Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Butuh perhatian khusus pemerintah

Butuh perhatian khusus pemerintah Razia Metromini. ©2013 Merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Salah satu alasan penumpang memakai jasa Metromini karena tarifnya murah. Sejak Metromini pertama muncul dan diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin, moda transportasi publik itu memang sengaja dibikin dengan tarif terjangkau rakyat kecil. Tapi bagaimana kondisi Metromini sekarang? Ternyata mereka harus terseok-seok mencari penumpang.

Bahkan, menurut Cungkring, salah satu sopir Metromini, demi bertahan hidup di tengah kemacetan Jakarta, para sopir Metromini terpaksa tak menggunakan kernet untuk menutupi setoran. Belum lagi, para sopir harus membagi uang mereka dari pungutan liar.

Cungkring harus bersabar menunggu penumpang yang mau naik mobil Metromini yang dia bawa. Saban hari, Cungkring harus membelah kemacetan di Jalan Arteri Pondok Indah untuk mengantarkan penumpang sampai daerah Rempoa, Ciputat.

Jalur yang dilintasi Cungkring merupakan jalan padat kendaraan bermotor, dimana saat jam-jam sibuk, trayek yang dia lalui selalu dilanda kemacetan. Namun sebagai sopir yang sudah 15 tahun mengemudikan Metro Mini 74 itu mau tak mau harus dijalani.

"Mau gimana, kalau sepi begini terus pinginnya ganti kerjaan, tapi kerjaan apa," kata Cungkring saat berbincang dengan merdeka.com di pintu keluar Terminal Blok M, Jakarta Selatan kemarin. Buat mencari penumpang, Cungkring masih tetap bertahan menggunakan kernet.

Jika di terminal, tak jarang dia juga menggunakan timer untuk mencarikan penumpang. Jika di pintu keluar sepi, Cungkring pindah ngetem di Jalan Melawai Raya. "Paling banyak penumpang di Jalan Melawai, karena dekat pintu keluar Blok M Square," ujarnya.

Sudah beberapa tahun ini, Cungkring merasakan sulitnya mencari penumpang. Sepinya peminat Metromini diyakini Cungkring lantaran saat ini banyak penumpang yang beralih menggunakan sepeda motor pengganti moda transportasi. Padahal kata dia, ongkos yang dipatok Metromini masih terbilang murah. "Rp 4000 sampai Rempoa," tuturnya.

Metromini 74 jurusan Blok M-Rempoa boleh dibilang masih kuat bertahan lantaran trayeknya cukup jauh. Namun bagi yang tingal di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Metromini S 60 benar-benar menjadi kenangan. Metromini dengan trayek Manggarai-Kampung Melayu via Tebet itu sudah punah. Padahal bagi anak-anak sekolah di bilangan Tebet, mobil itu berjasa dan memiliki kenangan tersendiri.

"Kabarnya tinggal 1 Unit, tapi sekarang sudah enggak pernah kelihatan," kata Andri 30 tahun, salah seorang warga di Jalan Tebet Utara saat ditemu kemarin.

Hilangnya Metromini di beberapa trayek dan sepinya penumpang angkutan itu di Jakarta memang bukan tanpa sebab. Akhir 2014 lalu Polda Metro Jaya mencatat ada sekitar 17.523.967 jumlah kendaraan di Jakarta. Jumlah itu didominasi sepeda motor sebanyak 13.084.372 unit. Kemudian diikuti oleh mobil pribadi sebanyak 3.226.009 unit, mobil barang 673.661 unit, bus 362.066 unit, dan kendaraan khusus 137.859 unit.

Pengamat transportasi dari Forum Warga Kota Jakarta (Fakta), Azas Tigor Nainggolan, mengatakan jika sepinya penumpang Metromini diakibatkan karena banyak penggunanya beralih menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi. Peralihan itu disebabkan lantaran pengguna angkutan umum di Jakarta terbilang mahal.

"Kenapa penumpangnya lompat ke sepeda motor? Karena naik angkutan umum biayanya mahal. Dari gaji mereka sekitar 40 persen untuk naik angkutan umum," katanya saat dihubungi melalui seluler semalam. "Kalau pakai sepeda motor paling hanya sekitar 5 sampai 10 persen ongkos yang dikeluarkan dari pendapatan."

Untuk menarik pengguna angkutan umum khususnya Metromini dan Kopaja, Azas mengatakan pemerintah Provinsi DKI Jakarta seharusnya merevitalisasi angkutan umum sekaligus mengkaji kembali trayek angkutan umum. Meski sejak era Gubernur Joko Widodo, penyegaran terhadap Metromini dilakukan, namun hingga kini dampak angkutan yang pernah dihelat ajang Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces (GANEFO), era presiden Soekarno itu tetap sepi penumpang.

"Sekarang kalau busnya bagus tapi penumpangnya tidak ada kan sama saja. Pemerintah juga harus memikirkan solusi soal penumpang itu," ujarnya.

Selain melakukan peremajaan dan mengkaji ulang soal trayek Metromini, pemerintah juga harus memberi jaminan jika transportasi mudah dijangkau. "Saya tidak melihat Pemprov DKI Jakarta tidak serius merapihkan angkutan umum. Bukan sekadar memanjakan penumpang, tapi biaya juga harus murah," tuturnya. (mdk/mtf)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Uji KIR Bus Pariwisata Sulit Diawasi, Ternyata Ini Alasannya
Uji KIR Bus Pariwisata Sulit Diawasi, Ternyata Ini Alasannya

Kecelakaan bus pariwisata yang ditumpangi rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok di kawasan Ciater, Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5) akibat rem blong.

Baca Selengkapnya
Viral Barang Hilang di Bus, Sebenarnya Tanggung Jawab Siapa?
Viral Barang Hilang di Bus, Sebenarnya Tanggung Jawab Siapa?

Regulasi tidak mengatur ganti rugi barang bawaan pribadi dan berharga milik penumpang karena akan berdampak pada iklim usaha transportasi.

Baca Selengkapnya
Gara-Gara Ini Transportasi Umum di Indonesia Susah Berkembang
Gara-Gara Ini Transportasi Umum di Indonesia Susah Berkembang

Masalah sosial lebih mengemuka ketimbang persoalan teknis.

Baca Selengkapnya
Belajar dari Kecelakaan Maut Bus SMK Lingga Kencana di Subang, Begini Tips Memilih Bus yang Aman
Belajar dari Kecelakaan Maut Bus SMK Lingga Kencana di Subang, Begini Tips Memilih Bus yang Aman

Pemilihan PO yang aman ini bisa mencegah kecelakaan maut seperti yang menimpa rombongan SMK Lingga Kencana Depok pada Sabtu (11/5).

Baca Selengkapnya
Jangan Sembarangan, Ini Hal Penting Wajib Diperhatikan Sebelum Sewa Bus Pariwisata
Jangan Sembarangan, Ini Hal Penting Wajib Diperhatikan Sebelum Sewa Bus Pariwisata

Jangan Sembarangan, Ini Hal Penting Wajib Diperhatikan Sebelum Sewa Bus Pariwisata

Baca Selengkapnya
Kecelakaan Maut Bus di Ciater, DPR: Kemenhub Tahu Banyak Bus Tak Laik Jalan Tapi Tak Ada Sanksi Tegas
Kecelakaan Maut Bus di Ciater, DPR: Kemenhub Tahu Banyak Bus Tak Laik Jalan Tapi Tak Ada Sanksi Tegas

Kecelakaan Maut Bus di Ciater, DPR: Kemenhub Tahu Banyak Bus Tak Laik Jalan Tapi Tak Ada Sanksi Tegas

Baca Selengkapnya
Menhub Temukan Bus Pariwisata Tak Laik Jalan, Tak Ada Uji KIR dan STNK
Menhub Temukan Bus Pariwisata Tak Laik Jalan, Tak Ada Uji KIR dan STNK

Dengan hal ini, lanjut Raden, kecelakaan yang melibatkan bus pariwisata diharapkan dapat ditekan.

Baca Selengkapnya
Lakukan Inspeksi Dadakan, Menhub Temukan Bus Pariwisata Tidak Laik Jalan Masih Beroperasi
Lakukan Inspeksi Dadakan, Menhub Temukan Bus Pariwisata Tidak Laik Jalan Masih Beroperasi

Bus tersebut tidak memiliki kelengkapan surat-surat seperti uji KIR, STNK.

Baca Selengkapnya
Kemenhub: Masyarakat Harus Berani Tolak Bus Tak Ada Uji KIR, Minta Ganti Bus yang Baru
Kemenhub: Masyarakat Harus Berani Tolak Bus Tak Ada Uji KIR, Minta Ganti Bus yang Baru

Kemenhub: Masyarakat Harus Bearni Tolak Bus Tak Ada Uji KIR, Minta Ganti Bus yang Baru

Baca Selengkapnya