Akhir Cerita Maut di Rumah Kalideres
Merdeka.com - Suasana gelap dan bau busuk menyengat. Kesan pertama masuk ke dalam sebuah rumah di Kalideres. Sang pemilik rumah mempersilakan melihat kondisi ibunya yang sedang tertidur di kamar.
Pintu kamar pun dibuka. Bau busuk makin terasa menusuk di hidung. Membuat hati tambah gusar. Ditambah, pesan pemilik rumah. Dilarang menyalakan lampu di kamar itu.
Seorang Petugas Koperasi Simpan Pinjam (KSP) ingin bertemu dengan Renny Margaretha (68). Sang pemilik rumah yang tertera di dalam sertifikat. Dia ingin mencocokkan dokumen sebelum mencairkan dana pinjaman yang diajukan penghuni rumah.
-
Siapa yang dilaporkan ke polisi? Polda Metro Jaya diketahui mengusut dugaan kasus menyebarkan hoaks Aiman lantaran menuding aparat tidak netral pada Pemilu 2024.
-
Kenapa Karutan KPK tidak melaporkan pungli ke atasannya? 'Justru yang dilakukan terperiksa sebagai Kepala Rutan dengan memaklumi keadaan tersebut dan tidak pernah melaporkan ke atasannya tentang pungutan liar di Rutan KPK,' sambung dia.
-
Kenapa Titiek Puspa tidak melapor berita hoaks ke polisi? 'Oh, menghabiskan tenaga. Ngapain lapor? Biarin dia mau bikin begitu ya buat saya tidak apa-apa. Mungkin ada (pembuat hoaks) ingin menyapa saya. Tetapi nggak kesampaian,' ujarnya.
-
Bagaimana cara melapor ke polisi? Langkah selanjutnya adalah mendatangi kantor polisi terdekat di lokasi Anda tinggal. Pastikan Anda membawa semua bukti yang telah Anda kumpulkan serta Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan dokumen-dokumen penting lainnya sebagai identifikasi diri. Setibanya di kantor polisi, carilah petugas piket untuk melaporkan kasus KDRT yang Anda alami.
-
Siapa yang bisa dilapor? KDRT dapat berupa kekerasan fisik, psikis, seksual, atau ekonomi yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.
-
Siapa yang cabut laporan? Meskipun Rinoa Aurora Senduk mencabut laporan dugaan penganiayaan yang menimpa dirinya.
Rumah Kalideres itu ingin digadai oleh Budyanto Gunawan (69). Adik ipar Renny.
Di dalam kamar itu gelap gulita. Tampak seseorang tengah dalam kondisi berbaring di atas kasur. Petugas KSP makin penasaran. Dari penerangan lampu ponselnya. Hal seumur hidup yang tak pernah dilupakan terjadi. Dia memegang tangan manusia. Dingin, keriput, dalam kondisi lebam dan lembek. Ternyata, itu mayat.
"Allahuakbar," teriak petugas KSP. Dia langsung kabur meninggalkan rumah penuh misteri itu.
rumah kalideres ©2022 Liputan6.com/Johan TalloSaksi yang disembunyikan identitasnya itu adalah petugas KSP yang telah diperiksa polisi. Dia datang ke rumah di Perumahan Citra Garden Satu Extension, untuk memproses gadai sertifikat pada 13 Mei 2022 lalu.
Kala itu, Dian (42), anak dari Renny merasa ibunya masih hidup. Tiap pagi diberi sarapan dan susu. Bahkan disisiri rambutnya. Padahal, sang ibu telah terbujur kaku menjadi mayat. Tapi Dian yakin, ibunya masih hidup.
Melihat tamunya melarikan diri. Budyanto bergegas mengejar. Dia meminta agar mayat kakak iparnya tak perlu dibesarkan. Apalagi dilaporkan ke polisi.
"Tolong pak, jangan dilaporkan ke polisi, jangan dilaporkan pihak RT ataupun warga sini. Dan ternyata tidak dilaporkan," kata Dirkrimum Polda Metro Jaya, Hengki Haryadi cerita hasil pemeriksaan saksi petugas KSP oleh penyidik.
6 Bulan Kemudian
Enam bulan setelah petugas KSP datang ke rumah Kalideres, kasus ini baru terungkap ke publik. Ironisnya, Budyanto maupun Dian ditemukan sudah dalam kondisi tidak bernyawa oleh warga.
Rudyanto dan Renny adalah pasangan suami istri. Punya anak bernama Dian. Sementara Budyanto adalah adik dari Rudyanto. Keempatnya ditemukan tewas membusuk di rumah tersebut pada November lalu.
Ketua RT setempat, Asiung bersama warga terpaksa mendobrak pintu rumah yang tertutup rapat. Pagarnya yang tinggi membuat aktivitas di rumah tersebut tak terlihat dari luar. Linggis digunakan untuk membongkar pagar rumah.
Setelah berhasil masuk ke dalam rumah tersebut, mereka langsung menuju ke jendela kamar depan. Jendela dibongkar. Alangkah kagetnya, warga yang melihat seluruh anggota keluarga sudah terbujur kaku di tempat terpisah dalam rumah itu.
Rudyanto ditemukan berada di ruang kamar belakang dengan posisi ditidurkan di atas tempat tidur. Renny serta Dian berada di kamar depan dengan posisi di atas tempat tidur. Sementara Budyanto, ditemukan di ruang tamu dengan posisi bersandar di sofa.
Kedatangan petugas PLN pada 9 November 2022 lalu yang hendak mencabut listrik rumah itu membuat kasus ini terkuak. Lagi-lagi karena aroma bau busuk dan tak ada orang yang merespons dari dalam rumah. Kamis (10/11), kasus ini resmi dilaporkan ke polisi.
©2022 Merdeka.com
Waktu Kematian Terungkap
Hasil penyelidikan polisi dibantu tim forensik RS Polri mengungkap, waktu dan penyebab kematian empat anggota keluarga tersebut. Rupanya, mereka meninggal tak secara bersamaan. Tapi diputuskan untuk tidak dimakamkan.
Di awali oleh meninggalnya kepala rumah tangga, Rudyanto Gunawan. Usianya 71 tahun. Setelah itu, dilanjutkan istrinya, Renny Margaret. Usia 68 tahun. Artinya, saat petugas KSP datang ke rumah tersebut, sudah ada jenazah Renny dan Rudyanto di dalam rumah. Namun, saksi hanya melihat jasad Renny. Berada di dalam kamar.
"Urutan kematian empat jenazah ini adalah yang paling awal adalah Bapak Rudyanto. Kemudian dilanjutkan dengan Ibu Renny (68). Yang kemudian Bapak Budyanto Gunawan dan yang terakhir adalah Mbak Dian," ujar kata Dokter Forensi dari RS Polri, Asri Megaratri Pralebda.
Asri mengatakan, penyebab kematian Rudyanto adalah penyakit saluran pencernaan. Renny menderita kelainan pada payudara. Sedangkan Budyanto meninggal karena serangan jantung.
Sebab kematian dari Dian yakni gangguan pernapasan yang disertai dengan penyakit pernapasan yang kronis. "Pada keempat jenazah secara yakin kami tidak menemukan tanda-tanda kekerasan maupun luka-luka pada keempatnya," kata Asri.
©2022 Merdeka.com
Kesimpulan Penyelidikan
Hasil temuan laboratorium forensik terungkap, tidak terjadi tindak kriminal dalam kasus kematian empat anggota keluarga tersebut. Kabid Puslabfor Kombes Wahyu Marsudi mengungkapkan, ada lima poin kesimpulan dari penyelidikan yang dilakukan.
Pertama, tidak ditemukan adanya kerusakan di akses-akses masuk dan keluar rumah lokasi kejadian. Kedua, tidak ditemukan percikan-percikan darah di rumah tersebut. Selain itu, tim forensik juga tidak menemukan ada DNA lain selain keempat korban yang terdiri dari ayah, ibu, paman dan anak pada rumah itu.
Pemeriksaan forensik juga dilakukan dengan mengecek organ tubuh para korban. Dipastikan pula, tidak ada bahan beracun atau berbahaya pada tubuh keempatnya. Meskipun, pada tubuh korban Renny Margaretha ditemukan bekas kandungan obat kanker payudara. Identik dengan cairan yang ditemukan di lokasi.
"Kami menemukan di organ Margaretha, ditemukan tamoxifen. Obat kanker payudara. Ini kebetulan di TKP ditemukan cairan bening yang kami periksa ternyata juga terdeteksi mengandung tamoxifen, jadi klop," ungkap Wahyu.
Penganut Sekte?
Tim penyidik juga melibatkan pakar agama dalam mengungkap kematian keluarga di Kalideres ini. Kesimpulannya, tidak ada pengaruh sekte dalam kematian Rudyanto dan keluarga. Awalnya muncul dugaan sekte yang dianut keluarga. Karena ada anggota keluarga yang tewas tidak dimakamkan.
Dugaan makin kuat, karena temuan sejumlah alat-alat yang biasa digunakan untuk aliran tertentu. Seperti kemenyan. "Kesimpulan saya mereka bukan penganut sekte apokaliptik. Mereka orang normal yang bisa meninggal karena penyakit dan lain-lain," kata Sosiologi Agama, Jamhari. Dia dilibatkan oleh polisi dalam kasus ini.
Jamhari mengatakan, keluarga ini sangat tertutup dan mengisolasi diri di rumah. Temuan tersebut diperkuat dari pemeriksaan saksi anggota keluarga lain yang masih hidup dan para tetangga. Ditambah situasi pandemi Covid-19 membuat orang mengisolasi diri di dalam rumah.
Terkait temuan beberapa buku keagamaan, terdapat buku-buku agama Kristen, Islam, dan Budha. Menurut Jamhari menjelaskan, buku-buku tersebut tidak ada yang aneh. Karena dapat ditemukan dan dibeli secara bebas. "Jadi saya kira ini bukan menunjukkan bahwa mereka sedang mengkaji suatu pemahaman atau sekte tertentu atau keagamaan tertentu," ujar dia.
©2022 Merdeka.com
Temuan lainnya, terkait benda klenik seperti mantera dan selembar kertas tertulis ayat-ayat Alquran disertai minuman jeruk nipis. Dugaan Jamhari, benda-benda tersebut ramuan obat disertai doa yang dipercaya keluarga tersebut bisa menyembuhkan penyakit.
Jamhari mengatakan, benda klenik yang bertuliskan huruf-huruf arab itu salah satunya berisi satu ayat Alquran dari surat Yusuf. Isi dalam surat tersebut biasa dipercaya seseorang untuk mempelancar jodoh dan mencari kesejahteraan maupun kekuatan batin dalam mengarungi hidup.
Jamhari juga mengatakan, ritual-ritual yang ditemukan bukan lah sesuatu yang aneh. Sebab, menurut Jamhari, masyarakat pada umumnya kerap melakukan ritual seperti keluarga tersebut.
"Saya kira dari bacaan-bacaan yang saya lihat dari temuan barang bukti yang ada saya berpendapat bahwa mereka adalah orang-orang wajar, orang-orang normal ya mungkin saja mereka melakukan ritual keagamaan untuk mendapat kesembuhan karena mereka sedang sakit atau membantu masalah yang sedang dihadapi misalnya mencari jodoh atau yang lain jadi saya kira ini ritual biasa yang bisa dilakukan orang-orang yang lain," tandasnya.
Berdasarkan Psikologi
Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia juga turut dilibatkan dalam mengungkap kasus ini. Kesimpulannya, satu keluarga ini meninggal dengan cara yang wajar. Sejumlah kabar ditepis dengan metodologi psikologi yang digunakan para pakar yang ahli di bidangnya.
"Jadi keempatnya mati dengan cara yang wajar. Bukan dengan cara kematian-kematian yang lain. Sekaligus menepis dugaan perilaku atau paham apokaliptik, atau sekte," kata Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (APSIFOR), Reni Kusumowardhani, dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Jumat (9/12).
Reni mengatakan, pihaknya melakukan pemeriksaan yang disebut autopsi psikologi guna melihat rating lethality atau penyebab kematian dari para korban. Pihaknya melakukan identifikasi ke 15 area psikologi.
Antara lain mulai dari usia, pernikahan, agama. Tujuannya, untuk memastikan pemilik KTP orang yang sama dengan di lokasi kejadian. Termasuk, beberapa area perilaku yang kemudian menyimpulkan jadi rating lethality.
Meski mereka memiliki cara mengakhiri hidup yang sama, tetapi dari pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan ada situasi psikologis yang teridentifikasi berbeda dari para korban.
"Kami menariknya dari pola-pola identifikasi psikologi serta kepribadian mereka yang meninggal dunia. Kenapa harus kepribadian? Karena ada perilaku kepribadian seseorang dipengaruhi karakteristik kepribadian. Ini berkembang sejak masa kelahiran hingga dia dewasa, makanya kami telusuri dengan mundur ke belakang dalam kehidupan mereka sekaligus kerentanan psikososial masing-masing," beber Reni.
©2022 Merdeka.com
Sosok Rudyanto
Salah satu proses identifikasi psikologi yang dilakukan dengan menggali informasi dari informan yang dipastikan mengenal empat orang tersebut. Pada sosok Rudiyanto, dikenal sebagai sosok dengan kepribadian yang baik. Itu sebabnya, proses kematiannya disebut wajar. Bisa karena usia atau kemungkinan sakit.
"Atau karena penyakit, karena ada temuan kepasrahan pada keadaan yang terjadi hingga tidak mencari bantuan memilih mengikuti apa yang dilakukan keluarganya tapi tampaknya tak berhasil," katanya.
Perihal alasan Rudyanto tidak makamkan ketika meninggal, karena situasi keuangan menipis. Dugaan itu dikuatkan dari angka pada buku tabungan yang ditemukan di rumah itu. Termasuk catatan uang keluar dan masuk.
Ditambah lagi, keluarga Rudyanto sejak 20 tahunan memilih jaga jarak dengan kerabatnya yang lain. Sehingga komunikasinya dengan keluarga terputus.
"Hal itu membuat mereka enggan meminta pertolongan atau dukungan. Hal seperti itulah diduga membuat Bapak Rudy tidak dimakamkan," jelasnya.
Sosok Renny
Renny Margaretha memiliki ciri kepribadian yang unggul, baik, ingin dinilai kuat lebih dari yang lain. Kemudian, motivasi tinggi, dominan dan tidak mau terlihat lemah.
Sehingga tidak terlihat ada kemungkinan bunuh diri. Rating lethality akhirnya putuskan cara kematian wajar. Tidak ditemukan indikator kematian disebabkan hal lainnya.
Dalam situasi kematian Reni, katanya, keunikan ditemukan saat korban Dian yang merupakan anaknya, membangun keyakinan ibunya masih hidup. Bahkan terhadap jenazah diperlakukannya sangat baik. Terlihat dari alas jasadnya yang sangat bersih, posisinya juga dibuat seperti berbaring orang tidur, sangat terawat.
"Tapi lagi-lagi karena alasan keuangan menipis untuk yang tersisa yakni Budiyanto dan Dian masih hidup, sulit bagi keduanya meminta bantuan keluarga, akhirnya Ibu Reni juga tidak dimakamkan," jelasnya.
Sosok Budyanto
Budyanto Gunawan dicirikan sebagai sosok yang unik. Sering merasa iri hati, keras kepala, bertingkah laku dan pemikiran tak lazim. Budyanto juga suka hal-hal klenik dan perdukunan. Bahkan memiliki guru spiritual.
"Sudah dilakukan sejak SMA, namun sangat berperan bantu rumah tangga berempat," jelasnya.
Lewat perdukunan yang dilakukan, Budiyanto berharap bisa sembuh dan memperbaiki kehidupannya. Sayangnya harapan itu tak kunjung datang. Malah berujung pasrah bahkan berujung menjual aset.
"Hingga kemudian, psikologisnya jadi tidak berdaya, keadaan tidak berdaya ini dapat picu stres dan memperburuk kondisi fisik dan kesehatannya. Sehingga rating kematiannya dengan cara wajar karena usia atau sakit," jelasnya.
Sosok Dian
Terakhir korban Dian, memiliki karakteristik yang suka menekan dan merefresh emosi negatif yang muncul. Dian tipikal orang yang sulit mengambil keputusan dan sangat bergantung pada ibunya.
"Bukan tipikal orang yang mengambil keputusan cepat, dipengaruhi pola asuh, ketergantungan pada orang sekitarnya. Hingga dia kurang mampu cari solusi dalam situasi ketidakberdayaan. Tiga lainnya meninggal dia tak berdaya," jelas Reni.
Meski demikian, Dian tampak masih memiliki semangat ingin hidup. Hal itu diketahui dari bagaimana Dian masih coba membeli makanan dan membersihkan rumahnya.
Meskipun menurut penjelasan keluarga, Dian memiliki masalah fisik dan psikologi hingga bisa hidup satu rumah dengan jenazah.
"Situasi ini melampaui kemampuan Bu Dian merespons secara adaptif, tidak punya sumber daya yang memadai baik dari dalam diri maupun lingkungan luar. Tapi dipastikan kematiannya bukan karena ingin bunuh diri, atau karena pihak lain, tapi karena kematian wajar," tutup Reni.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Laporan ke Bareskrim Polri dilakukan keluarga korban setelah tidak ada perkembangan penyidikan dari Polda Kalteng.
Baca SelengkapnyaPolisi menghentikan penyidikan kasus kematian Brigadir RA anggota Polresta Manado, Sulawesi Utara, yang tewas di dalam mobil karena semua telah terbukti.
Baca SelengkapnyaRamadhan menyampaikan penyidik tidak akan memeriksa Kapolda Kaltara Irjen Pol Daniel Adityajaya karena tak ada kaitannya.
Baca SelengkapnyaKejadian bermula ketika Achmad bercerita bahwa ada dugaan intervensi dari polisi saat Pilpres berlangsung.
Baca SelengkapnyaPihak keluarga mendiang Kompol Ulil juga tak diberi informasi terkait putusan etik AKP Dadang Iskandar
Baca SelengkapnyaDugaan intervensi itu sebelumnya dilakukan anggota Polrestabes Semarang, sebagaimana disampaikan keluarga GRO.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan keterangan dokter kepada kepolisian, korban dibawa ke rumah sakit dalam kondisi tak bernyawa.
Baca Selengkapnya