3 September 1971 Qatar Merdeka dari Inggris, Ini Sejarahnya
Kemerdekaan Qatar membuka babak baru dalam sejarah negara tersebut, hingga kini dikenal sebagai salah satu negara terkaya di dunia.
Qatar memperoleh kemerdekaannya dari Britania Raya atau Inggris pada 3 September 1971, menandai akhir dari era protektorat Inggris di wilayah Teluk. Sebelum kemerdekaan, Qatar berada di bawah kendali Inggris selama beberapa dekade, yang berawal dari perjanjian pada awal abad ke-20 yang menjadikan Qatar sebagai wilayah protektorat.
Perjanjian ini dibuat untuk melindungi kepentingan strategis Inggris di kawasan Teluk Persia, termasuk pengamanan rute perdagangan dan sumber daya minyak yang semakin penting di kawasan tersebut. Meskipun berada di bawah pengaruh Inggris, Qatar tetap mempertahankan kedaulatan internal dan tradisi budaya yang kuat.
-
Kapan Jamaika merdeka dari Inggris? Pada 1958, Jamaika menjadi anggota pendiri The West Indies Federation. Federasi ini merupakan persatuan politik dari berbagai pulau di Karinia yang merupakan bagian dari koloni Inggris. Merasa belum terbebas, Jamaika bersama dengan federasi membuat gerakan menuju merdeka. Namun, langkah yang lambat membuat terjadinya referendum di Jamaika kehilangan kepercayaan diri dan sebanyak 54 persen pemilih pergi. Hal tersebut membuat pemilihan tahun 1962 di Jamaika dimenangkan oleh Partai Buruh Jamaika di bawah kepemimpinan Alexander Bustamante. Kemudian tercipta Undang-Undang Kemerdekaan Jamaika yang disahkan Parlemen Inggris pada 19 Juli 1962 bahwa otoritas Inggris telah memberikan kemerdekaan pada 6 Agustus 1962. Saat itu juga, bendera Jamaika berhasil dikibarkan untuk pertama kalinya.
-
Kapan qada terjadi? Dalam konteks istilah, qada sering merujuk pada ketetapan atau kepastian suatu peristiwa yang sudah terjadi, sedangkan qadar lebih merujuk pada takdir atau ketetapan yang belum terjadi namun sudah ditetapkan oleh Allah.
-
Bagaimana Aljazair mencapai kemerdekaan? Pada tahun 1962, setelah berbagai perundingan dan tekanan internasional, Prancis dan FLN akhirnya menandatangani Perjanjian Evian pada Maret 1962. Perjanjian ini menetapkan gencatan senjata dan membuka jalan bagi referendum kemerdekaan Pada 1 Juli 1962, rakyat Aljazair memberikan suara mereka dalam referendum dan secara bulat memilih untuk merdeka.
-
Kapan Bahama merdeka dari Inggris? Pada tanggal 10 Juli 1973, Bahama secara resmi merdeka dari Inggris, menandai akhir dari era kolonial dan awal dari babak baru sebagai sebuah negara berdaulat.
-
Mengapa Adiba datang ke Qatar? Kehadiran Adiba menjadi penting lantaran dapat menjadi support system bagi Egy. Egy sendiri masih menjadi pilar utama Timnas Indonesia yang akan berlaga di Piala Asia beberapa hari ke depan.
-
Kapan kemerdekaan Palestina terjadi di masa lalu? Jika dirunut kembali ke masa lalu, kemerdekaan daerah yang berjuluk Palestina itu ternyata pernah berlangsung beberapa kali.
Keputusan Qatar untuk merdeka didorong oleh perubahan geopolitik di kawasan Timur Tengah dan keinginan untuk mengelola sumber daya minyaknya secara mandiri. Pada tahun 1971, Inggris mengumumkan penarikan pasukannya dari wilayah Teluk, memberikan kesempatan bagi negara-negara protektorat, termasuk Qatar, untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Kemerdekaan Qatar membuka babak baru dalam sejarah negara tersebut, yang kini dikenal sebagai salah satu negara terkaya di dunia berkat cadangan minyak dan gas alamnya yang melimpah. Setelah merdeka, Qatar mengalami transformasi besar dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik, termasuk pengembangan infrastruktur modern dan peran aktif dalam diplomasi internasional.
Qatar juga terus mempertahankan identitas budayanya yang unik, sambil mengukuhkan posisinya sebagai pemain utama di kancah global, baik melalui diplomasi, investasi, maupun perannya sebagai tuan rumah acara-acara besar seperti Piala Dunia FIFA 2022 lalu. Berikut sejarah perolehan kemerdekaan Qatar dari Inggris, yang menarik untuk dipelajari.
Menjadi Protektorat Inggris di Awal Abad Ke-20
Sejarah awal Qatar menjadi protektorat Inggris berdasar dari kondisi geopolitik yang kompleks di kawasan Teluk Persia pada awal abad ke-20. Pada saat itu, Qatar merupakan salah satu wilayah yang dihuni oleh suku-suku Arab yang dipimpin oleh keluarga Al Thani.
Dalam upaya mempertahankan kekuasaan dan menghadapi ancaman dari kekuatan eksternal seperti Kesultanan Utsmaniyah dan persaingan antara kelompok suku setempat, para pemimpin Qatar mulai mencari perlindungan dari kekuatan asing.
Inggris, yang memiliki kepentingan strategis di Teluk Persia karena posisinya yang penting untuk rute perdagangan dan akses ke sumber daya, melihat kesempatan untuk memperluas pengaruhnya di wilayah ini.
Pada tahun 1916, Sheikh Abdullah bin Jassim Al Thani menandatangani perjanjian dengan Inggris yang menjadikan Qatar sebagai protektorat resmi. Perjanjian ini dibuat di tengah ketegangan regional dan ancaman dari Kesultanan Utsmaniyah, yang saat itu masih berpengaruh di beberapa bagian Teluk.
Dalam perjanjian ini, Inggris berkomitmen untuk melindungi Qatar dari serangan eksternal dengan imbalan kendali atas urusan luar negeri dan kebijakan pertahanan Qatar. Sebagai gantinya, Qatar berjanji untuk tidak menjalin perjanjian dengan negara lain tanpa persetujuan Inggris, memastikan bahwa Qatar berada di bawah pengaruh politik dan ekonomi Inggris.
Protektorat ini berlangsung selama beberapa dekade dan sangat memengaruhi perkembangan Qatar, terutama dalam bidang ekonomi dan administrasi. Selama masa protektorat, Inggris juga membantu dalam penemuan dan pengembangan cadangan minyak, yang kemudian menjadi pilar utama ekonomi Qatar.
Merdeka dari Protektorat Inggris pada 3 September 1971
Disebutkan sebelumnya, pada awal abad ke-20 Qatar menjadi protektorat Inggris berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1916 antara Sheikh Abdullah bin Jassim Al Thani dan pemerintah Inggris. Perjanjian ini memberi Inggris kendali atas urusan luar negeri dan pertahanan Qatar dengan imbalan perlindungan dari ancaman eksternal, terutama dari kekuatan regional seperti Kesultanan Utsmaniyah.
Dalam kondisi ini, Qatar tetap mempertahankan otonomi dalam urusan domestik, tetapi terikat pada pengaruh Inggris dalam hal diplomasi dan pertahanan. Selama protektorat Inggris, Qatar mengalami transformasi ekonomi yang signifikan dengan ditemukannya cadangan minyak pada 1939, meskipun eksploitasi besar-besaran baru dimulai setelah Perang Dunia II.
Kekayaan minyak ini mulai mengubah Qatar dari negara yang sebelumnya bergantung pada perikanan dan mutiara menjadi salah satu pemain utama dalam industri energi. Namun, kehadiran Inggris masih kuat, terutama dalam hal pengaturan hubungan internasional dan perlindungan militer.
Pada tahun 1968, Inggris mengumumkan rencananya untuk menarik pasukannya dari kawasan Teluk Persia, sebagai bagian dari kebijakan global Inggris yang ingin mengurangi komitmen militer di luar negeri. Pengumuman penarikan ini memberikan dorongan bagi Qatar untuk mempersiapkan kemerdekaan penuh.
Pada awalnya, ada upaya untuk membentuk federasi yang mencakup Qatar, Bahrain, dan tujuh emirat lain yang kemudian menjadi Uni Emirat Arab. Namun, perbedaan pendapat dan kepentingan politik membuat rencana ini gagal. Akhirnya, Qatar memutuskan untuk merdeka secara mandiri, dan pada 3 September 1971, Qatar secara resmi mengakhiri perjanjian protektorat dengan Inggris dan mendeklarasikan kemerdekaannya.
Qatar Saat Ini
Qatar saat ini dikenal sebagai salah satu negara terkaya di dunia, dengan perekonomian yang sangat bergantung pada cadangan minyak dan gas alam yang melimpah.
Sebagai salah satu produsen gas alam cair (LNG) terbesar di dunia, Qatar telah memanfaatkan kekayaannya untuk membangun infrastruktur modern, memperkuat sektor pendidikan, kesehatan, dan pariwisata, serta menjadi pemain berpengaruh dalam diplomasi internasional.
Ibu kota Qatar, Doha, telah berkembang menjadi kota metropolitan dengan arsitektur futuristik, pusat perbelanjaan mewah, dan fasilitas kelas dunia yang menarik wisatawan dan ekspatriat dari seluruh dunia.
Secara politik, Qatar adalah monarki absolut yang dipimpin oleh Emir, yang memiliki kontrol penuh atas kebijakan negara. Meskipun memiliki Majelis Permusyawaratan (Shura), keputusan politik utama masih berada di tangan keluarga kerajaan Al Thani.
Qatar juga aktif dalam politik internasional, sering menjadi mediator dalam konflik regional dan global. Negara ini dikenal dengan kebijakan luar negeri yang independen, terkadang berbeda dari negara-negara Teluk lainnya, yang pernah menyebabkan krisis diplomatik dengan beberapa negara tetangga pada 2017. Namun, krisis ini berakhir pada awal 2021, dan hubungan diplomatik kembali pulih.
Di sisi sosial, Qatar juga berupaya mengambil peran, terutama setelah menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022 yang menempatkan negara ini di panggung global.
Namun, Qatar juga menghadapi kritik internasional terkait isu-isu hak asasi manusia, terutama terkait dengan kondisi pekerja migran, kebebasan berekspresi, dan hak-hak perempuan. Secara keseluruhan, Qatar terus bergerak maju sebagai negara yang dinamis, dengan visi untuk menjadi salah satu pusat ekonomi dan budaya terkemuka di dunia.