Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cerita Lucu Sukarni Usai 'Culik' Sukarno-Hatta Takut Ditangkap Polisi Jepang

Cerita Lucu Sukarni Usai 'Culik' Sukarno-Hatta Takut Ditangkap Polisi Jepang Sukarni. ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Revolusi yang dijanjikan kaum pemuda di Jakarta ternyata urung terjadi. Sukarno, Sukarni, Achmad Soebardjo dan Hatta pun akhirnya rapat di Jalan Miyadori.

Penulis: Hendi Jo

Senja memasuki Klender, saat sebuah sedan meluncur di jalanan yang berlubang pada Kamis, 16 Agustus 1945. Baru saja memasuki beberapa menit melintas sebuah area persawahan luas, tetiba mobil berpelat nomor Jakarta itu memelankan lajunya. Kelima penumpang terkesima melihat bumbungan asap yang mengepul tebal di kejauhan.

Orang lain juga bertanya?

Menyaksikan pemandangan tersebut, bak seorang koboy Sukarni (tokoh pemuda Menteng 31) meloncat dari tempat duduknya sambil mecabut pistol.

"Lihatlah! Itu lihat sudah mulai. Revolusi sedang berkobar persis seperti yang kita harapkan. Jakarta mulai terbakar. Lebih baik kita cepat-cepat kembali ke Rengasdengklok!" teriaknya seperti dikisahkan oleh Sukarno dalam Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia (disusun oleh Cindy Adams)

Seolah tidak mendengar ocehan Sukarni, Sukarno memerintahkan sopir untuk terus melaju ke arah Jakarta. Begitu mendekati sumber asap tersebut, mobil berhenti. Mereka yang ada di kendaraan semuanya turun untuk menyaksikan lebih jelas pemandangan di depan mata.

Selidik punya selidik, asap api itu ternyata berasal dari tumpukan jerami yang tengah dibakar seorang petani. Dengan tersenyum mesem, Sukarno lalu berpaling ke arah Sukarni.

"Inikah api ledakan yang hebat berkobar-kobar? Ini bukannya pemberontakan besar-besaran. Ini bukannya perbuatan ratusan, ribuan orang yang menantikan isyarat untuk berontak. Ini hanyalah perbuatan seorang marhaen yang membakar jerami..." kata Sukarno setengah mengejek.

Sukarni nampak tak percaya. Dia terdiam sambil masih memegang pistolnya. Sementara. Achmad Soebardjo yang bertugas sebagai penjemput Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok, melirik ke arah sang pimpinan pemuda radikal itu.

"Dan cukup sampai di sini saja main pahlawan-pahlawanan-nya. Simpanlah pistol itu!" ujarnya.

Singkat cerita, rombongan Sukarno-Hatta tiba di Jakarta sekira jam 8 malam. Begitu sampai ibu kota, mobil langsung diarahkan ke Jalan rumah Bung Hatta di Jalan Miyadori (sekarang Jalan Diponegoro).

Menurut Hatta dalam otobiografi-nya, Memoirs, di rumahnya itu mereka lantas mengadakan rapat untuk membahas cara bagaimana meneruskan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang tidak jadi diselenggarakan pagi harinya.

Akhirnya muncul kesepakatan jika rapat PPKI akan diadakan keesokan harinya di rumah Laksamana Maeda, seorang perwira Kaigun (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang) yang bersimpati kepada gerakan kemerdekaan Indonesia.

Soebardjo sendiri mendapatkan tugas untuk menghubungi semua anggota PPKI yang saat itu tengah menginap di Hotel Des Indes, dekat wilayah Harmoni.

Rembukan kilat itu pun dinyatakan usai begitu jarum jam menunjukkan angka 12 malam. Masing-masing sepakat untuk pulang terlebih dahulu ke rumah masing-masing untuk sekadar melepaskan letih sejenak usai perjalanan panjang dari Karawang. Namun alih-alih cepat pergi, Sukarni terlihat bingung

"Lalu aku bagaimana?" tanya Sukarni.

"Ya, pulang juga," jawab Hatta.

"Kalau begitu, aku minta Bung pinjami satu stel pakaian, karena dengan seragam PETA yang aku kenakan sekarang, aku dapat ditangkap oleh Kenpeitai (Polisi Militer Jepang)," ujar Sukarni.

Mendengar ungkapan Sukarni itu, Soebardjo, Sukarno dan Hatta sontak tertawa terbahak-bahak. Sukarni pun jadi ikut-ikutan tertawa.

"Saudara ini berani mengadakan revolusi menggempur Jepang. Tapi sekarang saudara takut akan ditangkap Kenpeitai karena memakai seragam PETA..." ujar Hatta, masih sambil tertawa.

"Itu lain hal-nya, Bung. Menggempur Jepang dalam suatu revolusi, aku berani. Tapi akan ditangkap Jepang begitu saja karena seragam PETA, apa gunanya?" kilah Sukarni.

Hatta lalu masuk ke kamarnya. Begitu muncul, dia menyerahkan satu stel pakaian kepada Sukarni. Pakaian itu ternyata pas benar dengan postur Sukarni, walau celananya terlihat agak pendek sedikit.

"Tapi tidak kentara," kenang Hatta.

Tanpa banyak bicara, Sukarni langsung mengganti seragam PETA-nya. Setelah selesai, dia pamit kepada Hatta, Sukarno dan Soebardjo untuk memberikan kabar kepada kawan-kawannya.

sukarni

©2012 Merdeka.com

Sukarni yang bernama lengkap Sukarni Kartodiwirjo adalah salah satu tokoh pemuda yang 'menculik' Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok. Dia juga yang mengusulkan agar naskah proklamasi ditandatangani Ir. Soekarno dan Moh Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Sukarni mendapat gelar Pahlawan Nasional Indonesia dari pemerintah yang disematkan oleh Presiden Joko Widodo, pada 7 November 2014 kepada perwakilan keluarga di Istana Negara, Jakarta.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Saat Sukarno Kesal Karena Diculik Para Pemuda ke Rengasdengklok
Saat Sukarno Kesal Karena Diculik Para Pemuda ke Rengasdengklok

Apa tujuan para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok?

Baca Selengkapnya
Kenapa Proklamasi Tanggal 17 Agustus? Ternyata ini ‘Hitung-Hitungan Angka’ Presiden Sukarno
Kenapa Proklamasi Tanggal 17 Agustus? Ternyata ini ‘Hitung-Hitungan Angka’ Presiden Sukarno

Saat para pemuda menantangnya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Sukarno menolaknya. Dia memilih tanggal 17 Agustus. Apa makna di baliknya?

Baca Selengkapnya
Apa Tujuan Penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok? Begini Sejarahnya
Apa Tujuan Penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok? Begini Sejarahnya

Berikut ini adalah jawaban atas pertanyaan apa tujuan penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok.

Baca Selengkapnya
Susu Tertinggal & Kesaksian Istri Bung Karno Tentang Penculikan ke Rengasdengklok
Susu Tertinggal & Kesaksian Istri Bung Karno Tentang Penculikan ke Rengasdengklok

Dini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Sukarno-Hatta. Kedua pemimpin ini dibawa ke Rengasdengklok. Ini kesaksian Fatmawati soal peristiwa itu.

Baca Selengkapnya
Gedung Ini Jadi Tempat Musyawarah Rencana Penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Begini Kisahnya
Gedung Ini Jadi Tempat Musyawarah Rencana Penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Begini Kisahnya

Rencana penculikan sudah disusun secara matang di salah satu gedung, Jalan Menteng Raya 31, Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, Kota Jakarta Pusat.

Baca Selengkapnya
Bung Karno dan Kisah-Kisah Lucu di Awal Kemerdekaan
Bung Karno dan Kisah-Kisah Lucu di Awal Kemerdekaan

Banyak kisah-kisah lucu yang mengundang senyum di awal kemerdekaan. Berikut beberapa di antaranya.

Baca Selengkapnya
Maut Menjemput Brigjen Soepardjo, Jenderal Pendukung G30S/PKI
Maut Menjemput Brigjen Soepardjo, Jenderal Pendukung G30S/PKI

Brigjen Soepardjo adalah tentara paling tinggi yang terlibat langsung penculikan para jenderal saat G30S/PKi.

Baca Selengkapnya
Akhir Hidup Wikana, Tokoh Pemuda ‘Penculikan Rengasdengklok’ yang Berakhir Tragis
Akhir Hidup Wikana, Tokoh Pemuda ‘Penculikan Rengasdengklok’ yang Berakhir Tragis

Nama Wikana dikenal sebagai salah satu pemuda Menteng 31. Sosok pemuda revolusioner yang berani menculik Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok. Akhir hidupnya tragis.

Baca Selengkapnya
Pasukan Pembawa Maut dari Lubang Buaya di Pagi Buta 1 Oktober 1965
Pasukan Pembawa Maut dari Lubang Buaya di Pagi Buta 1 Oktober 1965

1 Oktober 1965, pukul 03.00 WIB, belasan truk dan bus meninggalkan Lubang Buaya. Mereka meluncur ke Pusat Kota Jakarta untuk menculik tujuh Jenderal TNI.

Baca Selengkapnya
22 Desember 1948: Sjafruddin Prawiranegara Mendirikan Pemerintahan Darurat RI di Sumatra Barat
22 Desember 1948: Sjafruddin Prawiranegara Mendirikan Pemerintahan Darurat RI di Sumatra Barat

Berawal dari Agresi Militer Belanda Kedua pada 19 Desember 1948, PDRI pun didirikan di Sumbar.

Baca Selengkapnya