Wartawati pertama di Tanah Sumatera
Merdeka.com - Lelaki itu sudah berambut putih namun tetap sigap. Bolak-balik dia membongkar berkas mencari salinan Soenting Melajoe. Senyumnya sumringah ketika menemukan sebuah lembaran surat kabar tua yang dia simpan dalam sebuah bingkai plastik.
"Kemarin ada keluarga yang lihat, saya juga lupa menyimpannya di mana jadi bolak-balik mencarinya," kata Eddy Juni cucu Roehana Koddoes saat berbincang dengan merdeka.com di kediamannya, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa kemarin.
Rohana memang pencetus sekaligus pendiri Surat Kabar Soenting Melajoe. Sebuah surat kabar pertama di Indonesia yang terbit pada 10 Juli 1912. Surat kabar itu berbahasa melayu.
-
Siapa pendiri Soenting Melajoe? Sosok pendiri surat kabar ini adalah Roehana Koeddoes.
-
Apa isi Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kenapa Soenting Melajoe didirikan? Lahirnya surat kabar ini tak lepas dari terbatasnya akses perempuan di Hindia Belanda untuk mendapatkan pendidikan.
-
Siapa yang menginspirasi wanita Indonesia? Di hari yang istimewa ini, mari kita renungkan kembali semangat yang telah ditanamkan oleh Kartini, yang tidak hanya menjadi inspirasi bagi wanita Indonesia, tetapi juga bagi setiap individu yang bermimpi dan berusaha untuk mencapai kesetaraan di segala aspek kehidupan.
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
-
Bagaimana cara Roehana mendirikan Soenting Melajoe? Tekad dan keinginan Roehana untuk mendirikan surat kabar pun ia curahkan ke Datuk Sutan Maharaja, pendiri surat kabar Oetoesan Melajoe di Kota Padang. Datuk Sutan Maharaja pun bersedia dan menyanggupi percetakan majalah khusus yang akan menjadi terbitan Soenting Melajoe.
Menurut Eddy, Soenting Melajoe memang sudah terkenal dan bahkan satu-satunya surat kabar perempuan yang bisa bertahan hingga sembilan tahun. Cikal bakal lahirnya surat kabar khusus wanita ini kata Edy, merupakan buah dari bakat dan kesukaan Roehana dalam dunia menulis.
Sejak umur 8 tahun Roehana sudah berkenalan dengan surat kabar yang dibeli ayahnya Moehammad Rasjad yang merupakan juru tulis dan meningkat menjadi hoofd djaksa pegawai pemerintahan Belanda.
Keterampilan menulis pun di kembangkan Roehana hingga usia remaja. Apalagi, saban hari Roehana juga sering membaca beberapa surat kabar terbitan Padang, Medan, Jawa. Termasuk juga dari Belanda dan Singapura. Surat kabar itu Roehana dapatkan dari kenalannya orang Belanda atau langganannya sendiri.
"Ceritanya dia suka nulis (di catatan harian) karena dia suka baca. Buku-buku tahun itu banyak bertuliskan Arab lalu dia salin ke huruf Latin. Banyak yang dia tulis. Banyak dalam bentuk pantun, puisi dan sajak," tutur Eddy.
Fitriyati Dahlia, penulis biografi Roehana Koddoes memiliki catatan panjang mengenai Surat Kabar Soenting Melajoe. Dalam bukunya 'Rohana Perempuan Menguak Dunia', Fitriyati mengisahkan, Soenting Melajoe berawal dari keprihatinan Roehana atas nasib perempuan Minang kala itu.
"Setiap kali membaca surat kabar, bila mendapatkan tulisan yang berkaitan dengan kehidupan perempuan yang sangat buruk, diperlakukan sewenang-wenang, dan tidak memiliki hak untuk membela diri, hatinya sangat teriris," kata Fitriyati saat berbincang Sabtu pekan lalu.
Perasaan teriris ini diungkapkan Roehana kepada suaminya, Abdoel Koeddoes. Padahal, Roehana sudah membangun dan mendirikan Kerajinan Amai Setia (KAS), sebuah organisasi perempuan di tanah kelahirannya di Kota Gadang.
"Kalau ambo mengajar, maka yang bertambah pintar hanya murid-murid saja. Ambo ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan perempuan lain di daerah," kata Roehana seperti dikutip dalam buku buatan Fitriyati.
Diskusi terus dilakukan Roehana dengan suaminya. Pada suatu hari, Abdoel menyarankan Roehana mengirimkan surat kepada Soetan Maharadja, pemimpin redaksi Surat Kabar Oetoesan Melajoe. Di luar dugaan, surat Roehana ternyata menyentuh hati sehingga Soetan langsung menemui Roehana secara langsung. Dalam pertemuan itu, Roehana lagi-lagi mengungkap keprihatinannya atas masalah perempuan.
Satu-satunya yang dipikirkan Soetan kala itu adalah soal kedudukan Roehana sebagai Direktur KAS. Soetan menilai Roehana akan kesulitan jika pindah ke Padang sebagai pemimpin redaksi surat kabar yang baru itu. Setelah berbicara panjang, kesepakatan pun muncul, Roehana menjadi pemimpin redaksi yang berkedudukan di Kota Gadang. Sedangkan duduk sebagai redaktur pelaksana nya adalah anak Soetan sendiri yakni Ratna Djoewita dan Zahara.
Kemudian surat kabar baru tu dinamakan Soenting Melajoe. Soenting artinya perempuan dan Melajoe artinya Tanah Melayu. Dan Soenting Melajoe artinya surat kabar untuk kaum perempuan di Tanah Melayu.
Sebagai surat kabar perempuan, penulis Soenting Melajoe diisi oleh kaum perempuan, kecuali Soetan Maharadja sebagai pemilik surat kabar.
Menurut Eddy, Soenting Melajoe banyak menyoroti masalah perempuan. "Banyak menulis tentang perempuan, tentang membangun akhlak, menghormati suami dan pantun-pantun, juga ajaran agama Islam," tutur Eddy sambil membolak balik Soenting Melajoe ada di depannya.
Keberadaan Soenting Melajoe sebagai surat kabar perempuan, tulis Fitriyati banyak mengubah pola pikir perempuan Minang kala itu. Mereka seperti dicerahkan oleh artikel-artikel Roehana tentang perempuan di dunia, dan bahkan agama Hindu. (mdk/arb)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lahirnya surat kabar ini tak lepas dari pendidikan perempuan di Hindia Belanda yang saat itu masih dibatasi.
Baca SelengkapnyaSurat kabar harian di Padang yang diklaim sebagai surat kabar pertama yang dicetak oleh orang Pribumi.
Baca SelengkapnyaRohana Kudus adalah sosok pahlawan nasional yang dikenal sebagai wartawan perempuan pertama di Indonesia.
Baca SelengkapnyaRohana Kudus menjadi jurnalis perempuan pertama Indonesia yang tercatat dalam sejarah. Seperti apa kiprahnya?
Baca SelengkapnyaSri Isyana Tunggawijaya merupakan sosok berkepribadian kuat yang menjadi raja perempuan pertama di Jawa Timur. Ia hidup sebelum era Kerajaan Majapahit.
Baca SelengkapnyaIa merupakan salah satu tokoh perempuan yang berjuang di bidang pendidikan, sezaman dengan pahlawan lainnya seperti Rasuna Said hingga Rahma El Yunusiyyah.
Baca SelengkapnyaSosok pahlawan wanita berdarah Minang ini berjuang di garda terdepan melawan dan menentang sistem kolonialisme Belanda.
Baca SelengkapnyaHasril Chaniago dalam buku itu juga mengatakan, Rahmah El Yunusiyyah adalah perempuan yang dijuluki Kartini Pendidikan Islam.
Baca SelengkapnyaPerempuan inspiratif asal Palembang ini menciptakan Kitas Simbur Cahaya yang berisi undang-undang tertulis berlandaskan kearifan lokal pertama di Nusantara.
Baca SelengkapnyaMalahayati dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 9 November 2017 berdasarkan Keputusan Presiden RI nomor 115/TK/Tahun 2017.
Baca SelengkapnyaTapak tilas Benteng Inong Balee, saksi sejarah kekuatan kemaritiman Indonesia dan terbentuknya prajurit wanita janda di Aceh.
Baca SelengkapnyaSetiap 1 Desember masyarakat Minahasa akan mengenang sosok pahlawan yang berperan penting dalam emansipasi wanita pada awal abad ke-20.
Baca Selengkapnya