Sosok Achmad Muhibbin Zuhri Guru Besar UINSA, Tegaskan Hubungan Harmonis Antarumat Beragama Solusi Problem Kemanusiaan
Achmad Muhibbin Zuhri bakal dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) pada Rabu (20/12/2023) besok.
Achmad Muhibbin Zuhri bakal dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) pada Rabu (20/12/2023) besok.
Sosok Achmad Muhibbin Zuhri Guru Besar UINSA, Tegaskan Hubungan Harmonis Antarumat Beragama Solusi Problem Kemanusiaan
Achmad Muhibbin Zuhri bakal dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) pada Rabu (20/12/2023) besok. Ia tercatat sebagai guru besar ke-88 di UINSA.
(Foto: Instagram @achmad_muhibbin_zuhri)
Sosok Muhibbin Zuhri
Achmad Muhibbin Zuhri adalah dosen pascasarjana UINSA. Saat ini, ia juga menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINSA. Sejak tahun 2010-2023, ada 41 publikasi ilmiah karya Muhibbin yang terdata di Google Cendekia.
Solusi Problem Kemanusiaan
Muhibbin Zuhri menegaskan bahwa teologi kebhinnekaan bisa menjadi pendekatan alternatif bagi agama untuk menjawab problem kemanusiaan di masa depan.
"Tantangan teologi ke depan bukan terletak pada upaya melakukan konservasi atas kemurnian doktrin religius ansich, tetapi lebih pada upaya dan kemampuan menjawab problem kemanusiaan. Terutama yang menyangkut membangun hubungan harmonis (umat Muslim) dengan non-muslim," terangnya di Surabaya, Selasa (19/12/2023).Menurut Muhibbin, selama ini, relasi antarumat beragama selalu menggunakan pendekatan humanisme dan kerja-kerja sosial. Interaksi antarumat beragama banyak ditunjukkan melalui aktivitas sosial.
Sementara itu, pendekatan teologis cenderung dihindari karena dianggap tidak relevan, bahkan ada anggapan mengarahkan pada perdebatan tidak berujung dan konflik.
"Sebenarnya pendekatan teologis yang dipahami secara benar, justru menghasilkan toleransi yang tidak pasif, tetapi aktif dalam komunitas agama. Asumsi dasarnya, semua bersumber dari tuhan yang satu dan sumber kebenaran adalah satu. Sehingga agama seharusnya banyak memiliki kesamaan, baik teologis maupun ideologi," ungkap mantan Ketua PCNU Kota Surabaya (2015-2020) itu, mengutip ANTARA.
Keberagaman Indonesia
Mengutip laman resmi Kominfo Provinsi Jawa Timur, ada beberapa asumsi dasar yang melatarbelakangi kenapa teologi perlu dipertimbangkan menjadi satu pendekatan dalam mengelola keberagaman di Indonesia. Pertama, sebagai negara Muslim terbesar dan demokratis yang mayoritas penduduknya mempunyai identitas keagamaan beragam, turut mendorong kontestasi peran agama di ruang publik tidak bisa dihindari.
Kedua, tingkat kapasitas masyarakat dan negara mengelola keberagaman berbeda-beda di setiap tempat. Masyarakat yang terdiri dari warga dengan identitas berbeda sanggup hidup berdampingan dalam jangka waktu lama. Ketiga, kapasitas masyarakat dan negara dalam mengelola keberagaman seringkali melemah karena kurangnya interaksi intensif antar faktor. Perbedaan sudut pandang, pendekatan dan kesalahpahaman sering kali menimbulkan situasi saling menyalahkan antar aktor yang seharusnya bekerja sama menciptakan keharmonisan.