dan ternyata belum ada. Akhirnya brand saya namakan Coffeetime Leathergoods, yang artinya saat ngopi-ngopi menggunakan barang barang berbahan dasar kulit," ungkap pria yang saat ini tinggal di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Tak Cuma terinspirasi dengan Kota Milan, produk-produk yang dihasilkan Iksan pun menyesuaikan dengan karakteristik negara Italia, yaitu klasik.
"Meskipun kota, tapi penampilannya masih menyukai produk-produk kulit handmade yang dijahit dengan jahitan tangan pula. Orang orang Eropa terutama Italia sangat mengapresiasi produk-produk yang dijahit manual, tapi tidak melupakan style dari mereka yaitu classic art."
©2023 Merdeka.comProduk-produk yang dihasilkan oleh Iksan adalah produk kulit sapi yang dijahit manual menggunakan tangan. Produk tersebut terdiri dari tas, dompet, strap jam tangan, strap kamera, card holder, smartphone holder dan aksesoris dari kulit asli yang disamak secara natural atau biasa disebut samak vektan/samak nabati. "Kita tidak menggunakan bahan kimia. Disamak natural," ujarnya.
Berapa omzetnya per bulan? Untuk ukuran usaha masih berumur 2 tahunan, bisnis yang dijalankan oleh Iksan lumayan berkembang. Setiap bulannya minimal usahanya beromzet Rp10.000.000.
Latar Belakang Terjun di Dunia UMKM
Iksan menceritakan latar belakang kenapa tertarik jadi pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Awalnya, ide tersebut muncul saat dia kuliah di Politeknik Teknologi Kulit Yogyakarta, atau yang biasa disebut Poltek ATK Jogja yang berada di bawah Kementerian Perindustrian. Selama kuliah, Iksan sering aktif di berbagai kegiatan kampus dan bahkan pernah ikut program inkubasi.
"Saya punya motto, karyaku harus lebih banyak dibanding usiaku. Saya ingin menciptakan karya yang besar, melampaui usiaku. Waktu itu usia saya 19 tahun. Jadi saya pengen di usia 19 tahun sudah punya bisnis. Itu motivasi saya. Karena kalau saya lulus kuliah dan bekerja, ya apa bedanya dengan kebanyakan orang," terang Iksan.
Lahir di Tuban, Jawa Timur pada 5 November tahun 2000 silam, Iksan tidak ingin seperti orang-orang di desanya yang 99 persen menurutnya bekerja sebagai petani, termasuk orangtuanya. Bahkan tak satu pun pemuda di kampungnya yang pendidikannya sampai ke perguruan tinggi.
"Sedangkan keluarga bapak saya di Kulonprogo ada yang jadi dokter, jadi tentara dan PNS. Saya akhirnya pengen kuliah. Pada tahun 2010 akhirnya saya ikut om dan bulik saya pindah ke Kulonprogo."
"Lalu SD saya di Kulonprogo, MTs di Kulonprogo, dan MAN 3 Jogja sekarang jadi MAN 3 Sleman. Lalu saya kuliah di ATK Jogja. Saya pernah jadi takmir masjid, jadi Ketua BEM, Ketua Forum Mahasiswa Kedinasan Indonesia, dan juara 1 program inkubasi," imbuhnya.
Produknya Mendunia dan Jadi Favorit Menteri Perdagangan
Iksan bercerita, saat mengikuti pameran Inacraft di Jakarta, produknya sempat mencuri perhatian Menteri Perdagangan yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan. Bahkan, Pak Menteri saat itu ingin foto bersama produk yang dia sukai yakni tas pinggang.
"Saat pameran, saya dipilih Bapak Mendag Bapak Zulkifli Hasan yang ingin berfoto dengan tas buatan saya. Alhamdulillah saya foto dengan Pak Zulkifli Hasan," cerita Iksan.
Setelah peristiwa tersebut, produk buatannya pun banyak diincar oleh konsumen, terutama konsumen mancanegara. "Produk saya dilirik orang Meksiko, Malaysia, Uni Emirat Arab, Afrika, dan lain-lain," ujarnya.
Perjalanan bisnis Iksan tidak langsung mulus. Banyak rintangan terutama saat mengikuti pameran di Jakarta dan BSD, Tangerang.
"Saya pernah diancam mau di-cut sama pesaing-pesaing saya yang juga pengen ikut pameran UKM di Disperindag. Saya harus bayar iuran sekian juta untuk transport dan menginap di hotel luxury yang menghabiskan uang sekian juta. Sedangkan saat itu modal saya buat stok produk. Saya menangis di sepanjang jalan karena hal ini," iksan bercerita.
Cerita sedihnya berubah jadi optimisme saat di Jakarta produk yang dia hasilkan diterima baik oleh konsumen dan bahkan diapresiasi oleh Menteri Perdagangan.
Ikut Program Inkubasi
Berkat ketekunannya, selain bisa ikut pameran tingkat internasional di Jakarta, Iksan lewat UMKM miliknya, Coffeetime Leathergoods berhasil terpilih sebagai salah satu peserta BRIncubator 2023 yang diselenggarakan oleh Rumah BUMN Yogyakarta.
"Saya sangat berterima kasih kepada Rumah BUMN, Mbak Condo dkk karena pelatihan ini tidak kaleng-kaleng. Saya sangat terbantu dan terima kasih atas fasilitas dari BRI terutama Rumah BUMN Jogja ini," kata Iksan.
Dalam program BRIncubator, Iksan mengaku mendapatkan banyak ilmu terutama bagaimana meningkatkan produksi, branding, serta bagaimana mengelola laporan keuangan dengan baik.
Iksan berharap ke depan pihak BRI dalam hal ini Rumah BUMN Yogyakarta dapat melanjutkan program secara kontinyu bagi UMKM, khususnya pembinaan ekspor.
"Lalu diadakan pameran yang buyernya dari luar negeri. Buyernya lokal tidak apa-apa asal pamerannya berlangsung di Jakarta, karena pameran di mana pun kalau nggak di Jakarta dipertanyakan efektivitasnya," ujarnya.
Ada satu cita-cita Iksan yang ingin dia wujudkan, yakni melakukan pameran di kota idamannya, Milan, kota yang merupakan sumber inspirasi usahanya. "Semoga terlaksana," tutup Iksan. (mdk/paw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pria asal Banyuwangi ini dulu jualan pelepah pisang door to door, kini jadi saudagar produk kerajinan yang laris di pasar luar negeri. Ini kunci kesuksesannya.
Baca SelengkapnyaDi usia 19 tahun, ia merintis usaha gelangnya sendiri tanpa menggunakan sponsor dari siapapun.
Baca SelengkapnyaBelum banyak orang yang menggeluti kerajinan karung goni bekas.
Baca SelengkapnyaMuhammad Shofiyullah memulai bisnisnya dengan jualan celana jeans kepada teman-teman kuliahnya di Malang. Kini ia jadi crazy rich daerah.
Baca SelengkapnyaNamun sekitar tahun 2014-2015, Siswanto mengalami titik terberat dalam hidupnya. Dia jatuh sakit dan bisnisnya bangkrut dan punya utang Rp1,5 miliar.
Baca SelengkapnyaSetelah berhasil membuka usaha minuman, Ilham pun memiliki keinginan untuk merambah ke usaha makanan.
Baca SelengkapnyaSeorang pemuda tepian Rawa Pening memberdayakan masyarakat dalam mengolah eceng gondok menjadi kerajinan yang punya nilai jual.
Baca SelengkapnyaBerawal dari Desa Kecil, Pria Asal Kediri Ini Mampu Dirikan Pabrik Parfum Ternama
Baca SelengkapnyaAda perabot rumah tangga sampai produk fashion berbahan anyaman yang mendunia.
Baca SelengkapnyaPerjalanan hidup Slamet yang penuh rintangan menjadikannya sebagai salah satu sosok inspiratif, terutama bagi masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi.
Baca Selengkapnya“Total karyawan gue sekarang 9 orang, dengan omset tahunan yang gue dapet sekitar Rp6 miliar," kata Ilham
Baca SelengkapnyaKisah inspiratifnya ini viral di Tiktok dan menuai pujian warganet.
Baca Selengkapnya