Mengungkap Filosofi 'Perempuan Melamar Pria', Tradisi Warga Lamongan yang Masih Eksis
Merdeka.com - Umumnya, proses lamaran (meminang) dalam pernikahan dilakukan oleh pihak laki-laki. Tetapi hal itu tidak berlaku di Kabupaten Lamongan. Di kota pecel lele itu, justru pihak perempuanlah yang memiliki inisiatif melamar calon suami.
Dikutip dari news.unair.ac.id, tradisi lamaran ini bermula dari kisah di zaman kerajaan dahulu. Konon, Tumenggung Lamongan memiliki dua anak laki-laki yang rupawan bernama Panji Laras dan Liris. Ketampanan dua pemuda itu sangat terkenal.
Sejarah Tradisi Perempuan Melamar Pria
-
Bagaimana tradisi lamaran berkembang? Sekitar tahun 1930-an, prosesi laki-laki melamar kekasihnya banyak dilakukan oleh masyarakat Eropa yang kemudian berkembang ke daerah lain.
-
Mengapa pihak laki-laki ingin melamar putri keluarga wanita? Putra kami [nama calon mempelai pria] ingin mempersunting putri Bapak/Ibu.
-
Apa tujuan utama pihak laki-laki datang ke acara lamaran? Maksud kedatangan kami adalah untuk menyampaikan niat tulus.
-
Bagaimana ucapan lamaran diungkapkan? Dalam budaya kita, ucapan selamat lamaran nikah sering kali diisi dengan kata-kata yang mendalam dan penuh makna. Tidak hanya mengungkapkan kegembiraan, tetapi juga harapan dan doa agar pasangan yang baru bertunangan ini diberkahi dengan kekuatan, kesabaran, dan cinta yang abadi.
-
Apa yang terjadi dengan pernikahan di Indonesia? Dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah menyaksikan penurunan tajam dalam jumlah pernikahan.
-
Siapa yang menentukan mas kawin? 'Pungkasnya, aku bingung harus memberikan maskawin apa karena Aal (Aaliyah) tidak mengajukan permintaan apa pun. Akhirnya, aku memutuskan untuk membuat sesuatu yang bisa mengingatkan kami tentang tanggal hari ini, yaitu 26.072.024.'
©Axioo
Konon, tradisi perempuan melamar laki-laki sudah terjadi turun temurun, yakni sejak masa pemerintahan Raden Panji Puspokusumo alias Tumenggung Lamongan. Penguasa Lamongan pada 1640 – 1665 itu tercatat sebagai keturunan ke-14 Prabu Hayam Wuruk, penguasa Majapahit.
Dalam kisahnya, Panji Puspokusumo memiliki dua anak kembar bernama Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris. Kedua pangeran rupawan itu memiliki hobi menyabung ayam.
Suatu hari, keduanya mengikuti sabung ayam di daerah Wirosobo yang sekarang dikenal dengan Kertosono, Nganjuk. Ketampanan Panji Laras dan Panji Liris berhasil membius dua putri kembar raja Wirosobo, yakni Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi. Kedua putri cantik itu jatuh cinta pada pandangan pertama.
Kendati dianggap melanggar norma saat itu, Raja Wirosobo akhirnya melamar kedua putra kembar penguasa Lamongan itu. Desakan dua putri kesayangan membuatnya berani melanggar norma.
Sejak saat itu tradisi perempuan melamar laki-laki mulai diberlakukan. Budaya itu kemudian dilestarikan sebagai budaya leluhur yang masih terjaga hingga kini.
Selanjutnya, cerita tentang anak Tumenggung Lamongan dan putri dari Kerajaan Kediri itu melahirkan tradisi lamaran yang unik di Lamongan. Yakni, pihak perempuan yang harus melamar calon suaminya.
Pada pelaksanaannya, orang tua pihak perempuan meminta si laki-laki untuk menjadi menantunya. Selanjutnya, mereka melakukan lamaran kepada pihak laki-laki. Selang beberapa hari, pihak laki-laki membalas lamaran tersebut. Jika keluarga kedua belah pihak setuju, mereka akan menentukan hari pernikahan.
Penghargaan Kepada Perempuan
©2018 Merdeka.com/Pixabay
Tradisi perempuan melamar laki-laki ini memiliki sejumlah nilai sosial. Perempuan mendapat penghargaan sebagai pihak yang memulai lamaran. Sementara itu, lamaran yang dilakukan pihak perempuan juga menjadi bentuk penghargaan kepada calon suaminya.
Selain itu, tradisi lamaran ini lekat dengan kewajiban seorang pria menjaga perempuan. Hal ini lantaran sang perempuan mampu memberikan sesuatu kepadanya. Jika ada laki-laki yang hanya menggantungkan hidup kepada perempuan, maka harga diri laki-laki itu turun di mata masyarakat. Misalnya dalam hal ekonomi yang bisa menyebabkan rumah tangga berantakan.
Dalam melangsungkan lamaran, pihak perempuan membawa seserahan untuk calon suaminya. Selanjutnya, dalam pernikahan yang akan digelar nanti pihak laki-laki akan memberikan mahar yang lebih besar dari seserahan yang ia terima. Ini menjadi bentuk penghargaan terhadap perempuan.
Alasan Filosofis
©2019 Merdeka.com/Pixabay
Tradisi perempuan melamar laki-laki bukan terjadi tanpa sebab, ada alasan filosofis yang mendasarinya. Laki-laki maupun perempuan boleh berinisiatif mencari jodoh. Hal ini menjadi perwujudan egalitarianisme masyarakat Lamongan. Di samping banyak nilai lain yang mendukung etos hidup masyarakat Lamongan yang ulet dan berani mengambil peluang dalam mencari penghidupan ekonomi, sebagaimana dikutip dari syariah.uin-malang.ac.id
Namun, seiring perkembangan zaman, perilaku pacaran mengurangi proses tahapan di atas sehingga keluarga pihak perempuan yang datang seringkali langsung menentukan hari pernikahan. Pihak keluarga yang datang juga tidak selalu punya kewenanganan lebih untuk memboyong atau membawa calon menantu ke rumah mereka. Kesadaran calon mempelai memilih pasangan hidup dibersamai otonomi pasangan dalam merencanakan dan menentukan masa depan pernikahan mereka.
Masyarakat Pesisir
www.dresscodeclothing.com
Tradisi perempuan melamar laki-laki ini tidak terjadi di semua daerah di Lamongan, melainkan hanya di beberapa daerah pesisir pantai utara. Selain di Lamongan, tradisi ini juga dipegang teguh oleh sebagian masyarakat Kabupaten Tuban.
Sebagaimana lazimnya, seserahan yang dibawa pihak perempuan menyesuaikan kondisi ekonomi keluarganya. Pada zaman dahulu, pihak keluarga yang melamar membawa ‘jodhang’ alias seserahan makanan yang diletakkan dalam wadah kayu dan diangkut oleh empat orang. Namun, kini tradisi itu tidak terjadi lagi. Barang bawaan berupa makanan biasanya diangkut pick up. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kampung di Bojonegoro punya tradisi unik yaitu wanita melamar pria lebih dulu sebelum menikah.
Baca SelengkapnyaTradisi pernikahan unik di daerah Pariaman ini memiliki budaya yang berbeda dari wilayah lainnya terutama di Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaMomen pernikahan bagi masyarakat Lampung adalah hal yang sakral dan salah satu unsur kehidupan yang begitu penting.
Baca SelengkapnyaProses cari jodoh ini hanya dilakukan pada bulan khusus
Baca SelengkapnyaTradisi ini sebagai simbol penghormatan serta media untuk mempererat silaturahmi antar keluarga mempelai.
Baca SelengkapnyaTradisi kawin tangkap merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan seorang pria yang tidak dicintai.
Baca SelengkapnyaMitos larangan menikah tak hanya berlaku pada orang Jawa dan Sunda, ternyata sesama suku Jawa pun ada yang terlarang menikah.
Baca SelengkapnyaTradisi ini dianggap sebagai simbol dimulainya kehidupan baru yaitu kehidupan rumah tangga.
Baca SelengkapnyaDibantu oleh sosok hanoman, si pria yang melamar kekasihnya di tengah pertunjukkan ini viral mencuri perhatian.
Baca SelengkapnyaWanita di Sumba Barat Daya menjadi korban tradisi kawin tangkap.
Baca SelengkapnyaMasyarakat di Desa Margopatut Nganjuk memiliki tradisi Ngalor Ngulon terkait dengan syarat seseorang yang akan menikah.
Baca SelengkapnyaSaat pelaksanaan acara ini berlangsung, keluarga mempelai wanita akan menyiapkan kue-kue tradisional Aceh.
Baca Selengkapnya