Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Eksploitasi anak di balik wajah 'boneka goyang kepala'

Eksploitasi anak di balik wajah 'boneka goyang kepala' Boneka goyang kepala. ©2015 Merdeka.com/Pramirfan Datu Aprillatu

Merdeka.com - Siang itu panas matahari terasa menyengat di kepala. Musik disco yang digubah dari alunan musik dangdut diputar keras-keras tanpa lirik, lalu ditingkahi sebuah boneka dengan karakter kartun anak. Kepala si boneka bergoyang-goyang dan nampak menggemaskan mengikuti irama dangdut tersebut. Boneka itu sebenarnya seperti baju lucu--mirip badut--yang di dalamnya ada bocah laki-laki.

Aksi joget boneka anak di Jalan Tebet Barat itu sebenarnya bertujuan untuk mengamen. Anak-anak itu mengharap rezeki pada setiap orang yang dijumpai. Terkadang aksi mereka lakukan di pasar-pasar, sentra pedagang kaki lima di pinggir jalan, sampai di perempatan lampu merah. Hiburan ala pengamen ini disebut hiburan 'boneka goyang kepala'.

Bila dulu ada badut dengan karakter Walt Disney, sekarang ada 'boneka goyang kepala' dengan karakter film kartun Spongebob, Upin dan Ipin, serta Marsya. Bila pemain badut rata-rata adalah orang dewasa, maka pemain boneka goyang kepala itu adalah anak-anak kecil usia sekolah, mulai dari usia lima tahun sampai belasan tahun. Ironisnya, aksi boneka goyang kepala kini seperti menjamur di Jakarta.

Seperti Udin, bukan nama sebenarnya, pemain boneka goyang kepala yang ditemui merdeka.com di Jalan Tebet siang itu. Bocah enam tahun tersebut mengaku memanfaatkan libur sekolah demi mengais rizki di jalanan. Dia ditemani kakaknya, Mamat, setiap hari berjalan kaki menyusuri jalanan ibu kota untuk mencari tambahan uang. Kakak lelakinya siaga mengoperasikan alat musik, sementara udin di dalam boneka itu bergoyang genit dan menggemaskan.

"Dari rumah di Manggarai bisa sampai Salemba, terserah ikut abang aja," katanya kepada merdeka.com saat di lokasi, pekan lalu, Jakarta. Udin mengaku mendapat bagian lebih kecil dibanding abangnya yang mengoperasikan alat musik itu. Alasan Abangnya mendapat bagian lebih besar untuk menyewa perlengkapan.

Dengan polos Udin mengatakan, uang hasil mengamen menggunakan boneka goyang kepala lebih besar ketimbang hanya 'ngecrek' bermodalkan tutup botol di angkutan umum. "Dari pada dulu mah mending modal bikin boneka sama alat musik bisa dapat banyak," ujar bocah berkepala plontos itu.

Sementara untuk perlengkapan alat musik dan boneka itu, dia melanjutkan, sudah ada pihak yang menyewakan saban harinya. "Udah ada bosnya itu mah," ujarnya polos.

Uang hasil mengamen itu dibuat jajan dan sisanya menambah kebutuhan hidup keluarga. "Lumayan jajan sama sisanya kasih emak buat beli beras," sahut Mamat, sembari memutar kaset saat alunan musik hampir habis. Dia sendiri sudah putus sekolah ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Di lain tempat, di sekitaran wilayah Bekasi, pemandangan serupa mudah ditemui. Pengamen anak dengan 'boneka goyang kepala' karakter kartun Upin dan Ipin beraksi menghibur pengendara jalan. Sebuah lubang kecil terdapat di kepala boneka berfungsi buat mengambil uang secara langsung dari pejalan. Lebih menggemaskan lagi, lidahnya bisa dijulurkan memanjang layaknya orang meledek. Aksi boneka itu memang jenaka dan berhasil memancing perhatian pengendara.

Aksi anak-anak dan boneka goyang kepala di jalanan itu memang tidak lepas dari masalah ekonomi. Jalanan dijadikan lahan untuk memulung rizki dengan cara menggoyang belas kasihan orang. "Yah, dibanding dengan anak-anak pengemis, lucu juga lihat boneka goyang-goyang, mending kasih uang buat anak ngamen dengan boneka," ujar pengendara sepeda motor, Agus.

Namun demikian, Udin dan pengamen boneka goyang kepala lainnya itu merasa nyaman saja. Mereka bekerja menjadi pengamen karena memang kondisi ekonomi keluarga tengah menghimpit. Meskipun eksploitasi anak seperti itu bisa dikategorikan dalam ranah Kekerasan terhadap anak. "Kadang maunya kalau ngamen dari pagi, sore udah bisa sampai rumah. Biar masih bisa main bola sama anak-anak di rumah sampai maghrib," ujarnya datar.

Menurut tokoh pemerhati anak, Seto Mulyadi, eksploitasi anak dengan motif ekonomi memang masih terjadi di ibu kota. Dalam hal ini semua pihak harus bertanggung jawab dalam perkembangan anak-anak jalanan. Apalagi, dengan simbol anak belakangan marak muncul. Salah satunya jadi penyebab merangsangnya anak-anak memilih terjun ke dunia jalanan.

"Yah semua pihak, pemerintah, masyarakat dan khususnya orang tua dalam menyikapi perkembangan anak-anak di jalanan," kata pencipta karakter si komo itu. (mdk/mtf)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sungguh Tega Pemotor Turunkan Anak Kecil di Jalan lalu Paksa Pakai Kostum Badut, Diduga Orangtuanya
Sungguh Tega Pemotor Turunkan Anak Kecil di Jalan lalu Paksa Pakai Kostum Badut, Diduga Orangtuanya

Beredar video seorang pemotor sengaja turunkan anak kecil di pinggir jalan hingga ramai disorot netizen.

Baca Selengkapnya
Raja Tega, Pemuda di Aceh Suruh Bocah Jualan di Lampu Merah Cuan Rp1 Juta per Hari
Raja Tega, Pemuda di Aceh Suruh Bocah Jualan di Lampu Merah Cuan Rp1 Juta per Hari

Hasil jualan anak jalanan itu masuk ke kantong si raja tega.

Baca Selengkapnya
Abah Oyan Cabuli 11 Anak di Kota Bogor, Begini Modusnya
Abah Oyan Cabuli 11 Anak di Kota Bogor, Begini Modusnya

Pelaku mencabuli 11 orang anak perempuan di Kampung Situpete, Kelurahan Sukadamai, Kota Bogor.

Baca Selengkapnya
Kasus Video Gay Kids di Jakarta Bukti Kejahatan  Pornografi Mengintai Anak Indonesia
Kasus Video Gay Kids di Jakarta Bukti Kejahatan Pornografi Mengintai Anak Indonesia

Bisnis konten 'Video Gay Kids' yang dibongkar Polda Metro Jaya menjadi bukti rentannya anak-anak Indonesia menjadi korban eksploitasi pornografi.

Baca Selengkapnya
Miris Banget Bocah Perempuan Terbaring Lemas di Trotoar Tak Berani Pulang, Ternyata Ditarget Ortu Ngemis Rp200 Ribu
Miris Banget Bocah Perempuan Terbaring Lemas di Trotoar Tak Berani Pulang, Ternyata Ditarget Ortu Ngemis Rp200 Ribu

Bocah perempuan ditemukan lemas di trotoar lantaran takut dipukuli orang tua karena hasil mengemis tak mencapai target.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Polisi Blak-blakan Fakta Detik-Detik Awal Penyanderaan Anak di Pospol Pejaten
VIDEO: Polisi Blak-blakan Fakta Detik-Detik Awal Penyanderaan Anak di Pospol Pejaten

Polisi membeberkan modus pelaku yaitu hendak meminjam uang kepada orang tua korban, namun tak digubris.

Baca Selengkapnya
Data KPAI 1,14 Juta Anak Jadi Pekerja, Mulai Prostitusi hingga Petani
Data KPAI 1,14 Juta Anak Jadi Pekerja, Mulai Prostitusi hingga Petani

24 indikator KLA antara lain tentang eksploitasi anak, termasuk cara menurunkan atau menanggulangi situasi pekerja anak.

Baca Selengkapnya
Galau Ditinggal Pacar, Remaja Putri Dijual ke Enam Pria Hidung Belang
Galau Ditinggal Pacar, Remaja Putri Dijual ke Enam Pria Hidung Belang

Pelaku berinisial MF ditangkap polisi atas laporan menjual anak di bawah umur.

Baca Selengkapnya
Mengejutkan! Begini Cara Kerja Sindikat Perdagangan Anak Incar Targetnya, Korbannya Sudah Puluhan
Mengejutkan! Begini Cara Kerja Sindikat Perdagangan Anak Incar Targetnya, Korbannya Sudah Puluhan

KPAI terus bekerja sama dengan Siber Polri dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk mengungkap sindikat TPPO anak.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini Penyebab Perempuan dan Anak Rentan Jadi Korban Perdagangan Orang
Ternyata Ini Penyebab Perempuan dan Anak Rentan Jadi Korban Perdagangan Orang

Kementerian PPPA mengungkap penyebab perempuan dan anak rentan menjadi korban perdagangan orang di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Korban Iming-Iming 'Icha Shakila' Bertambah, Ibu di Bekasi jadi Tersangka usai Disuruh Cabuli Anak
Korban Iming-Iming 'Icha Shakila' Bertambah, Ibu di Bekasi jadi Tersangka usai Disuruh Cabuli Anak

Polisi menemukan, ada dua ibu-ibu yang menjadi target iming-iming dari 'Icha Shakila' tersebut.

Baca Selengkapnya