Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pers bebas, wartawan nikmati belenggu

Pers bebas, wartawan nikmati belenggu Demo wartawan Solo. ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Seorang kawan, pengusaha muda sukses, melalui WhatsApp bertanya: apa betul ada kelompok wartawan yang memboikot sebuah kafe jaringan internasional yang tersebar di Indonesia? Pertanyaan ini disertai link sebuah situs yang menulis soal boikot itu.

Tanpa membuka link situs yang dikirimnya, saya menjawab: tidak ada organisasi wartawan yang boikot; sebagai anggota AJI, saya tidak menerima instruksi organisasi; saya tahu, bukan style PWI main boikot-boikotan; saya juga sering melihat pimpinan IJTI kongkow-kongkow di kafe tersebut. Jawab saya menyebut tiga nama organisasi wartawan yang diakui Dewan Pers.

Lalu kawan tadi menyebut nama mantan pemimpin redaksi media ternama, sebagai orang yang menyerukan anak buahnya untuk memboikot kafe tersebut. Mengapa? Sebab, kafe tersebut dimiliki oleh seorang konglomerat yang kabur ke luar negeri karena kasus BLBI. Saya pun tergerak untuk membuka link situs yang dikirimnya.

Selanjutnya kepada kawan tadi saya bilang, kalau kehadiran kafe yang dimiliki salah satu perusahaan milik sang konglomerat yang kabur tadi, merupakan problem serius sehingga muncul komitmen untuk memeranginya, itu sebuah penyikapan pribadi yang patut dihargai.

Masalahnya, apakah wartawan di grup tersebut seiya sekata dengan bosnya? Soalnya baru-baru ini, saya melihat wartawan grup tersebut masih asyik menyeruput kopi di kafe tersebut. Jika bosnya tahu, apakah dia akan mendapatkan teguran, sanksi lain, atau bahkan dipecat?

Saya tidak tahu. Namun untuk grup media yang lain, ada yang sudah jelas ceritanya.

Beberapa pekan lalu, e-mail seorang bos grup media beredar luas. Dalam email tersebut, dia marah besar karena jajaran redaksi yang dibawahinya memuat sosok yang dimusuhi pemilik perusahaan. Tak berapa lama, orang-orang yang dianggap bertanggung jawab mengundurkan diri. Jika tidak mundur, mungkin akan dipecat juga.

Ada cerita lain yang lebih seru, tapi maaf, tidak ada bukti tertulis, suara, maupun gambar. Saking serunya, cerita ini jadi bahan canda tawa di kalangan wartawan. Ini cerita tentang seorang pemimpin redaksi sebuah stasiun televisi yang alih profesi ke dunia politik. Tentu dia mungundurkan diri.

Pemilik grup media pun menunjuk pemimpin redaksi baru. Karena pemimpin redaksi stasiun televisi ini adalah pemimpin redaksi di antara pemimpin-pemimpin redaksi media-media yang dimiliki grup, maka pergantian tersebut langsung diikuti oleh rapat yang dihadiri seluruh pemimpin redaksi di grup tersebut.

Inilah kira-kira yang disampaikan pemimpin redaksi dari para pemimpin redaksi itu.

"Saudara-saudara, saya mau berterus terang dari awal agar semuanya jelas. Saya ini anjingnya pemilik (aslinya dia menyebut nama, tapi saya sebut pemilik saja di sini). Pemilik suruh menggonggong, sayang menggonggong; pemilik suruh gigit, saya menggigit. Jadi, apa yang saya minta ke saudara-saudara, adalah permintaan pemilik.”

Tiga kisah laku pemilik dan pemimpin media di atas memang tidak sebanding. Tapi ada satu hal yang perlu direnungkan: bagaimana sesungguhnya hubungan pemilik dan pemimpin media dengan jajaran redaksi yang dihuni para wartawan?

Apabila pemimpin atau pemilik memiliki sikap pribadi terhadap suatu situasi, haruskah sikap itu diikuti oleh jajaran redaksi, apapun pertimbangannya: moral, politik atau bisnis? Jika para wartawan di bawahnya tidak sependapat tapi tetap saja mengikuti perintahnya, pantaskah mereka beralasan: ya, apa boleh buat, ini kebijakan perusahaan.

Kebebasan memang mahal. Sebab, dia menuntut tanggung jawab, membawa risiko. (mdk/tts)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Dewan Pers Tolak Draf RUU Penyiaran
Dewan Pers Tolak Draf RUU Penyiaran

Ninik menegaskan mandat penyelesaian karya jurnalistik itu seharunya ada di Dewan Pers.

Baca Selengkapnya
Dewan Pers Sebut KPI Produk Politik, Tak Tepat Urus Sengketa Jurnalistik
Dewan Pers Sebut KPI Produk Politik, Tak Tepat Urus Sengketa Jurnalistik

Anggota Dewan Pers Yadi Hendriana menyebut, ada perbedaan mendasar antara KPI dengan Dewan Pers

Baca Selengkapnya
Kisah Pers Diberedel Habis pada Masa Soeharto
Kisah Pers Diberedel Habis pada Masa Soeharto

Sejumlah pers diberedel pada masa Orde Baru karena mengkritik pemerintah.

Baca Selengkapnya
RUU Penyiaran: Penayangan Eksklusif Jurnalistik Investigasi Dilarang
RUU Penyiaran: Penayangan Eksklusif Jurnalistik Investigasi Dilarang

Sejumlah pasal dalam RUU Penyiaran berpotensi menjadi pasal karet

Baca Selengkapnya
Gonjang-ganjing RUU Penyiaran, Begini Aksi Jurnalis Jember dan Lumajang Tolak Aturan yang Mengancam Kebebasan Pers
Gonjang-ganjing RUU Penyiaran, Begini Aksi Jurnalis Jember dan Lumajang Tolak Aturan yang Mengancam Kebebasan Pers

Sebagian isi draft RUU Penyiaran bertentangan dengan UU Pers

Baca Selengkapnya
VIDEO: Nada Tinggi Megawati Jengkel Diberitakan Ngawur,
VIDEO: Nada Tinggi Megawati Jengkel Diberitakan Ngawur, "Saya Mudah Jelekkan Keluargamu!"

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menantang wartawan yang membuat berita tidak sesuai.

Baca Selengkapnya
Gerindra Minta Pembahasan Revisi UU Penyiaran Ditunda
Gerindra Minta Pembahasan Revisi UU Penyiaran Ditunda

Revisi UU Penyiaran tidak boleh mengganggu kemerdekaan pers.

Baca Selengkapnya
Prabowo Soal Pers: Check dan Balance untuk Penguasa, Kadang Sakit Hati Kalau Dibaca
Prabowo Soal Pers: Check dan Balance untuk Penguasa, Kadang Sakit Hati Kalau Dibaca

Prabowo Soal Pers: Check dan Balance untuk Penguasa, Kadang Sakit Hati Kalau Dibaca

Baca Selengkapnya
Aliansi Jurnalis & Mahasiswa Bareng DPRD Kota Tangerang Teken Pakta Integritas Tolak RUU Penyiaran
Aliansi Jurnalis & Mahasiswa Bareng DPRD Kota Tangerang Teken Pakta Integritas Tolak RUU Penyiaran

Polemik RUU Penyiaran terus bergulir, ragam penolakan masih terus berdatangan

Baca Selengkapnya
Cak Imin: Akhir-Akhir Ini Banyak Sekali Kriminalisasi
Cak Imin: Akhir-Akhir Ini Banyak Sekali Kriminalisasi

Cak Imin menjamin hak-hak bagi profesi jurnalis dan perlindungan hukum.

Baca Selengkapnya
RUU Penyiaran Menuai Polemik, Ini Respons Menkominfo
RUU Penyiaran Menuai Polemik, Ini Respons Menkominfo

Beberapa Pasal dikabarkan tumpang tindih hingga membatasi kewenangan Dewan Pers dalam penyelesaian sengketa jurnalistik.

Baca Selengkapnya
Disatroni Jurnalis Demo Tolak RUU Penyiaran, Kantor DPRD Provinsi Jambi Kosong Karena Alasan Dinas
Disatroni Jurnalis Demo Tolak RUU Penyiaran, Kantor DPRD Provinsi Jambi Kosong Karena Alasan Dinas

Disatroni Jurnalis Demo Tolak RUU Penyiaran, Kantor DPRD Provinsi Jambi Kosong Karena Alasan Dinas

Baca Selengkapnya