Terungkap, Buku Bacaan Wajib Xi Jinping tentang AI
Temuanmengagetkan adalah adanya dua buku tentang kecerdasan buatan (AI) di rak buku Xi untuk pertama kalinya.
Presiden China, Xi Jinping, dikenal sebagai seorang yang rajin membaca. Dalam pidato-pidatonya, ia kerap menyisipkan kutipan dari penulis-penulis favoritnya, seperti Charles Dickens, Victor Hugo, dan Paulo Coelho.
Bahkan di setiap tahun, ucapan selamat Tahun Baru yang ia sampaikan seperti memberikan gambaran unik tentang koleksi buku yang ada di rak kantornya. Ini selalu menjadi sorotan netizen China setiap bulan Januari.
-
Siapa yang membuat peraturan AI di China? Pemerintah Tiongkok juga telah mengeluarkan berbagai peraturan mengenai penggunaan AI generatif untuk menghindari pengaruh dan ketergantungan akan teknologi asing.
-
Apa ambisi China di bidang AI? China Punya Ambisi Lepas Ketergantungan Teknologi AI dari AS
-
Apa yang dibaca dengan kecerdasan buatan? Misteri gulungan berusia ribuan tahun berhasil dibongkar oleh para ilmuwan menggunakan kecanggihan AI.
-
Bagaimana China mengatasi kekurangan otonomi AI? Untuk menghadapi masalah kurangnya otonomi Tiongkok dalam industri AI, banyak perusahaan teknologi Tiongkok, seperti Baidu, Huawei, dan iFlytek, yang telah mencoba mengembangkan model AI yang sepenuhnya berasal dari sumber daya dalam negeri Tiongkok.
Tahun ini, mereka menemukan bahwa Xi telah menata ulang dua karya penting yang menjadi dasar pemikiran Marxisme, yakni Manifesto Komunis dan Das Kapital, yang mudah dijangkau dari mejanya.
Ia juga memperluas koleksi literatur Baratnya dengan menambahkan karya-karya seperti The Odyssey oleh Homer dan The Old Man and the Sea oleh Ernest Hemingway. Tak hanya itu, beberapa buku baru tentang militer dan ekonomi juga turut ada di raknya.
Namun, temuan yang lebih mengagetkan adalah adanya dua buku tentang kecerdasan buatan (AI) di rak buku Xi untuk pertama kalinya. Buku-buku tersebut adalah The Master Algorithm karya Pedro Domingos dan Augmented: Life in the Smart Lane karya Brett King.
The Master Algorithm, yang diterbitkan pada 2015, merupakan pengantar pembelajaran mesin dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Domingos, seorang profesor ilmu komputer dari Universitas Washington, berpendapat bahwa jawaban untuk semua masalah pembelajaran teknologi AI adalah algoritma "master" utama yang memberikan umpan balik kepada dirinya sendiri untuk terus berkembang tanpa henti.
Dalam bukunya, ia menuliskan, "Jika memang ada, Algoritma Master dapat memperoleh semua pengetahuan di dunia—masa lalu, sekarang, dan masa depan—dari data. Menciptakannya akan menjadi salah satu kemajuan terbesar dalam sejarah sains."
Sementara itu, Augmented karya Brett King membahas bagaimana kehidupan manusia akan berubah secara drastis dalam 20 tahun ke depan, yang disebut penulisnya sebagai "Augmented Age".
Era ini didasarkan pada empat pilar, yaitu kecerdasan buatan, desain pengalaman, infrastruktur cerdas, dan teknologi perawatan kesehatan. “Kurangnya identitas digital dapat membuat Anda kurang dapat dipercaya di dunia baru,” kata King, dikutip dari Quartz, Sabtu (28/12).
China sendiri sudah berkomitmen untuk memimpin dunia dalam teknologi AI, dengan tujuan untuk menjadikan industry dalam negeri bernilai $150 miliar pada tahun 2030. Negara ini telah menjadi rumah bagi perusahaan-perusahaan terkemuka di bidang pengenalan wajah, seperti Megvii Face++ dan SenseTime, yang bekerja sama dengan polisi untuk membangun jaringan pengawasan video yang bisa mengidentifikasi individu secara cepat.
Selain itu, tiga raksasa teknologi China seperti Baidu, Alibaba, dan Tencent, juga berlomba mengembangkan teknologi AI, dengan focus pada kendaraan self-driving, kota pintar, dan teknologi Kesehatan.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia