Jumlah Korban Tentara Israel Akibat Serangan Hizbullah Terungkap, Angkanya Luar Biasa
Pihak rumah sakit di Israel mengaku kewalahan menerima pasien tentara yang terluka.
Menurut data rumah sakit di Israel, lebih dari 5.000 tentara penjajah terluka saat bertempur melawan pasukan Hizbullah di dekat perbatasan Lebanon sejak 8 Oktober 2023. Data ini dirilis Galilee Medical Center di Nahariya dan Rumah Sakit Zif di Safed, seperti dilaporkan koran Israel, Yediot Ahronoth pada Selasa (27/8).
Direktur dua rumah sakit tersebut mengungkapkan, pihaknya takut pertempuran di front utara tidak akan berakhir dalam waktu dekat.
"Sebelas bulan di bawah tanah, dan kami tidak bisa melihat ujungnya bagaimana," kata direktur tersebut, dikutip dari The Cradle, Rabu (28/8).
Direktur RS Zif, Salman Zarqa mengatakan, pihaknya merawat sekitar 450 tentara Israel akibat operasi Hizbullah. Namun dia mengatakan hari-hari pertempuran yang sesungguhnya belum tiba.
"Saya tidak berbicara soal insiden operasional. Saya membahas soal penembakan, soal pecahan peluru meriam, tentang cedera langsung. Jumlahnya sangat besar," kata Zarqa.
Dia menambahkan, Israel hanya pernah melakukan perang jangka pendek, sedangkan pertempuran saat ini telah berlangsung selama 11 bulan. Dia mengeluhkan ketidakseimbangan antara “perawatan yang menyelamatkan nyawa” dan kesiapan untuk merawat banyak orang yang terluka. Menurutnya, menyeimbangkan keduanya adalah hal yang “melelahkan dan sulit, terutama jika Anda tidak melihat adanya akhir dari keduanya.”
Rumah Sakit Kewalahan
Direktur Galilee Medical Center, Massad Barhoum juga menyatakan “pertempuran belum terlihat akan berakhir”.
“Tidak ada yang mempersiapkan kami untuk tinggal di bawah tanah selama 11 bulan. Ini adalah tantangan yang sangat, sangat besar,” ujarnya.
Barhoum mengatakan pihaknya menerima 1.700 tentara yang terluka dalam pertempuran tersebut, selain 3.500 tentara lainnya dari front utara yang menderita sejumlah penyakit lain.
Dia memperingatkan, rumah sakit di Israel utara kewalahan menerima pasien yang terluka akibat pertempuran ini, meskipun ada upaya untuk melengkapi rumah sakit di wilayah tersebut. Barhoum menambahkan, banyak tentara yang terluka meminta untuk menerima perawatan di daerah lain di Israel, jauh dari perbatasan dengan Lebanon.