Berbekal ‘Kotak Hitam’ Ini Tiap Peristiwa Punahnya Dinosaurus di Bumi Terungkap Jelas
"Kotak Hitam" ini adalah kunci petunjuk bagaimana peristiwa mengerikan itu terjadi jutaan tahun silam.
"Kotak Hitam" ini adalah kunci petunjuk bagaimana peristiwa mengerikan itu terjadi jutaan tahun silam.
Berbekal ‘Kotak Hitam’ Ini Tiap Peristiwa Punahnya Dinosaurus di Bumi Terungkap Jelas
Alasan mengenai hilangnya Dinosaurus yang hidup pada jutaan tahun lalu ternyata kembali terungkap.
Petunjuknya adalah sebuah batu. Tapi bukan batu dengan ukuran biasa. Ilmuwan meyakini ini bisa menjadi “kotak hitam” yang selama ini menjadi perhatian peneliti.
-
Kenapa Dinosaurus punah? Punahnya dinosaurus non-avian pada saat itu disebabkan oleh jatuhnya asteroid ke bumi, menghancurkan banyak hal yang ada di bumi.
-
Apa penyebab dinosaurus punah? Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kepunahan dinosaurus disebabkan oleh aktivitas vulkanik, bukan serangan asteroid.
-
Bagaimana dinosaurus punah? Metode ini menunjukkan bahwa semburan gas dari erupsi Deccan Traps adalah penyebab utama dari kepunahan ini.
-
Mengapa dinosaurus punah? Temuan kami secara khusus mendukung gagasan bahwa vulkanisme telah mengganggu atmosfer dan iklim jauh sebelum asteroid,' Cox menyatakan bahwa lingkungan yang menyebabkan kepunahan dinosaurus ini dapat tercipta hanya dari aktivitas vulkanisme, tanpa adanya asteroid.
-
Kenapa dinosaurus musnah? Sumber: USA Today Membuka kembali perdebatan tersebut, sebuah studi baru mengatakan letusan gunung berapi mungkin telah mengganggu ekosistem dan mengancam keberlangsungan dinosaurus non-burung sebelum asteroid menabrak Bumi.
-
Kenapa dinosaurus punah di Trias-Jura? Hasil penelitian mengungkapkan, musim dingin vulkanik yang tiba-tiba merupakan penyebab sesungguhnya di balik kepunahan ini.
Sebuah batu dari luar angkasa sebesar Gunung Everest yang pernah menghantam Bumi pada 66 juta tahun lalu. Batu ini ternyata memicu berbagai bencana hingga pada akhirnya menewaskan tiga perempat kehidupan di Bumi, termasuk dinosaurus.
Kemudian, membuat suhu menjadi dingin, menghentikan fotosintesis, dan menghancurkan rantai makanan pada kala itu.
Penelitian tersebut awalnya dilakukan oleh para ahli geologi pada tahun 1980.Namun, hipotesis ini sempat dipatahkan pada awal tahun 2000-an.
Penyebabnya karena sampel batuan yang digunakan dahulu tidak mengandung cukup debu halus, yang menjadi penyebab musim dingin secara global pada masa itu.
Hasil Penelitian
Sebuah studi baru dari hasil analisis 40 sampel sedimen yang diambil dari deposit dengan kedalaman 1,3 meter di Tanis, Dakota Utara, yang terletak sejauh 3.000 kilometer (1.900 mil), di kawah utara asteroid Chicxulub,.
Studi ini berhasil memberikan gambaran mengenai kumpulan debu, jelaga, dan partikel yang menyebar selama bertahun-tahun pasca benturan.
Berdasarkan partikel tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa setiap sampel yang ada terdiri dari debu silika halus sekitar 0,8 hingga 8 mikrometer.
“Kami menemukan adanya debu halus yang lebih besar dibandingkan perkiraan sebelumnya,” tulis para peneliti, LiveScience, Rabu, (1/11).
Melalui metode komputer, para peneliti juga menemukan fakta bahwa debu halus ini tercipta ketika asteroid menghantam Bumi dan menghancurkan batu di bawahnya. Partikel ini juga dilepaskan ketika meteorit selebar 10-15 kilometer bertabrakan dengan Bumi.
Dari fakta tersebut juga mereka menemukan akibat dari tingkat debu yang tinggi pada atmosfer kala itu.
Tingkat debu yang tinggi pada atmosfer itu menyebabkan kegelapan total selama 2 tahun sehingga tanaman tidak dapat melakukan fotosintesis.
Hal tersebut yang menjadikan tumbuhan mati dan menyebabkan rantai makanan hancur.
Selain itu tabrakan dari meteroit menguapkan batuan yang menghasilkan gas belerang .
Sehingga, hal ini menyebabkan panas yang sangat hebat, dan memicu kebakaran hutan. Dari kebakaran tersebut kemudian menghasilkan jelaga dan abu dengan jumlah yang sangat besar di luar angkasa.
"Kami menemukan bahwa kegelapan global dan hilangnya aktivitas fotosintesis planet berkepanjangan terjadi dalam skenario debu silikat, dan terjadi hampir 1,7 tahun (620 hari),"
tulis para peneliti.