Bumi Pernah Dilanda Hujan selama 2 Juta Tahun, Peristiwa ini Jadi Buktinya
Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa Bumi pernah mengalami perubahan kondisi iklim yang ekstrem.
Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa Bumi pernah mengalami perubahan kondisi iklim yang ekstrem.
Bumi Pernah Dilanda Hujan selama 2 Juta Tahun, Peristiwa ini Jadi Buktinya
Hujan merupakan bagian dari sistem kehidupan yang terjadi di planet Bumi.
Meskipun saat ini hujan hanya terjadi di saat-saat tertentu saja, sebuah hujan pernah melanda Bumi selama, kurang lebih 2 juta tahun.
Hal tersebut terjadi sekitar 232—234 juta tahun yang lalu, seperti dikutip dari Earth.com, Indy100, dan IFLScience, pada Rabu (13/3).
-
Kapan hujan terjadi di Bumi? Dilansir dari laman indy100, peristiwa itu terjadi sekitar 200-300 juta tahun lalu ketika Bumi masih didominasi superbenua Pangea.
-
Apa itu Cuaca Hujan? Cuaca hujan adalah kondisi cuaca di mana atmosfer memproduksi air dalam bentuk cair dan jatuh ke permukaan bumi.
-
Bagaimana air hujan turun ke bumi? Ketika tetesan awan mencapai ukuran dan berat yang mampu menahan gaya termal yang menariknya ke atas, mereka mulai berjatuhan. Meskipun semua awan mengandung sejumlah uap air, hujan hanya turun dari sebagian saja, sedangkan sisanya menguap begitu saja ke langit.
-
Bagaimana hujan terjadi? Proses hujan melibatkan siklus air, di mana air menguap dari permukaan bumi, kemudian terkondensasi menjadi awan, dan akhirnya jatuh kembali ke bumi dalam bentuk tetesan air.
-
Apa itu hujan? Hujan adalah fenomena alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi.
-
Mengapa hujan terjadi? Hujan biasanya terbentuk ketika uap air naik ke atmosfer, mendingin, dan kemudian berkondensasi menjadi tetes air. Tetes-tetes air ini kemudian bergabung membentuk awan, dan akhirnya jatuh ke bumi sebagai hujan.
Hujan dalam waktu yang sangat lama tersebut terjadi pada zaman Carnian, sebuah babak akhir dari periode Trias.
Peristiwa pluvial Carnian (CPE), nama dari hujan tersebut, terjadi ketika benua-benua di Bumi masih berkumpul di satu tempat dan membentuk superbenua Pangea. Hujan ini ternyata juga memiliki peran yang penting dalam penyebaran kehidupan di Bumi.
Temuan awal dari peristiwa penting ini terjadi di sekitar tahun 1970an dan 1980an.
Di pegunungan Alpen Timur, para peneliti menemukan adanya sedimentasi silisiklastik, yaitu sebuah endapan yang biasanya berkaitan dengan air, di dalam batuan karbonat.
Di Britania Raya (United Kingdom), ahli geologi juga menemukan lapisan batu abu-abu yang tersimpan di dalam batu merah yang biasa ditemui wilayah tersebut.
Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa Bumi pernah mengalami perubahan kondisi iklim yang ekstrem, dari kondisi gersang ke keadaan dengan curah hujan yang intens sehingga membuat dunia diselimuti oleh kondisi basah.
Kondisi ini juga terjadi bersamaan dengan masa awal perkembangan dinosaurus yang membuatnya menjadi spesies yang beragam.
Akibat letusan super tersebut, terjadi perubahan yang besar terhadap atmosfer, yaitu dengan lepasnya gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida.
Peristiwa tersebut lantas menyebabkan keadaan bumi menjadi semakin panas.
Hasilnya, lebih banyak uap air yang dilepas ke atmosfer karena samudra juga ikut menjadi panas sehingga lebih banyak pula hujan yang turun.
Kondisi seperti ini, yaitu iklim monsun, sebenarnya juga sudah sering melanda Pangea.
Peristiwa pemanasan global tadi pun hanya memperparah curah hujan yang turun.
Dengan peristiwa ini, muncul hujan asam dan gas rumah kaca tambahan sehingga iklim berubah dengan cepat. Vegetasi dan tanah juga menjadi terkikis.
Di laut, terjadi anoksia dan pengasaman samudra. Kondisi dahsyat ini pada akhirnya mengakibatkan kepunahan massal pada berbagai makhluk hidup dan membentuk ulang sistem ekologi.
“Setelah kepunahan massal dari berbagai tumbuhan dan hewan herbivora kunci di darat, dinosaurus tampaknya menjadi penerima keuntungan utama dalam masa pemulihan, dengan berkembang secara cepat dalam keberagamannya, dampak ekologis (kelimpahan secara relatif), dan distribusi regional, dari awalnya Amerika Selatan, ke semua benua,” tulis tim peneliti dalam artikel berjudul “The Carnian Pluvial Episode and the origin of dinosaurs” yang dipublikasikan dalam Journal of Geological Society.Perubahan tersebut, menurut para peneliti, bukan hanya membawa era baru dengan kedatangan dinosaurus, tetapi juga menjadi masa yang penting dengan munculnya asal-usul berbagai klad kunci yang “membentuk fauna modern dari tetrapoda terestrial, yaitu lisamphibia, kura-kura, buaya, kadal, dan manusia.”