Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Indonesia jangan jadi penonton dalam konflik Laut China Selatan

Indonesia jangan jadi penonton dalam konflik Laut China Selatan Connie Bakrie. Koleksi pribadi

Merdeka.com - Konflik Laut China Selatan kini mulai memanas setelah pesawat pengintai milik Amerika Serikat, P8-A Poseidon, akhir bulan lalu terbang di atas ketinggian 4500 meter di atas pulau yang diklaim milik China. Peringatan oleh Angkatan Laut China membuat Menteri Pertahanan Amerika berang, mereka mencoba mencari dukungan negara-negara Asean untuk menghadang China.

Filipina, Vietnam jelas mendukung Amerika untuk menghadang China di Laut China Selatan. Dua negara itu memang masih terlibat sengketa soal klaim China atas pulau buatan di kawasan Kepulauan Spratly. Nama Indonesia juga diseret Amerika untuk meminta dukungan. Bahkan Senator Amerika Serikat bakal memberikan fulus untuk Indonesia buat menghadang China. Jumlahnya tak tanggung-tanggung USD 46 ribu.

Menurut pengamat Pertahanan dan Militer dari Universitas Indonesia Connie Rahakundini Bakrie, kondisi seperti ini harus segera disikapi para elite untuk mereposisi arah kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia yang lebih tegas, strategis dalam menyikapi perubahan konstelasi politik di kawasan.

"Harusnya kita sebagai bangsa sepakat bahwa saat menyatakan diri Indonesia sebagai poros maritim dunia, di situlah persepsi bangsa ini harus berubah seluruhnya. Dari yang tadi hanya menjadi penonton, ada kapal selam lewat atau ada apa gitu, sekarang enggak. Nah apa yang harus diutamakannya ini harus jelas," ujar Connie saat berbincang dengan merdeka.com di sebuah cafe kawasan Cilandak Town Square, Rabu malam lalu.

Lalu bagaimana Indonesia seharusnya bersikap. Apalagi penyataan Pangkoops 1 soal China sebagai ancaman dinilai makin memperkeruh situasi. Menurut Connie, untuk mencegah terjadinya perang, Indonesia harus mengeluarkan kebijakan kepada negara-negara ASEAN untuk bersatu menetapkan wilayah udara yang kini masih bebas. "Pokoknya sudah deh negara ini semua bergabung untuk membangun kekuatan," katanya.

Berikut petikan wawancara Connie kepada Arbi Sumandoyo dari merdeka.com soal konflik Laut China Selatan:

Konflik Laut China Selatan kini memanas. Apalagi Amerika pada 2020 nanti menggeser 60 persen militernya ke kawasan Asia Tenggara?

Kalau kata (Kepala Staf Angkatan Laut) Pak Ade pada saat navy talk dua atau tiga bulan lalu itu menolak menandatangani navy to navy Asean. Kenapa? Pak Ade menolak karena di situ ditulis, nave to navy to Asean untuk menghadapi China. Dan saya sangat setuju dengan pernyataan Pak Ade bahwa navy to navy Asean untuk kebersamaan Asean, untuk politic community, fine. Tapi Pak Ade menolak karena pada saat itu untuk menghadapi China. Siapa bilang China ancaman?

Untuk semua negara ASEAN tidak sepakat, hanya beberapa negara. Nah sikap seperti Pak Ade saya kira perlu didukung. Indonesia itu kan kemarin salah kaprah, padahal kita bisa bermain disaat bersamaan untuk kita. Mau main sama China sama Amerika sekaligus kek, mau main sama Rusia sebodo amat. Pokoknya yang penting Indonesia itu harus tidak berpihak ke manapun. Kenyataannya sekarang pernyataan dari Pangkoops 1, menganggap China itu ancaman, itu bahaya. Karena kita tidak punya political security policy yang mengarahkan ancaman kita dari utara. Seharusnya publik mendorong, omongnya kan soal pencurian ikan, ilegal ini, ilegal itu ya kan, bencana, bukan itu.

Kalau kita sudah punya keamanan nasional jelas, misalnya 'oh eskalasi konflik Laut China Selatan akan meningkat misalnya', maka kita harus apa. Kalau menurut saya, satu, Asean political security community itu harus dipakai sebagai kendaraan. Indonesia sekarang tidak percaya diri, Indonesia harus menerapkan air deep lane ada di wilayah indonesia. Itu kan sekarang ada di Pulau Jawa, jadi tidak mengcover seluruh wilayah Indonesia. Padahal itu sudah dari dua tahun lalu saya ngomong, kalau dipercepat dan saya sudah ngomong sama KSAU. KSAU dalam serah terima jabatannya, itu mengangkat bahwa ADIS (Air Defense Integrated System) itu lah sebenarnya pekerjaan rumah kita.

Jadi bukan pernyataannya Pangkoops 1, pernyataan itu tidak boleh dari Pangkoops, harusnya dari Menhan atau Panglima. Nah sekarang ini lah yang kita perlu, kenapa TNI jadi ngaco begini. Kan sudah kelihatan Pangkoops bilang ada ancaman dari utara, Pak Ade selaku KSAL tidak mau tanda tangan dia. Dari situ sudah kelihatan kita tidak sama.

Seharusnya Menhan yang memberi pernyataan tegas, kalau Indonesia sekarang mau menjadi negara penjuru dalam Asean yang mendamaikan konflik ini. Pertama, Indonesia harus mendorong terjadinya ADIS ASEAN. Air Defense Spratly-nya ASEAN, kenapa? Karena di Pulau Spratly ini kan untuk membangun militer, pangkalan, pasti dia akan menerapkan ADIS-nya.

Saya kan sudah pernah ngomong waktu ADIS Laut China Timur itu hanya percobaan, tidak penting buat dia Laut China Timur. Ngapain dia ngadepin Korea, akhirnya Jepang marah kemudian menghadapi Taiwan. Itu menurut saya hanya tes the water, karena lebih aman. Di sini dia nerapin ADIS, dia ngadepin beberapa negara.

Kenapa saya sepakat, daripada kita ngomongin dunia maritim yang lagi tensi, coba sekali-sekali dimasukin wilayah udaranya. Yaitu wilayah udara ASEAN. ASEAN Air Defense Zone (ADIZ), sehingga tadi Vietnam yang Pro Amerika, Filipina yang Pro Amerika, kemudian Singapura, Malaysia, Brunei akan ikut Amerika. Itu mau enggak mau harus terkontrol, kalau tidak ASEAN bisa breaking a park nih, saya lebih mengkhawatirkan ASEAN pecah gara-gara ini.

Kalau sekarang China dianggap ancaman kita sudah sepercaya diri apa? Jangan salah yang musti kita sikapi, 2010, 2030 pembangunan kekuatan angkatan bersenjata Rusia dan China itu searah-sejalan. Tahunnya sama, cuma wilayahnya lain. Kalau China tahun 2020 sudah sampai perairan Jepang. di Road Mappingnya di 2025 sudah sampai ke Laut India. Rusia bikin di sebelah sini, jadi kalau dipersatukan takutnya mereka lama di Amerika. Posisi kita ini kan harus jelas mau apa.

ADIS bukannya sudah didorong oleh beberapa negara ASEAN beberapa bulan lalu?

Bukan kemarin, Asean Political Security memang akan. Jadi, memang navy talk-navy talk ini berjalan sangat aktif, cuma mesti kita harus lihat navy talk-navy talk itu juga jangan sampai kita disetir oleh kepentingan asing. Seperti tadi saya utarakan, Pak Ade tidak mau tanda tangan karena kok navy talk-navy talk ASEAN itu membawa kesan menghadapi China. Kita tidak menghadapi China, kalau kita menandatangani navy to navy itu untuk ASEAN. Nah di lain sisi, kok KSAL diam saja dan kenapa menurut saya Pangkoops tidak berkenan memusuhi China.

Padahal itu harusnya biarkan KSAU bicara, bahwa itu untuk, misalnya ASEAN bisa sepakat menghadapi ini, misalnya satu, dengan mendirikan ASEAN Air Defense Counter Zone Asean. Yang kedua, ini bakal jadi panjang, saya tidak setuju jika konflik Laut China Selatan dibawa ke PBB. Karena kalau sudah PBB, kita harus tahu lah jujur, siapa sih yang menyetir PBB? PBB sudah tidak semurni apa yang kita pikir. Saya lebih percaya, China itu biarkan membangun bilateral sendiri, mau sama Vietnam kek dan selama proses itu Amerika tidak perlu ikut campur.

Amerika dari dulu saja sudah bilang, bahwa Laut China Selatan bagian penting Amerika Serikat. Harusnya kita yang ngomong dong, kenapa mesti Amerika menganggap sebagai national interest mereka, lebih national interest kita dong, ya kan. Kita itu cenderung diam, takutnya sekarang dengan punya presiden yang out of looking tadi, harusnya Menhan dan Menlunya juga demikian, jangan ngomongin bicara-bicara lagi.

Saya lihatnya sekarang pembangunan kekuatan kita harusnya ke bencana, dianggapnya kita enggak perang padahal eskalasi kawasan yang bergerak tadi. Padahal kan pembangunan green water navy-nya sampai ke mana, blue water navy-nya sampai ke mana, bukan menganggap China ancaman tapi menyeimbangkan.

Obama kemarin meminta dukungan beberapa negara untuk menghadang China?

Tidak tahu, makanya yang tadi saya bilang, fungsi Indonesia kan tidak bisa jadi negara yang ikut-ikutan. Sebagai negara poros maritim dunia, kita bukan lagi penonton. Harusnya kita sebagai bangsa sepakat bahwa saat menyatakan diri Indonesia sebagai poros maritim dunia, di situlah persepsi bangsa ini harus berubah seluruhnya. Dari yang tadi hanya menjadi penonton, ada kapal selam lewat atau ada apa gitu, sekarang enggak. Nah apa yang harus diutamakannya ini harus jelas, tadi saya bilang, Drive ASEAN harus punya ADIS.

Kalau aku gini, bereskan apa yang bisa dibereskan dulu. Kalau konflik Laut China, jangankan konflik Laut China, kita batas dengan negara tetangga aja masih belum beres. Kalau dibalikin China "elo ngapain ngurusin Laut China Selatan, malu dong". Dari pada itu mending kita ngomongin ADIS dulu, ADIS Asean. Jadi sekarang bukan navy to navy talk, tapi air force to air force talk. Dengan ASEAN ADIS ada, percaya deh, akselerasinya pasti akan menurun. Kenapa? Dia sudah tidak bisa menghadapi negara masing-masing dengan bilateral tadi. Kan sudah seluruh ASEAN. Itu secara keamanan kita lebih aman, karena kita kan menerapkan open say policy. Open say policy kita kan sudah bablas sekali sekarang karena kita tidak ada perlindungan sama sekali.

Kalau kita punya ADIS, awan ASEAN itu akan aman. Yang kedua, Australia ini menerapkan seribu mil dari batas Pantai Australia. Nah sekarang Indonesia mau apa, apa karena ada ADIS tadi kemudian punya AMIZ (Asean Maritime Identification Zone). Kalau dari AMIZ, amankan Laut China Selatan. Kenapa? China akan mikir kalau yang dihadapi semua adalah ASEAN. Bukan menyerang satu-satu. Tapi saya tidak setuju jika konflik ini dibawa ke PBB, karena saya benerin China. Ngapain PBB, orang urusannya masing-masing negara. Saya sepakat dengan China kalau soal itu. Jadi seperti saya bilang, ADIS dulu baru AMIZ. Jadi di atasnya ada ADIS di bawahnya ada AMIZ. Jadi di balik segala sesuatu kan dari maritim, lalu udaranya sebagai payung. Kalau payungnya susah, ya dibikin dulu baru dibawahnya apa.

Wilayah udara itu yang kemarin dimanfaatkan Amerika?

Bukan. Wilayah udara ini sekarang yang disampaikan Amerika kenapa dia gelar Poseidon, karena dia yakin setelah pangkalan ini maka wilayah udaranya mereka tetapkan. Lah kenapa dia musti gelar Poseidon, ini kan bukan kawasan dia tapi ASEAN. Ngapain dia ngumpul dekat ASEAN terus kita tidak bereaksi. Fungsi ASEAN itu adalah bagaimana omongan Tan Malaka terwujud. Pokoknya sudah deh negara ini semua bergabung untuk membangun kekuatan. Bagilah sepuluh kekuatan dunia sebagai kekuatan yang bersatu. Di momentum ini kita bisa pakai ASEAN. Kalau ASEAN juga tidak berani ya sudah ADIS Indonesia saja. Mumpung ini masih unilateral, belum ada perjanjian internasional yang mengatur tentang ADIS.

Makanya China sembarangan kan, sudah begitu Korea juga nyambung 600 mil karena China juga memperpanjang. Nah sebelum ini terjadi di negara ASEAN, 10 negara berantem gara-gara ADIS, satunya ADIS itu saja dulu. Itu kalau menurut aku. Jadi kalau saya jawaban Menhan itu normatif banget, apa sih patroli bersama. Belum tentu orang-orang yang Pro Cina atau Pro Amerika mau patroli bersama.

Salah satunya karena beberapa negara Asean jadi kroninya Amerika dan China tadi?

Makanya itu saya bilang ini kan jadi bahaya nih. Kita bisa bentrok nih. Kalau bicara Laut Cina Selatan ada tiga aktor. Claiment state, non claiment state dan non claiment with Interest. Kita ini non claiment doang tidak pakai kata interest. Di Amerika itu, non claiment with interest dan dia bikin kacau. Itu yang saya bilang pernyataannya Hilary Clinton bahwa Laut China Selatan bagian dari kepentingan nasional Amerika. Haloww...itu bagian kepentingan dari nasionalnya Indonesia dan ASEAN, titik. Kalau mau dikedepankan ASEAN bobotnya terhadap Indonesia atau Amerika jelas bobotnya Asean dengan Indonesia. Nah untuk itu keluar, kita maunya apa begitu.

Cobalah dengan ADIS itu. Hal-hal mudah dulu, ini kan wilayah udara baru nanti turun ke maritim di bawah. Karena Jangan sampai kaya kejadian kemarin, kita belum tentu punya KSAU seberani Pak Adi lho, bisa nolak. Keduanya memang harus ada national security concern yang menetapkan poros maritim dunia Indonesia sekarang sudah jelas. Tadi green water navy kita mau kemana. Kita bisa bayangin green navy China sampai mana. Misalnya green water navy China akan mencapai Laut Jawa, oke. Artinya mau tidak mau dia akan ada di perairan bebas itu. Nah Indonesia masa mau jadi penonton, kan enggak mungkin. Sekarang yang seharusnya ditentukan green water navy Indonesia mau kemana, apa yang harus dibeli.

Kalau saya mau menggambarkannya mudah. Kalau saya bilang green water itu dari 12 sampai 200 mil. Nah 200 ke sana itu sudah blue water navy. Karena ada yang beranggapan begini, Indonesia kan 80 besar Turki-London, berarti main begitu saja sudah di blue Water. Blue water itu bisa sampai di tujuh samudera.

Bukankah persoalannya selama ini ada di anggaran?

Saya tidak bisa bilang anggaran. Ada hal yang harus saya rahasiakan, tetapi sekarang ini kita punya dana khusus untuk militer Indonesia bukan hanya dari pertahanan. Tapi lepas dari itu ada hal yang saya harus rahasiakan yang saya tidak boleh buka, bahwa sebenarnya kita itu harusnya memanfaatkan apapun juga dana yang kita terima untuk pertahanan dengan road map jelas. Dan membuat road map itu kita mesti punya jelas dulu nih apa militery strategy kita sebagai poros maritim dunia. Itu menjadi daya tawar kita. Kan militer ini luas, bukan hanya angkatan laut tapi semuanya. Yang kedua kita mesti hari-hati adalah tiba-tiba saya baca ada Badan Keamanan Laut (Bakamla), ini bisa bahaya nih.

Jadi kita mesti dorong dulu, kenapa Jokowi mesti punya konsep keamanan nasional sehingga jelas Bakamla bertugas untuk apa. Angkatan laut, navy itu untuk apa? Karena navy itu di atasnya Bakamla. Kalau ada Angkatan Laut di bawah Bakamla saya jadi bingung. Yang punya fungsi penegakan hukum dan pertahanan itu cuma Angkatan Laut bukan Bakamla. Nah ini yang menurut saya jadi agak aneh, kita tuh sok ingin disebut negara damai, Bakamla posisinya lebih tinggi dari Angkatan Laut.

Kalau anda lihat dengan Amerika mencari dukungan dari negara Asean termasuk Indonesia ingin diberi dana, bagaimana dengan ini?

Ini kalau saya anggap masuk dari Amerika Serikat atau anggap masuk dari China, dia bisa main uang. Jadi begini, apapun bentuk bantuan kita terima, tapi sekali lagi bantuan kita terima bukan berarti kita mau ikut cara main dia apa. Kita harus bicara, bantuan kita terima tapi untuk kepentingan nasional Indonesia. Kalau kita ditawarkan bantuan untuk kepentingan Amerika Serikat, bodoh banget kita. Saya tahu berapa jumlahnya, murah banget negara ini mau digituin.

Mungkin ada yang bermain?

Kalau ada yang bermain itu sudah pasti itu terjad. Tapi kenapa main itu terjadi sih? Sekarang anda bisa liat dari pernyataan panglima tidak ngomong China ancaman, Pangkoops gelar tuh karena ada ancaman dari utara. Kan itu statmentnya Pak Dwi. Padahal menurut saya 'berani banget nih orang' siapa kita bilang ada ancaman dari utara.

Berapa jumlah uang yang ditawarkan Amerika untuk Indonesia?

Saya tidak bisa bilang karena sekarang lagi dalam proses dan itu mengapa kita tidak mau terima dulu dan saya dorong kita jangan terima dulu. Saya baru ngomong ke Menhan nih. Karena menurut saya, kita jangan dulu terima sebelum kita tahu dia ingin apa.

Bagaimana kekuatan China dan Amerika di Laut China selatan bersama koloni-koloninya?

Kamu jangan lihat koloni. Saya punya peta ya, sudah saya gambarkan. Pada saat China akan mengerahkan apa, Amerika akan mengerahkan apa. Saya sudah ngomong itu di Menkopolhukam, sudah ngomong di Wantamas, sudah 3,4 tahun lalu. Ini harus hati-hati nih dengan Amerika punya ini. Intinya sudah jelas 2020 akan dikerahkan. Jadi saat China punya apa, Amerika akan punya apa. Saya sudah hitung. 2000 tentaranya ada di kawasan ini. Emang 2000 tentara itu cuma berenang-berenang, ya enggak lah. Pasti pakai kapal perang. Dari Australia ada 2000 pesawat tempur. Kalau kita punya Asean ADIS, ini saya contohkan saat Amerika menyerbu China, dia harus laporan dulu lah. Enggak seperti sekarang seperti wilayah tidak bertuhan.

Kalau situasi terus memanas dan negara-negara ASEAN ini tidak menetapkan wilayah udara, perkiraan anda perang akan terjadi dalam waktu berapa tahun?

Saya bukan tukang ramal. Tetapi kita lihat saja ya begitu pernyatannya Menhan Amerika kemudian disikapi Rusia menjawab akan menggelar latihan bersama, itu sudah menunjukkan. Tapi kok Indonesia santai aja. Nah berarti Amerika sudah main di kawasan kita. Kita belain China dong, kasian China sendirian.

Bukan kah Rusia dan China selalu sejalan?

Itu sekarang yang saya selalu bilang kalau kita mau berperan di kawasan kan kita tidak bisa ikut di tiga-tiganya. Kita tidak boleh Blok ke China, Blok ke Rusia juga Amerika. Kita bilang, "Eh men lo ributnya dikawasan gue tuh, ngapain ikut campur". Bantu kekuatan tidak apa-apa, mau beliin apa, tapi kita harus mengatur bagaimana grand water navy kita, gimana blue water navy kita dan bagaimana blue water dan grand waternya ASEAN. (mdk/mtf)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menko Polhukam: Perlu Hati-hati Menangani Konflik Laut China Selatan
Menko Polhukam: Perlu Hati-hati Menangani Konflik Laut China Selatan

"Perlu kehati-hatian dalam menangani konflik dan menyikapi dinamika situasi yang berkembang," kata Menko Polhukam

Baca Selengkapnya
Pidato Menggelegar Prabowo: Indonesia Ingin Jadi Teman Negara Lain, Tapi Bukan Kacung Kalian
Pidato Menggelegar Prabowo: Indonesia Ingin Jadi Teman Negara Lain, Tapi Bukan Kacung Kalian

Hal itu disampaikan Prabowo dalam sambutannya di acara Gerakan Solidaritas Nasional (GSN) di Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu (2/11).

Baca Selengkapnya
VIDEO:  Jokowi Keras Bicara Kehancuran Dunia hingga Peran Indonesia
VIDEO: Jokowi Keras Bicara Kehancuran Dunia hingga Peran Indonesia

Indonesia dan negara Asia Tenggara mengambil peran dalam menjaga stabilitas tersebut.

Baca Selengkapnya
Namanya Terseret Klaim Laut Cina Selatan AS & Tiongkok, Begini Reaksi Prabowo Subianto
Namanya Terseret Klaim Laut Cina Selatan AS & Tiongkok, Begini Reaksi Prabowo Subianto

Terkait masalah Laut China Selatan, pihak pemerintah China membantah pernyataan Kemenhan AS.

Baca Selengkapnya
Konflik LCS, Kepala Bakamla Ingin TNI Diperkuat Melebihi China
Konflik LCS, Kepala Bakamla Ingin TNI Diperkuat Melebihi China

Irvansyah juga mengusulkan Kota Ranai di Natuna dibuat seperti stasiun atau pangkalan untuk titik kumpul anggota.

Baca Selengkapnya
Kasal soal Kerja Sama Maritim dengan China: Kita Jaga Stabilitas Keamanan dan Perdamaian di Kawasan
Kasal soal Kerja Sama Maritim dengan China: Kita Jaga Stabilitas Keamanan dan Perdamaian di Kawasan

Kasal menilai Presiden Prabowo berupaya mencegah segala bentuk pertikaian di kawasan, dengan tetap menjunjung tinggi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).

Baca Selengkapnya
DPR Puji Upaya Pemerintah Jokowi Cegah Dampak Konflik Timur Tengah
DPR Puji Upaya Pemerintah Jokowi Cegah Dampak Konflik Timur Tengah

Indonesia tak pernah setuju tindakan kekerasan dalam bentuk apapun

Baca Selengkapnya
Jokowi: Kita akan Hancur jika Ikut-ikutan Arus Rivalitas
Jokowi: Kita akan Hancur jika Ikut-ikutan Arus Rivalitas

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan dunia akan hancur jika konflik di suatu negara diseret-seret ke tempat lain.

Baca Selengkapnya
Kerja Sama Maritim Prabowo dengan China Dinilai Bahayakan Isu Natuna di Laut China Selatan, Ini Jawaban Kemlu
Kerja Sama Maritim Prabowo dengan China Dinilai Bahayakan Isu Natuna di Laut China Selatan, Ini Jawaban Kemlu

Sejumlah pengamat mengkhawatirkan kerja sama Indonesia-China dalam sektor maritim di Laut China Selatan.

Baca Selengkapnya
Jokowi: ASEAN Sepakat Tak jadi Proxy Kekuatan Manapun
Jokowi: ASEAN Sepakat Tak jadi Proxy Kekuatan Manapun

Jokowi mengatakan ASEAN akan menjalin kerja sama dengan siapapun bagi perdamaian dan kemakmuran di kawasan.

Baca Selengkapnya
FOTO: Pertemuan Hangat Menlu Retno dan Menlu China di Jakarta, Sepakat Perjuangkan Keanggotaan Palestina di PBB
FOTO: Pertemuan Hangat Menlu Retno dan Menlu China di Jakarta, Sepakat Perjuangkan Keanggotaan Palestina di PBB

Indonesia dan China memiliki pandangan yang sama terkait deeskalasi konflik di Timur Tengah, termasuk penyelesaian konflik Israel-Palestina.

Baca Selengkapnya
Jokowi Ibaratkan ASEAN Kapal di Samudra: Jangan Menghancurkan Tapi Berlayar untuk Saling Menguntungkan
Jokowi Ibaratkan ASEAN Kapal di Samudra: Jangan Menghancurkan Tapi Berlayar untuk Saling Menguntungkan

ASEAN sepakat bekerja sama dengan siapapun demi perdamaian dan kemakmuran.

Baca Selengkapnya