Membandingkan Kekuatan Hamas Vs Israel, Berapa Lama Perang Berlangsung?
Ribuan warga sipil telah menjadi korban. Perang diperkirakan belum akan berakhir dalam waktu dekat.
Sejarah panjang konflik Israel dan Palestina berlangsung sejak lebih dari 100 tahun
Membandingkan Kekuatan Hamas Vs Israel, Berapa Lama Perang Berlangsung?
Palestina dan Israel berperang lagi. Serangan kejutan dari pejuang Hamas membuat konflik kedua negara itu memanas, tepat 50 tahun setelah perang besar terakhir, Yom Kippur di tahun 1973. Bagaimana kekuatan militer kedua kubu, berapa lama perang akan berlangsung?
Sabtu 7 Oktober 2023 pagi, ratusan roket ditembakkan pasukan Hamas ke wilayah Israel. Roket-roket itu menjangkau dua kota utama, Tel Aviv dan Yerusalem. Iron dome, sistem canggih penangkal serangan roket milik Israel gagal menghalau. Hingga Kamis 12 Oktober, lebih dari 2.000 nyawa melayang. Seribu lebih warga sipil dan tentara Israel tewas, sisanya warga Palestina dan militan Hamas.
Juru Bicara Hamas Khaled Qadomi seperti dikutip dari Al Jazeera mengatakan, serangan ini dilontarkan sebagai balasan atas semua kekejaman yang dialami oleh masyarakat Palestina.
"Kami ingin masyarakat internasional menghentikan kekejaman di Gaza, terhadap rakyat Palestina, tempat suci kami seperti Al Aqsa," ucap Qadomi.
Sementara Komandan militer Hamas, Mohammed Deif menegaskan bahwa pertempuran dilakukan demi mengakhiri penjajahan terakhir di bumi.
"Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri penjajahan terakhir di Bumi. Setiap orang yang mempunyai senjata harus mengeluarkannya. Waktunya telah tiba," ujar Deif menegaskan.
Iron Dome Kecolongan
Intelijen Israel dinilai telah gagal mengantisipasi serangan ini. Di sisi lain, sistem pertahanan anti-rudal Iron Dome yang selama ini menjadi pelindung dari serangan sporadis roket Hamas, tidak berfungsi.
Eks Kepala Badan Intelijen Mossad Efrain Halevy mengatakan serangan Hamas yang berhasil menembus Iron Dome ini sebagai bentuk 'kecolongan'. Ia juga mengaku terkejut dengan rentetan roket Hamas yang mampu menembus Iron Dome.
Kementerian Pertahanan Israel mengklaim sistem ini mampu menangani berbagai ancaman secara bersamaan, dengan tingkat keberhasilan hingga 90 persen. Namun intensitas rentetan roket dari militan Hamas dalam serangan mendadak berhasil membuat sistem tersebut kewalahan.
Tak sampai 24 jam sejak serangan Hamas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan kabinet Israel resmi mendeklarasikan perang. Ini menjadi deklarasi perang pertama Israel setelah perang Yom Kippur. Netanyahu bersama pemimpin oposisi juga membentuk pemerintahan darurat. Militer Israel diberikan lampu hijau untuk mengerahkan kekuatan secara besar-besaran.
Balas Dendam
Netanyahu bersumpah akan melakukan pembalasan, dan menegaskan, negaranya akan melakukan "balas dendam yang besar" dan bersiap untuk "perang yang panjang dan sulit." Tak main-main, dia menyerukan agar warga sipil Palestina untuk angkat kaki meninggalkan Gaza.
Sedangkan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant telah telah memerintahkan pengepungan total di Jalur Gaza. "Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada bahan bakar." Kabar terakhir, satu-satunya pembangkit listrik bertenaga BBM di Gaza, kini telah padam. Tak ada pasokan bahan bakar.
Jalur Gaza adalah wilayah dengan panjang 41 kilometer dan lebar 10 kilometer yang terletak di antara Israel, Mesir, dan Laut Mediterania. Kawasan ini adalah rumah bagi sekitar 2,3 juta orang dan kepadatan penduduknya salah satu yang tertinggi di dunia. Wilayah ini dikuasai oleh Hamas.
Sejak 2007, wilayah ini diblokade oleh Israel dan Mesir. Ruang udara di langit Gaza dan garis pantainya di bawah kontrol Israel. Israel bahkan mengatur keluar dan masuknya orang dan barang. Demikian pula dengan Mesir.
Sampai Kapan Perang Berlangsung?
Sejarah panjang konflik Israel dan Palestina berlangsung sejak lebih dari 100 tahun lalu saat Inggris menjanjikan wilayah yang didiami bangsa Palestina sebagai rumah bagi orang-orang Yahudi. Sejak itu, konflik datang silih berganti.
Wilayah Palestina terus menyusut dan kini tersisa Tepi Barat dan Jalur Gaza. Israel juga menetapkan Yerusalem sebagai ibu kota mereka yang membuat gelombang perlawanan terus berlangsung.
Dalam beberapa tahun terakhir, Israel terus memperluas pemukiman warga Yahudi di wilayah Palestina. Banyak warga Palestina yang diusir dari rumahnya dan diambil alih oleh warga Israel.
Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Jakarta, Rizky Himawan mengatakan, serangan yang dilakukan oleh Hamas merupakan perlawanan atas berbagai intimidasi yang dilakukan Israel selama ini.
"Perlakuan-perlakuan Israel membuat masyarakat Palestina tertekan dan terintimidasi terutama pada Bulan Ramadan kemarin. Masjid Al Aqsa juga diserang oleh Israel. Hal-hal inilah yang memicu eksalasi."
kata Rizky ketika dihubungi wartawan merdeka.com.
Menurut Rizky, orang-orang Palestina beranggapan bahwa kaum Yahudi atau Israel merampas wilayah mereka. Hamas adalah salah satu faksi yang konsisten berjuang menolak negara Israel. Hamas ingin mengembalikan wilayah-wilayah yang telah direbut Israel dan mendirikan negara Palestina.
Berkali-kali upaya perdamaian dilakukan. Namun tidak pernah disepakati solusi permanen seperti mengembalikan Israel dan Palestina ke masing-masing wilayah awal yang ditetapkan. Namun, hal ini dianggap sulit karena Israel sendiri telah menduduki sebagian besar wilayah Palestina.
Demikian juga dengan solusi dua negara berdampingan. Rizky menyebut, sikap Hamas yang menolak negara Israel membuat solusi itu sulit terwujud. Berbagai faksi di Palestina harus punya satu sikap yang bertujuan menciptakan perdamaian abadi.
Dengan membandingkan kekuatan militer Israel dan militan Hamas, perang kali ini seharusnya tidak berlangsung lama. Meski begitu, Rizky menilai, Israel masih menahan diri untuk melakukan serangan darat menggempur Jalur Gaza.
"Seolah-olah Hamas dibiarkan untuk melakukan aksi-aksi yang akan berdampak kepada pemerintah Israel untuk melakukan serangan balik kepada Hamas. Saat ini Israel masih berfokus ke serangan udara, jadi kita belum tahu seberapa lama," jelasnya.
merdeka.com
Rizky menduga, serangan darat itu akan dilancarkan saat tiba masanya political will PM Benjamin Netanyahu ingin mempercepat proses Israelisasi wilayah Palestina. Lama tidaknya perang ini bergantung pada bagaimana Netanyahu ingin memproyeksikan Gaza ke depannya
"Konsekuensi sekarang sepertinya berada di tangan Netanyahu. Dia sedang menghitung, apakah ini benar-benar bisa menghabisi Hamas atau melakukan Israel Raya. karena sebenarnya dengan adanya insiden ini Israel juga tidak ingin menganggu perjanjian diplomatik dengan Arab," jelasnya.