6 Fakta Surabaya Darurat Sampah, Bikin Lingkungan Kotor dan Bau Tak Sedap
Pemkot) Surabaya mengklaim sampah plastik di wilayah setempat menurun. Namun, fakta menunjukkan bahwa sampah organik naik berkali-kali lipat.
Surabaya darurat sampah. Begini kondisinya.
6 Fakta Surabaya Darurat Sampah, Bikin Lingkungan Kotor dan Bau Tak Sedap
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengklaim sampah plastik di wilayah setempat menurun. Namun, fakta menunjukkan bahwa sampah organik naik berkali-kali lipat.
Pengelolaan Sampah Belum Optimal
Pimpinan DPRD Kota Surabaya, Jawa Timur, meminta pemkot setempat serius mengelola sampah. Harapannya agar tidak ada lagi penumpukan sampah di lingkungan sekitar. "Ada klaim sampah plastik menurun. Di sisi lain, sampah organik naik berlipat. Harus segera dilakukan langkah terukur pengelolaan sampah," ujar Wakil Ketua DPRD Surabaya A Hermas Thony dalam keterangannya di Surabaya, Rabu (26/7/2023).
DLH Surabaya mengklaim penurunan sampah plastik di wilayah setempat mencapai 2 ton per hari. Salah satu faktor penurunan ini lantaran penerapan aturan bebas kantong plastik di toko modern dan supermarket. (Foto: Dok. Pemkot Surabaya)
Kondisi TPA Sampah Benowo
Saat ini, setiap hari ada 1.600 ton sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Benowo, Surabaya. Dari total 1.600 ton sampah di TPA Benowo, sebanyak 60 persen merupakan sampah organik dan sisa-sisa makanan. Melimpahnya sampah akan menjadi masalah serius jika sistem pengelolaan dilakukan secara manual dan tidak maksimal. Tak heran jika masih ditemui penumpukan sampah di lingkungan sekitar.
Hingga siang hari, sampah di TPS tidak segera terangkut. Akibatnya, lingkungan sekitar jadi kotor dan bau. Selain itu, banyak ditemukan truk pengangkut sampah yang hanya ditutup terpal, tidak kedap bau dan jorok melintas di sepanjang jalan hingga menuju TPA Benowo. (Foto: liputan6.com)
"Kenyataannya sampah masih menumpuk di TPA Benowo."
AH Thony menuturkan, persoalan sampah mestinya sudah selesai untuk ukuran Surabaya. Padahal indeks kualitas lingkungan hidup dalam Laporan Pertanggungjawaban Wali Kota Surabaya 2022 dinyatakan baik.
Desak Pemkot Surabaya
Pimpinan DPRD Surabaya itu mendesak pemkot segera mengkaji serius pengelolaan sampah. Harus dilakukan evaluasi penyebab sampah menumpuk di Kota Surabaya. Menurutnya, penumpukan sampah bukan fenomena biasa. Langkah mitigasi lingkungan harus dilakukan setiap saat. Tidak boleh hanya selesai pada tingkat seremoni publik.
Thony mengingatkan Surabaya tidak boleh terjebak zona nyaman dan puas dengan penghargaan-penghargaan pusat atas capaian terkait bidang lingkungan. "Pemkot harus punya data konkret pengelolaan sampah dan penumpukannya. Harus up to date dan terpercaya berdasarkan hasil identifikasi faktual tentang sumber, jenis, volume sampah dengan detail," ungkap Thony, dikutip dari ANTARA.Data Detail Sampah
Alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) ini mendorong Pemkot Surabaya mengetahui data detail sampah mulai sampah itu milik siapa, di mana, hingga petugas dan DLH melakukan apa. Bahkan jenis sampah hingga berapa jumlahnya harus detail agar bisa diambil langkah untuk kemanfaatannya. Ia menuturkan, kerapkali keberhasilan usaha seseorang hanya dilihat dari keuntungan. Tidak memasukkan variabel biaya untuk penghancuran limbah dan sampah. "Kalau biaya penghancuran dan hasilnya tak sebanding harus dievaluasi," jelas Thony.
Dia juga ingin memastikan pengelolaan sampah dengan mengembangkan memberdayakan 600 bank sampah yang tersebar di seluruh pelosok kampung berjalan optimal. Sejauh ini, keberadaan bank-bank sampah mampu berkelanjutan menopang pengelolaan sampah.
Volume Sampah Naik
Volume sampah tahun 2023 naik ketimbang tahun 2022. Pasalnya, perekonomian masyarakat saat ini sudah cenderung normal setelah melandainya pandemi Covid-19 sehingga mobilisasi masyarakat ke Kota Surabaya kembali meningkat. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengimbau masyarakat bijak saat belanja bahan kebutuhan dapur. Dengan demikian jumlah volume harian sampah yang mayoritas ditimbulkan bahan organik bisa dikurangi.