Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menunggu nasib Venezuela

Menunggu nasib Venezuela Bentrok panas di Venezuela. ©REUTERS/Tomas Bravo

Merdeka.com - Venezuela saat ini menghadapi krisis politik yang ditandai dengan demonstrasi paling besar sejak meninggalnya Presiden Hugo Chavez setahun lalu. Krisis ini telah menelan korban sedikitnya 13 orang meninggal sejak demonstrasi yang dimulai 4 Februari.

Media mainstream Barat memberitakan bahwa demonstrasi ini akibat kemarahan rakyat kepada pemerintah karena kriminalitas merajalela, inflasi, bahan kebutuhan pokok kurang dan dugaan keterlibatan kelompok bersenjata pro-pemerintah pada bentrokan dengan demonstran yang menimbulkan korban.

Demonstrasi anti pemerintah ini ditandingi dengan munculnya demonstran pro-pemerintah berkaus merah yang menyuarakan protes apa yang mereka sebut sebagai "kekerasan fasis" oleh oposisi dan demonstran yang didominasi oleh mahasiswa.

Presiden Nicolas Maduro hari Minggu (23/2) telah mengimbau dilakukannya perundingan guna meredakan demonstrasi anti pemerintah dalam bentuk "konferensi perdamaian nasional" yang melibatkan semua kelompok sosial, politik, serikat pekerja dan agama.

Bagaimana magnitude krisis politik di Venezuela ini baik di dalam maupun keluar di lingkungan Amerika Latin? Hal yang penting yang perlu dipahami dari kisruh di Venezuela saat ini adalah bahwa pemicu demonstrasi adalah persoalan ekonomi dan bukan karena masalah politik. Tidak terkendalinya inflasi dan ketidakmampuan pemerintah mengendalikan laju kenaikan harga-harga telah menyulut protes massa.

Di ranah politik, oposisi di Venezuela terpecah mengenai arah politik bersama "memanfaatkan" situasi saat ini. Kelompok yang lebih radikal pernah mencoba menyuarakan tuntutan mundurnya Maduro. Namun pimpinan kelompok ini, Leopoldo Lopez telah ditangkap dan penangkapan itu berhasil menonjolkan sifat otoriter pemerintahan Maduro.

Pemimpin oposisi yang lebih moderat, Henrique Capriles yang kalah dua kali dalam pilpres menginginkan perubahan rezim secara damai. Dalam konteks ini media Barat menggambarkan bahwa rakyat Venezuela tidak yakin bahwa pergantian rezim dapat terlaksana melalui cara institusional dan demokratis dan bahwa protes jalanan akan lebih efektif ketimbang harus sabar menunggu pemilu tahun 2018.

Terhadap gejolak di Venezuela ini, kawasan pemerintahan negara-negara di kawasan Amerika Latin tampak adem ayem saja. Pernyataan yang keluar dari mereka hanya imbauan untuk diadakannya dialog.

Adem ayem dan dinginnya respon dapat dinilai sebagai indikasi adanya perubahan atau pergeseran dalam kebijakan negara-negara di kawasan itu. Amerika Latin dulu dikenal sebagai kawasan yang lebih terpolarisasi. AS banyak terlibat dalam menentukan para pemimpin dan mendukung kudeta —katanya— karena alasan menghadang komunisme. Selain perbedaan ideologi, secara umum pemerintahan di kawasan itu dulu biasa dibagi antara pemerintahan militer atau demokratis.

Sekarang ini AS masih menjadi sasaran tembak. AS diminta untuk tidak mendanai kelompok demonstran di Brasil, masyarakat pribumi di Bolivia dan protes polisi di Ekuador. Secara umum dinamika regional dan internal di Amerika Latin makin menjauh dari Washington. Tidak diundangnya AS pada KTT CELAC (Community of Latin American and Caribbean States) di Havana bulan Januari lalu makin membuktikan hal itu.

Selain faktor AS sebagai "musuh bersama", meningkatnya integrasi ekonomi tampaknya juga memainkan peran penting. Presiden Brasil, Dilma Rousseff sampai saat ini tidak berkomentar secara langsung mengenai krisis di Venezuela apalagi mengkritik Maduro karena melindungi kepentingan bisnis Brasil di Venezuela. Ia bahkan mendukung berbagai pernyataan Maduro dalam organisasi regional kawasan seperti Unasur dan Mercosur di mana Brasil memainkan peran menonjol.

Presiden Bolivia Evo Morales, sekutu dekat yang bisa membeli minyak Venezuela dengan harga murah, juga telah menunjukkan dukungan publik dan menuduh AS mencoba menggoyah stabilitas Venezuela.

Meski demikian, sampai berapa lama Maduro bisa bertahan? Apakah skenario di Mesir, Ukraina dan Turki bisa dan akan dimainkan di sini? Kita mengharapkan dinamika politik suatu negara terjadi tanpa campur tangan negara lain dan merupakan upaya menciptakan jalan bagi kestabilan dan kesejahteraan negara itu sendiri. (mdk/tts)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Maduro Menang Pemilu Lagi, Demonstrasi Besar-Besaran Berujung Ricuh Pecah, Situasi Venezuela Mencekam!
FOTO: Maduro Menang Pemilu Lagi, Demonstrasi Besar-Besaran Berujung Ricuh Pecah, Situasi Venezuela Mencekam!

Demonstrasi ini berlangsung dengan intensitas yang tinggi. Situasi bertambah panas saat oposisi menentang kemenangan Maduro.

Baca Selengkapnya
Elon Musk Terima Tantangan Duel dari Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Ini Awal Mula Perseteruannya
Elon Musk Terima Tantangan Duel dari Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Ini Awal Mula Perseteruannya

Nicolas Maduro menantang Elon Musk duet melalui video viral pada Senin (29/7).

Baca Selengkapnya
Fakta Venezuela, Negara Kaya Minyak yang Sempat Alami Krisis Ekonomi Parah dan Utang Menumpuk
Fakta Venezuela, Negara Kaya Minyak yang Sempat Alami Krisis Ekonomi Parah dan Utang Menumpuk

Venezuela menjadi negara dengan harga bahan bakar fosil termurah di dunia.

Baca Selengkapnya
Pilpres Bisa Bikin Pertumbuhan Ekonomi 2024 Melambat, Kok Bisa?
Pilpres Bisa Bikin Pertumbuhan Ekonomi 2024 Melambat, Kok Bisa?

kondisi ini juga lumrah terjadi di sejumlah negara. Bahkan, sekelas negara ekonomi maju seperti Amerika Serikat (AS) hingga China.

Baca Selengkapnya
Kapan Pemenang Pilpres 2024 Dilantik Jadi Presiden dan Wakil Presiden?
Kapan Pemenang Pilpres 2024 Dilantik Jadi Presiden dan Wakil Presiden?

Merujuk pada Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2022, Pemilu saat ini berada pada tahapan pemungutan dan penghitungan suara

Baca Selengkapnya
OJK Buka-bukaan Soal Ancaman yang Pengaruhi Kinerja Sektor Keuangan 2024
OJK Buka-bukaan Soal Ancaman yang Pengaruhi Kinerja Sektor Keuangan 2024

Salah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Blak-Blakan Jokowi Para Pengusaha Ngeri Ngeri Sedap Takut Politik Panas Jelang Pemilu
VIDEO: Blak-Blakan Jokowi Para Pengusaha Ngeri Ngeri Sedap Takut Politik Panas Jelang Pemilu

Presiden Jokowi mengakui banyak pelaku bisnis wait and see karena khawatir situasi politik memanas menjelang pencoblosan Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Memasuki Tahun Politik di 2024, Indonesia Aman Buat Investasi?
Memasuki Tahun Politik di 2024, Indonesia Aman Buat Investasi?

BRI Danareksa Sekuritas menggelar acara Market Outlook bertajuk Strategi Investasi Memasuki Tahun Politik.

Baca Selengkapnya