Berebut nyaman di trotoar Jakarta
Merdeka.com - Trotoar Jalan Prof. Dr. Satrio yang lebarnya sekitar dua meter, rupanya belum cukup membuat Nuraini nyaman. Parkiran ojek dadakan, plus pengasong jalanan, membuat dia beringsutan mencari celah melangkah. Bahkan, dia sering harus berjalan ke tepian jalan, hanya sekadar untuk melintas ke kantornya di gedung Word Trade Centre (WTC), Jalan Jenderal Sudirman. Selama ini, trotoar memang terkesan jauh dari aman bagi para pejalan kaki.
Seperti dialami lelaki 35 tahun ini sejak mulai bekerja lima tahun lalu. “Prihatin sih iya. Mau lewat bagaimana, trotoarnya habis buat pangkalan ojek. Kadang kesel juga. Belum tuh trotoar rusak, kalau hujan becek, seperti nggak diurus,” kata dia mengeluh kepada merdeka.com Senin pekan lalu. Pemerintah kota, menurut dia, juga terkesan kurang memelihara. Buktinya di beberapa titik banyak yang berlobang. Pedestrian mulus justru banyak ditemui di depan hotel dan gedung-gedung megah.
Celakanya, trotoar-trotoar mulus itu biasa digunakan tempat mangkal para pengasong dan tukang ojek. Misalnya, di trotoar Jalan Prof. Dr. Satrio sekitar Mal Ambassador, Hotel Indonesia, di bawah jembatan penyeberangan sebelah kampus Universitas Katolik Atmajaya dan di depan gedung Bursa Efek Jakarta. Sesungguhnya Petugas Keamanan dan Ketertiban Kota (Kamtib) tidak tinggal diam.”Diusir sudah, tapi ya gitu, pasti balik lagi,” ujar staf Bidang Operasional WTC itu.
-
Siapa yang memanfaatkan ojek di Dusun Butuh? Tarif yang dikenakan pendaki untuk bisa naik ojek itu adalah Rp20.000 sekali jalan, untuk pulang pergi tarif totalnya Rp40.000.
-
Apa itu ojek? Mengutip dari Jurnal Ojek dari Masa ke Masa Kajian secara Manajemen Sumber Daya Manusia karya Neneng Fauziah, mengatakan bahwa istilah ‘ojek’ berasal dari kata ‘obyek’.
-
Kenapa Transjakarta sediakan lahan parkir? PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) menyediakan dua kantong parkir bagi jemaat yang ingin menghadiri kegiatan Dalam rangka mendukung kegiatan Misa Akbar bersama Paus Fransiskus yang akan berlangsung di Gelora Bung Karno (GBK) pada Kamis (5/9/2024).Kepala Departemen Humas dan CSR Transjakarta Ayu Wardhani menyebut, dukungan yang diberikan ini berdasarkan arahan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta.
-
Bagaimana transportasi di Jakarta berkembang? Pelbagai angkutan umum berteknologi manual hingga mesin pernah menghiasi jalanan ibu kota. Selain kereta yang semula berfungsi mengangkut hasil bumi dan menjadi alat transportasi, angkutan umum di DKI Jakarta masih mengandalkan tenaga manusia dan binatang yakni delman dan becak.
-
Dimana saja pemudik motor terlihat ramai? Mudik motor masih jadi primadona Jutaan pemudik dengan motor menyemut selama musim mudik 2023. Memadati ruas-ruas jalan demi bertemu keluarga di kampung halaman.
-
Dimana jalan tikus di Jakarta? Hampir di seluruh wilayah Jakarta memiliki jalan tikus.
Dari pantauan merdeka.com, meski relatif longgar, di beberapa titik sepanjang Jalan Sudirman masih ada beberapa lokasi digunakan sebagai pangkalan ojek dan tempat jualan. Mulai penjual nasi bungkus, jajanan, kue, hingga penjual kopi keliling. Padahal Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas Jalan sudah tegas melarang penggunanaan badan jalan dan trotoar sebagai tempat parkir dan usaha dalam bentuk apapun.
Sebelumnya larangan juga diatur dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 serta Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Di beleid itu juga terdapat ketentuan pidana sangat tegas, 18 bulan penjara atau denda Rp 1,5 miliar bagi setiap orang yang sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi trotoar.
Tapi laiknya peribahasa lama,”Harimau mengaum takkan menerkam”. Meski sudah memiliki pegangan hukum untuk menertibkan, sejumlah petugas kamtib malah cuek. Bahkan,beberapa di antara mereka malah meminta uang kepada para pengasong atau tukang ojek.”Ini uangnya, untuk keamanan,” kata Yati sambil menyodorkan uang lembaran dua ribuan kepada Rasmi, teman seprofesinya.
Rasmi dan Yati bukan tak tahu usaha mereka melanggar aturan. Mereka sadar jika ketangkap petugas kamtib pasti akan dibawa ke lingkungan pondok sosial. Namun karena urusan perut mereka tetap nekat mencari aman. Menyuap dengan sebungkus rokok, atau beberapa lembar uang dua ribuan kepada petugas penertiban. ”Dari pada nanti dimasukkan liponsos, didenda tiga ratus ribu, terus dipulangkan,” ujar Rasmi.
Yati dan Rasmi adalah pengasong asal Purwokerto, Jawa Tengah. Yati, nenek 50 tahun ini sudah satu dasawarsa berjualan kopi seduh dan gorengan di sepanjang trotoar Jalan Sudirman. Rasmi mengaku baru lima tahun memulung untung dari berjualan nasi bungkus. Pelanggan mereka cuma tukang ojek dan pekerja proyek pembangunan gedung. Tapi kadang satpam gedung dan beberapa karyawan kantor ikut nimbrung sekadar memesan kopi.
”Lumayan sih, harganya lebih murah, cuma tujuh ribu. Dibanding nasi warteg sebelas ribu,” kata Andik, seorang pekerja proyek bangunan di kawasan Senayan. Sudah sebulan dia bekerja sebagai kuli bangunan di Jakarta. Selama itu, dia berlangganan nasi bungkus Rasmi. Alasannya apalagi kalau bukan harga murah meriah.”Gaji kuli berapa sih, kalau nggak makan di sini, mana bisa bawa uang pulang.”
Sama-sama pengguna trotoar, kepentingan Nuraini, Rasmi, dan Andik jelas berbeda. Nuraini dari kelas menengah karena pegawai kantoran jelas ingin akses para pejalan kaki tidak terhambat, teratur, dan nyaman. Sementara kehendak Rasmi berbeda. Sebagai orang kecil tentu dia ingin usahanya aman. Berjualan di trotoar nyaman, tidak dikejar-kejar petugas ketertiban.
Dengan begitu dia bisa medapat untung cukup buat menghidupi dua anaknya yang masih SMP dan SMA. Sedangkan Andik, kuli bangunan baru lulus SMA, tak bergitu risau soal aturan. Persoalan ketertiban atau keamanan bukanlah nomor satu.”Yang penting saya dapat makan murah. Saya tidak tahu kalau ada aturan-aturan (dilarang berjualan di trotoar) itu,” ujarnya diiringi tawa. (mdk/fas)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Geri telah berjualan cendol durian di Jl. Blora Sudirman sejak bulan Maret 2023.
Baca SelengkapnyaJalan tikus menjadi alternatif bagi pengguna kendaraan untuk menghindari kemacetan.
Baca SelengkapnyaAda driver ojek online yang tidur di trotoar hingga warung. Simak yuk!
Baca SelengkapnyaLelahnya fisik seolah hilang, setelah hasil mengamen mereka belanjakan untuk makan.
Baca SelengkapnyaDari hasil sweeping beberapa pengemudi melintas di Medan Merdeka Barat langsung diarahkan untuk ikut bergabung.
Baca SelengkapnyaKemacetan parah terjadi ketika ribuan buruh menggelar aksi unjuk rasa memperingati May Day atau Hari Buruh Sedunia di sejumlah titik di Jakarta.
Baca SelengkapnyaJumlah kendaraan di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaAksi unjuk rasa ini menuntut persoalan mengenai tarif di mana potongan yang dibebankan kepada mitra driver mencapai 20 persen hingga 30 persen.
Baca SelengkapnyaPenggunaan jalur sepeda memang tidak masif, sehingga kekosongan tersebut digunakan sejumlah pihak.
Baca SelengkapnyaJakarta kian mempesona. Setiap tahunnya banyak proyek baru yang membuat Jakarta kian metropolitan meski nantinya tak lagi menjadi ibu kota.
Baca SelengkapnyaTren jumlah pendatang baru usai Lebaran atau arus balik adalah naik turun selama empat tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaOjek sudah ada sejak tahun 1960-an di pedesaan dan merembet sampai ke perkotaan.
Baca Selengkapnya