Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jalur Gazza di Pulau Dewata

Jalur Gazza di Pulau Dewata Aktivitas LGBT di Seminyak. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Musik disko tak berhenti menggema dari dalam Bar Mixwell di Jalan Camplung Tanduk, Seminyak, Bali. Di lantai dansa, lelaki berbadan kekar berjoget seolah terbius alunan musik. Badannya meliuk-liuk mengikuti alunan lagu dibawakan oleh disc jockey (DJ). Di depan meja DJ, empat gogoboys dance asyik bergoyang mempertontonkan tubuhnya yang atletis. Mereka hanya mengenakan cawat. Badannya berotot dan berminyak.

Hiburan serupa juga disajikan Bar Bali Joe yang persis bersebelahan dengan Mixwell. Satu per satu lelaki bertelanjang dada naik ke atas panggung. Di bawah sorot lampu berwarna warni, mereka bergoyang menikmati musik. Pengunjung yang mayoritas gay dan transgender seolah menikmati pemandangan itu. Sesekali, dengan genit dan kemayu, pria di atas panggung menarik lelaki lain untuk ikut bergoyang bersama. Di sudut lain, sejumlah pria nampak saling bermesraan, berpandangan bahkan berpegang tangan. Sambil menikmati minuman alkohol, mereka menghabiskan malam di bar khusus kaum gay di Jalur Gazza Pulau Dewata.

Bukan tanpa alasan Jalan Camplung Tanduk atau Jalan Dyana Pura terkenal dengan sebutan Jalur Gazza. Jalur sepanjang kurang lebih 500 meter itu menjadi kawasan bebas bagi kaum Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Di kawasan ini, mereka tanpa malu-malu menunjukkan identitas dan orientasi seksualnya terhadap sesama sejenis. Empat bar yang berjejer di Jalan Dyana Pura yakni Mixwell, Bali Joe, Facebar, dan Bottom Up, menjadi tempat favorit kaum LGBT menikmati suasana Bali dengan ‘sesamanya’.

Di depan bar-bar itu, sejumlah transgender berdiri menjajakan diri. Sesekali ada yang hilir mudik menggunakan motor, berboncengan dengan yang sejenisnya. Jika ada yang melintas di depan mereka, dengan kemayu menggoda dan menjajakan diri.

"Jalan ini memang biasa kita sebut Jalur Gazza. Karena di sini banyak gay, lesbi dan waria mangkal," ujar seorang Gay berinisial D saat menemani merdeka.com, Rabu malam pekan lalu.

aktivitas lgbt di seminyak

Pengunjung bar itu tidak hanya didominasi turis asing dari berbagai negara, tetapi juga gay lokal. D mengajak merdeka.com ke dalam salah satu bar. Dia sudah sangat akrab dengan pengunjung lain dan pramusaji di bar tersebut. Sesekali saling cium pipi kiri dan kanan ketika bertemu dengan koleganya. D menghampiri seorang bartender untuk memesan minuman alkohol untuk lebih meresapi hiburan yang disajikan. Baginya, masuk ke dalam klub malam tanpa minum alkohol seperti sayur tanpa garam. "Biar jogetnya enak aja sih kalau kena minuman," kata D.

Pesanan Vodca lechy lalu diantar ke meja yang sudah kami pesan. Jarum jam menunjukkan hampir jam 12 malam, ruangan itu semakin dipadati kaum homoseksual. Aroma minuman alkohol menusuk hidung, musik yang dimainkan seorang DJ mengisi seluruh rongga telinga. Suasana malam itu semakin panas ketika beberapa pasangan gay di dalam bar tak malu-malu bericuman sambil bertelanjang dada.

Di sudut lain, gay lokal mencoba mencuri perhatian gay bule dengan cara berjoget sambil menggodanya. Dari penuturan D, biasanya bule yang kecantol gay lokal adalah yang sudah uzur. Dia melanjutkan rata-rata orang asing yang datang ke gay bar dan mencari mangsa gay lokal kebanyakan sudah berumur di atas 50 tahun.

"Bule yang sudah tua itu gampang di plorotin duitnya. Kalau bule masih muda dan ganteng pasti sudah bawa pasangan sendiri," tutur D.

aktivitas lgbt di seminyak

Suasana semakin meriah saat empat gogoboys dance naik ke atas meja bartender. Pengunjung yang tadinya asik menikmati minuman alkohol, bergegas berdiri sambil menyaksikan aksi dancer bercawat itu. Semua mata pengujung seolah terbius liukan tubuh pria berotot itu. Bahkan, beberapa pengunjung menyelipkan uang mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu ke dalam cawat sambil memegang alat vital dancer boy.

"Kalau itu istilahnya nyawer," celetuk D saat menyaksikan seorang pria bule memasuKkan selembar uang berwarna biru ke celana dalam dancer boy.

Hiburan yang ditunggu-tunggu kaum homoseksual di gay bar itu tidak hanya gogoboys dance, ada juga beberapa tarian yang dilakukan oleh waria di atas panggung. Waria berpakaian seksi kerap menarik seorang pria bule untuk diajak joget. Ada yang menolak, banyak juga yang tergoda. Jika sudah di atas panggung waria itu tak segan-segan langsung memeluk dan mencium bibir pria bule bahkan menyentuh alat kelaminnya. Pengunjung yang menyaksikan itu, kompak bersorak sambil mengangkat botol bir mereka.

Dari empat bar di lokasi yang disebut jalur gaza itu, hanya Mixwell dan Bali Joe yang saban malam selalu dipadati pengunjung. Sedangkan dua bar sisanya sepi pengunjung. "Biasanya kalau bar yang sepi itu buat orang-orang yang mau beli cece (ekstasi). Buat yang mau kenceng aja, kalau Mixwell sama Bali Joe itu cuma minuman alkohol doang," kata D, menutup perbincangan malam itu.

Denyut kehidupan malam di Jalur Gazza, menjadi berkah bagi warga lokal. Sejumlah sopir taksi memarkirkan kendaraannya, menanti para turis pulang. Mereka mengais rupiah demi rupiah dari kantong pengunjung bar. Perbedaan bahasa tidak menjadi hambatan. Meski tidak fasih, mereka menawarkan jasa mengantar ke penginapan dengan menggunakan bahasa Inggris.

aktivitas lgbt di seminyak

Mereka tak peduli dengan semua aktivitas yang dilakukan para gay dan transgender di dalam bar. Mereka tidak menggunakan argo untuk menentukan tarif. Kebanyakan menggunakan istilah borongan atau tembak harga. Rata-rata sekali antar tarifnya Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. Mata Nyoman sudah terbiasa menyaksikan lelaki bermesraan dengan sesama jenis usai menghabiskan malam di gay bar.

"Ya terserah mereka mau ngapain, yang penting kita dapat sewa (penumpang)," singkat Nyoman, salah seorang sopir taksi.

Tak hanya Nyoman yang menjaring rezeki dari geliat aktivitas gay bar. Salah seorang tukang parkir juga hidup dari uang pengunjung bar. Sepengetahuannya, tidak pernah ada yang memprotes atau mempersoalkan keberadaan serta aktivitas di jalur Gazza. Di daerah itu kebanyakan rumah singgah bagi para turis, atau rumah makan dan toko souvenir.

"Jadi kalau bising tiap malam ya enggak masalah. Semakin banyak yang datang, saya juga makin banyak dapat rezeki," tutur lelaki mengenakan rompi orange itu tanpa mau menyebutkan namanya. (mdk/arb)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Melihat Hutan Kota Jakarta Jadi 'Basecamp' Komunitas LGBT, Kondom dan Miras Berserakan
Melihat Hutan Kota Jakarta Jadi 'Basecamp' Komunitas LGBT, Kondom dan Miras Berserakan

Berdasarkan pantauan, di sekitar pohon tersebut memang banyak tisu dan botol minuman keras.

Baca Selengkapnya
Fakta-Fakta LGBT di Hutan Kota Cawang: Pelaku Asusila Orang Kaya, Masuk Lewat Pagar Berlubang
Fakta-Fakta LGBT di Hutan Kota Cawang: Pelaku Asusila Orang Kaya, Masuk Lewat Pagar Berlubang

Fakta-Fakta LGBT di Hutan Kota Cawang: Pelaku Asusila Orang Kaya, Masuk Lewat Pagar Berlubang

Baca Selengkapnya
Hutan Kota UKI Cawang Diduga jadi Tempat LGBT, Ini Tindakan Pemprov DKI
Hutan Kota UKI Cawang Diduga jadi Tempat LGBT, Ini Tindakan Pemprov DKI

Hutan Kota UKI Cawang Diduga jadi Tempat LGBT, Ini Tindakan Pemprov DKI

Baca Selengkapnya
⁠Desa di Tuban ini Jarang Banget Pria, Kebanyakan Penduduknya Wanita & Menjanda
⁠Desa di Tuban ini Jarang Banget Pria, Kebanyakan Penduduknya Wanita & Menjanda

Sebuah desa di Tuban, Jawa Timur adalah desa yang mempunyai jumlah janda yang sangat banyak dan minim pria.

Baca Selengkapnya
Kaum LGBT di Hutan Kota UKI Kebanyakan Orang Kaya Pakai Mobil Mewah
Kaum LGBT di Hutan Kota UKI Kebanyakan Orang Kaya Pakai Mobil Mewah

Saat kegiatan penyisiran di Hutan Kota, Cawang pada 2022 ditemukan ada pria LGBT mengendarai mobil Lexus.

Baca Selengkapnya
Fakta Jalan Legendaris Gunung Gelap di Garut, Warga Tak Berani Melintas saat Malam hingga Konon Jadi Tempat Pembuangan Mayat
Fakta Jalan Legendaris Gunung Gelap di Garut, Warga Tak Berani Melintas saat Malam hingga Konon Jadi Tempat Pembuangan Mayat

Selain kondisi jalan yang memang tanpa penerangan, keengganan warga melewati rute sepanjang sekitar 7 km itu lantaran cerita seramnya di masa silam

Baca Selengkapnya
Sederet Upaya Cegah LGBT di Hutan Kota Cawang: Satpol PP Jaga 24 Jam hingga Tambah Lampu Sorot
Sederet Upaya Cegah LGBT di Hutan Kota Cawang: Satpol PP Jaga 24 Jam hingga Tambah Lampu Sorot

Sederet Upaya Cegah LGBT di Hutan Kota Cawang: Satpol PP Jaga 24 Jam hingga Tambah Lampu Sorot

Baca Selengkapnya
Ini 3 Tempat yang Sempat Viral Jadi 'Basecamp' Komunitas LGBT
Ini 3 Tempat yang Sempat Viral Jadi 'Basecamp' Komunitas LGBT

Di tengah kabar itu, Wakil Sekretaris Fraksi PDIP Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) DKI Jakarta Wa Ode Herlina mengungkap lokasi yang biasa dijadikan tempat berkum

Baca Selengkapnya
Hutan Kota Cawang jadi Tempat Kumpul LGBT Bukan Milik Pemprov DKI, Ternyata Ini Pemiliknya
Hutan Kota Cawang jadi Tempat Kumpul LGBT Bukan Milik Pemprov DKI, Ternyata Ini Pemiliknya

Hutan Kota Cawang jadi Tempat Kumpul LGBT Bukan Milik Pemprov DKI

Baca Selengkapnya
FOTO: Penampakan Hutan Kota UKI Cawang Diduga Jadi Sarang LGBT, Ditemukan Kondom Bekas Pakai
FOTO: Penampakan Hutan Kota UKI Cawang Diduga Jadi Sarang LGBT, Ditemukan Kondom Bekas Pakai

Tak hanya itu, petugas Satpol PP juga menjumpai wadah lubricant atau pelumas untuk berhubungan seks. Simak foto-fotonya!

Baca Selengkapnya
Uji Nyali Warga Desa, Potret Masyarakat Lampung Terpaksa Hadapi Ombak Pantai usai Belanja di Pasar
Uji Nyali Warga Desa, Potret Masyarakat Lampung Terpaksa Hadapi Ombak Pantai usai Belanja di Pasar

Sebuah video memperlihatkan warga Lampung yang harus melewati ombak pantai dengan menggunakan motor demi bisa pulang ke rumah usai belanja di pasar.

Baca Selengkapnya