Menanti respons publik yang bergeming
Merdeka.com - Kemunculan radio streaming atau radio berbasis internet saat ini, nampaknya masih belum direspon penuh oleh sebagian besar publik pendengar radio. Pandangan radio konvensional yang bermain di modulasi FM/AM, sepertinya masih tertanam di benak para pendengar.
Padahal, radio streaming merupakan generasi selanjutnya dari dunia penyiaran radio, merupakan teknologi terkini yang memungkinkan konsumen pendengarnya mendapatkan sejumlah terobosan dari sistem penyiaran radio yang selama ini dikenal. Sebut saja sejumlah keunggulan dari radio streaming yang mampu menjangkau pendengar global, karena kendala berupa keterbatasan jangkauan pemancar tentunya tak ditemukan lagi dalam sistem penyiarannya.
Belum lagi kemudahan akses yang bisa didapatkan pendengarnya, karena radio streaming bisa diperdengarkan dari komputer, laptop, atau bahkan melalui aplikasi smartphone jika stasiun radio streaming itu telah menyediakan aplikasinya di google play maupun App Store.
-
Apa arti kata streaming? Streaming adalah metode pengiriman data berupa konten audio atau video yang dikompresi melalui internet dan dapat diputar secara langsung tanpa perlu mengunduh file terlebih dahulu.
-
Bagaimana cara streaming? Teknologi streaming memanfaatkan buffer untuk menyimpan sebagian data sementara sebelum diputar.
-
Apa itu TV digital? Apa yang dirasakan Sahid dan banyak penikmat tayangan televisi saat ini merupakan buah dari program ASO. Masyarakat kini bisa menonton film, sinetron, berita, sampai tayangan pendidikan dengan gambar dan suara jauh lebih jernih.
-
Apa itu Podcast? Podcast adalah episode program yang tersedia di internet dalam bentuk file audio atau video. Podcast biasanya berisi rekaman asli seperti siaran radio, program televisi, kuliah, pertunjukan, atau acara lainnya.
-
Mengapa streaming dibutuhkan? Data streaming harus dikompresi agar dapat dikirimkan dengan lebih efisien melalui jaringan internet.
-
Kenapa podcast menjadi populer di radio? 'Kami melihat [podcast] sebagai hal yang paling panas saat ini di radio, lebih panas dari apa pun yang ada di radio. siapa saja bisa membuat sebuah acara radio dan meletakkannnya di internet dan menyiarkannya di sana dan siapa saja bisa mendengarakan hal tersebut,'
Hal ini pun diakui oleh Risa Adhipurwanto, yang merupakan Direktur dari salah satu stasiun radio streaming lokal bernama beatradioid.com. Saat ditemui di kantor Beat Radio ID di kawasan Cinere beberapa waktu lalu, Risa mengakui bahwa sejak merintis Beat Radio ID pada 2013 silam, sampai saat ini memang belum banyak jumlah iklan yang masuk ke radionya.
Dirinya mengakui masih ada sejumlah stigma di masyarakat, yang menyebabkan radio streaming semacam ini belum terlalu diapresiasi masyarakat. Hal ini menurutnya jelas mempengaruhi pertimbangan para pemilik produk, untuk mengiklankan produk atau jasanya melalui siaran radio-radio streaming.
"Kita masih menunggu perguliran stigma, bahwa nantinya di Indonesia itu radio-radio analog akan diubah menjadi digital oleh KPI, efektif pada tahun 2020. Namun saat ini frekuensi iklan yang masuk memang belum bisa menyaingi radio konvensional yang sudah ada, karena stigma para pengiklan masih melihat bahwa radio streaming itu sebagai barang baru," ujarnya saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Risa mengaku sangat menyayangkan sejumlah fakta di lapangan, yang menjadi sejumlah kendala dalam perkembangan industri penyiaran. Karena, walaupun dalam perjalanan menuju tahun 2020 di mana pihak Kominfo telah menargetkan mutasi seluruh sistem analog ke sistem digital dari siaran-siaran televisi dan radio, hal ini masih banyak menemui kendala karena seluruh aspek terkait penyiaran digital pun harus ikut bermutasi.
Sebut saja salah satunya adalah masalah akses konsumen (penonton dan pendengar), terhadap tayangan televisi ataupun siaran radio streaming digital tersebut. Misalnya harga pesawat televisi yang mampu mendukung hasil siaran dengan data digital, masih tergolong cukup mahal untuk dijangkau sebagian besar masyarakat di Indonesia.
Pun sama hal nya dengan para pendengar radio streaming yang harus memiliki device atau gadget tertentu guna untuk mengaksesnya. Kenyataan mendengarkan radio konvensional lebih mudah diakses masih kental di benak pendengar daripada harus menyiapkan bandwidth stabil dan perangkat komputer atau smartphone.
Risa menilai, perkembangan radio streaming ini ke depannya juga akan semakin pesat, termasuk dari berbagai sisi penyiaran, termasuk aspek pemutaran lagu, dan hal-hal teknis lainnya yang meliputi ranah operasional dari sebuah stasiun radio.
Sebagai contoh, jika sebelumnya untuk mengkompres file jenis Mp3 hanya bisa dilakukan di kecepatan 128 kbps agar suara siaran radio streaming itu bisa diterima secara utuh dan jernih di media pendengar, maka kini perkembangan teknologi telah mampu melakukan hal serupa, hanya dengan kecepatan 32 kbps atau bahkan 24 kbps. Bahkan kualitas suara yang dihasilkan pun bisa jauh lebih jernih, dari kualitas suara radio konvensional yang menggunakan sistem pemancar.
"Jadi ke depannya, para pengiklan itu sebenarnya sangat berpotensi untuk memasang iklan di radio-radio streaming. Namun, sekarang mereka masih memikirkan jangkauan pendengar dari radio streaming ini, apakah efektif untuk memasarkan produknya di sebuah wilayah tertentu," ujar Risa.
Fenomena siaran dengan media internet ini nyatanya juga turut memunculkan respon dari para pemilik radio-radio konvensional yang selama ini ada, yang mulai turut merambah konsep penyiaran dengan jalur streaming. Dengan kata lain, saat ini sudah banyak radio-radio terestrial yang akhirnya ikut men-streaming-kan dirinya, dan menjadikannya alternatif pola siaran yang dianggap mampu menjangkau pasar pendengar yang lebih luas.
Dari fenomena ini, kemudian muncul lah tiga tipe radio streaming yang sudah mulai familiar di sejumlah kalangan pendengar. Pertama adalah jenis Radio Streaming Komunitas, yang menargetkan pendengar dari sebuah perkumpulan dengan minat atau budaya komunikasi yang khas. Kaskusradio.com merupakan salah satu contoh dari eksistensi radio streaming komunitas tersebut, yang saat ini makin eksis di ranah penyiaran radio streaming tanah air.
Kemudian yang kedua adalah tipe Radio Streaming Terestrial, yang sebenarnya merupakan stasiun radio konvensional, dengan alternatif jenis siaran yang dibuat streaming melalui website mereka. Dari jenis siaran langsung yang juga di-streaming-kan, atau bahkan hanya memutar hasil rekaman yang sudah di-taping sebelumnya. Sebut saja hardrockfm.com yang saat ini memiliki dua jenis untuk mendengarkan program siaran mereka, baik dari radio gelombang maupun dari website mereka.
Yang ketiga adalah tipe Radio Streaming Broadcast, secara teknis operasionalnya sama dengan stasiun radio konvensional, namun semua basis penyiarannya menggunakan mode streaming baik melalui PC, laptop, atau bahkan aplikasi smartphone. Perbedaannya dengan tipe Radio Streaming Terestrial adalah, Radio Streaming Broadcast ini tidak memiliki jenis siaran di ranah gelombang dengan modulasi FM/AM, melainkan hanya di ranah streaming saja. (mdk/arb)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pola setiap generasi dalam mengonsumsi jenis siaran favorit berbeda-beda.
Baca SelengkapnyaTahun 2025 disebut sebagai era keemasan streaming, dengan konten IRL, podcast, dan kolaborasi kreator mendominasi. Persaingan platform juga semakin memanas.
Baca SelengkapnyaStreaming merupakan istilah yang banyak dikenal masyarakat di era digital.
Baca SelengkapnyaDalam riset kali ini KPID menggandeng 4 Universitas untuk membedah berbagai persoalan penting yang ada di Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaKawasan Kanal Banjir Timur yang teduh karena rindangnya pepohonan kini diramaikan dengan kreator TikTok yang melakukan live streaming.
Baca SelengkapnyaPerkembangan teknologi sejarah di Indonesia dari masa ke masa ini menarik untuk disimak.
Baca SelengkapnyaIni menjadi langkah penting dalam popularitas podcasting dan memperluas jangkauan audiens.
Baca Selengkapnya