Keabadian Puncak Jaya dirusak manusia
Merdeka.com - "Merusak alam adalah bagian dari merusak manusia," ujar Thomas Wanmang, tokoh Suku Amungme Papua melalui sambungan seluler kemarin. Salju abadi di Puncak Pegunungan Jayawijaya itu kini mulai tak terlihat. Batuan hitam berujung tajam itu kini menjadi pemandangan menyeramkan dari satu tujuh puncak tertinggi dunia. Permadani putih yang dikenal salju abadi itu mencair begitu cepat.
Apalagi, perusahaan asal Amerika Serikat, PT Freeport Indonesia dituding makin menambah kerusakan di Bumi Cendrawasih. Sekitar 15 kilo meter dari puncak pegunungan bersalju, PT Freeport telah melakukan penambangan emas, tembaga dan perak sejak tahun 1976.
"Memang sekarang sudah mulai panas, gunungnya sudah dimatikan. Kami dulu di situ dan tinggal kampung banti," ujarnya berapi-api mengenang salju abadi yang kini perlahan mulai mencair.
-
Kapan suhu global naik? Di tengah perubahan iklim yang semakin cepat, kenaikan suhu global menjadi salah satu isu paling mendesak yang dihadapi umat manusia saat ini.
-
Apa yang terjadi pada suhu global? Data menunjukkan bahwa suhu rata-rata global telah meningkat sekitar 1,2 derajat Celsius sejak era pra-industri.
-
Kapan ketakutan iklim mulai berpengaruh? Emosi positif seperti harapan serta emosi negatif seperti kemarahan dan frustrasi terkait erat dengan aktivisme iklim.
-
Kapan pemanasan global berdampak pada kesehatan? Dari gelombang panas yang mematikan hingga penyebaran penyakit tropis ke daerah yang sebelumnya tidak terjangkau, pemanasan global telah membuka pintu bagi berbagai penyakit untuk muncul dan berkembang.
-
Kenapa kenaikan suhu global menyebabkan perubahan iklim? Kenaikan suhu global menyebabkan perubahan iklim yang ekstrem.
-
Apa yang menyebabkan perubahan iklim global? Peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa jenkyns, di mana lava dan gas vulkanik meledak melalui celah besar di permukaan bumi, menyebabkan pemanasan global dan kepunahan tumbuhan besar-besaran.
Puncak Pegunungan Jaya Wijaya memang masuk dalam tujuh puncak tertinggi dunia selain Puncak Everest, Puncak Kilimanjaro (Tanzania, Afrika), Puncak Elbrus (Eropa), Puncak Aconcagua (Amerika Selatan), Puncak Denali (Amerika Utara), Puncak Vinson Massif (Antartika) dan Puncak Everest (Nepal).
Pegunungan tertinggi di Indonesia itu memiliki beberapa puncak diantaranya Puncak Jaya dengan ketinggian 4.740 meter di atas permukaan laut (mdpl), Puncak Carstensz Pyramid dengan ketinggian 4.884 mdpl, Puncak Soemantri dengan ketinggian 4.780 mdpl, Puncak Mandala 4.760 mdpl dan Puncak Trikora dengan ketinggian 4.750 mdpl. Namun paling kesohor yaitu Puncak Cartensz. "Dulu suatu kebanggaan karena saljunya putih," tutur Thomas.
Melelehnya salju abadi di Puncak Cartensz bukanlah tanpa sebab. Sejak penelitian dilakukan pada 1936, hilangnya gletser tersebut memang terbilang cepat. Ahli Iklim dan Laut Indonesia Dwi Susanto dari University of Maryland, mengatakan jika melelehnya gletser di Pegunungan Jaya Wijaya makin bergerak cepat setelah 1960. Bahkan melelehnya salju abadi di Puncak Jaya Wijaya itu lebih cepat dibanding dengan melelehnya es di Puncak Gunung Everest, Nepal.
Percepatan itu lantaran iklim laut pasifik banyak memengaruhi melelehnya es di Puncak Pegunungan Jaya Wijaya. "Temperatur di utara Irian memang panas termasuk di hampir seluruh wilayah Indonesia," kata Dwi yang juga ikut membantu mendidik di Universitas Surya, Tangerang ini.
Dwi merupakan peneliti tergabung dalam "Ice Core Studies of Climate and Environmental Histories from Papua’s Remaining Ice Fields". Penelitian yang dilakukan Ilmuan Indonesia dan Amerika Serikat kurun waktu 2010-2013 bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta PT Freeport.
Melelehnya salju abadi di Puncak Pegunungan Jaya Wijaya itu juga dikuatkan oleh hasil penelitian Dwi bersama ilmuan Amerika dua tahun lalu. Ketika meneliti keberadaan salju yang tinggal 22 persen itu, temperatur di Puncak Soedirman dan Puncak Soemantri Brojonegoro itu memang terbilang panas. Pasalnya suhu pada malam hari mendekati -14 derajat celcius. Sedangkan pada siang hari suhu bisa mencapai 15 derajat celsius.
"Jadi ketika turun salju itu langsung hujan, jadi langsung hilang esnya," ujarnya. Temperatur iklim di seputaran Pegunungan Jayawijaya banyak memengaruhi melelehnya salju abadi, apalagi ditambah iklim di laut pasifik yang kian memanas. "Pembentukan esnya lambat, pencairannya lebih cepat. Lebih banyak curah hujannya dari pada saljunya."
Dwi pun menjelaskan jika melelehnya salju abadi di Puncak Cartenz itu bukan karena adanya aktivitas penambangan di dekat Puncak Pegunungan Jayawijaya. Menurut dia, aktivitas penambangan sama sekali tidak memengaruhi melelehnya salju abadi. "Kalau tambang terhadap es kita tidak melihat korelasi langsung," ujarnya.
Penjelasan Dwi juga diperkuat dengan salah satu pendaki dari Tim 7 Summit Expedition Iwan Irawan. Dia mengatakan jika melelehnya salju abadi atau dikenal dengan gletser itu banyak dipengaruhi oleh pemanasan global. Untuk itu Iwan pun bersama dengan tim pendaki 7 Summit Expedition mendorong menjaga kelestarian lingkungan untuk mencegah hilangnya salju abadi dari Puncak Jayawijaya.
"Kita sudah mulai menggalakkan itu karena Global Warming (pemanasan global) sendiri sudah ada sejak tahun 1980," kata Iwan melalui seluler kemarin.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam potongan klip tersebut terdapat dua orang laki-laki yang tengah mengobrol
Baca SelengkapnyaFenomena ini berdampak besar terhadap aspek kehidupan di wilayah tersebut.
Baca SelengkapnyaEfek rumah kaca menjadi salah satu hal yang membuat bumi menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali.
Baca SelengkapnyaPerubahan lingkungan adalah salah satu isu paling mendesak yang dihadapi dunia saat ini.
Baca SelengkapnyaPenting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemanasan global.
Baca SelengkapnyaPerubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca.
Baca SelengkapnyaPara ilmuwan di Eropa mengumumkan pada Kamis (5/10), 2023 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah manusia.
Baca SelengkapnyaBukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa Bumi pernah mengalami perubahan kondisi iklim yang ekstrem.
Baca SelengkapnyaMeskipun kita menghilang, alam akan tetap berjalan. Meskipun manusia telah meninggalkan jejak besar di planet ini, alam selalu menemukan jalan untuk pulih.
Baca SelengkapnyaMenjaga lingkungan sebagai sebuah pondasi dalam beragama dengan baik.
Baca SelengkapnyaRocky menyebut pindahkannya ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan akan menjadi sumber pemanasan global.
Baca Selengkapnya