Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Senjakala Uni Eropa?

Senjakala Uni Eropa? Uni Eropa. Reuters.dok ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Pemilu anggota Parlemen Uni Eropa (EU) telah berlangsung pada 22-25 Mei lalu. Diikuti oleh 43,11 % pemilih seantero kawasan EU, sesuai exit poll, pemilu itu memberi 212 kursi kepada kelompok tengah-kanan European People’s Party, 71 kursi untuk Liberal, 55 kursi untuk kelompok Hijau (Green) dari 751 kursi yang diperebutkan.

Yang bikin heboh adalah kemampuan kelompok anti atau skeptis terhadap UE yang dikenal sebagai Euroskeptics dan kelompok anti kemapanan  (baik kanan maupun kiri) merebut 228 kursi. Kehebohan yang diberi bobot lebih lanjut sebagai telah terjadinya "gempa politik"  dan tanda-tanda berakhir dan bakal bubarnya UE.

Meski kelompok kanan-tengah dan kiri-tengah masih bisa menguasai lebih dari separuh jumlah kursi dalam badan legislatif UE itu, namun diperkirakan mereka akan menghadapi tantangan dari oposisi yang "berisik" yang menghendaki dihentikannya "business as usual" dalam tubuh UE.

Kemenangan partai-partai nasionalis dan Euroskpetics di Perancis, Inggris dan Yunani telah menimbulkan dilema yang sangat memojokkan partai-partai mapan. Di seluruh kawasan UE, kemenangan partai anti kemapanan, baik yang far-right maupun hard left makin memperkuat sentimen kemarahan terhadap Brussels (UE) atas isu pengetatan anggaran (asuterity), pengangguran dan imigrasi. Tingginya golput juga dinilai sebagai suara anti UE.

Nigel Farage, pemimpin partai UK Independence Party (UKIP)  yang mengalahkan Partai Konservatif dari Inggris dalam pemilu parlemen UE itu menyatakan bahwa integrasi Eropa yang dulu katanya tak terelakkan sekarang tidak lagi. Lebih jauh lagi ia bahkan menyatakan bahwa "Saya tidak ingin Inggris keluar dari UE. Saya ingin Eropa keluar dari UE".

Demikian juga, Marie Le Pen, pemimpin partai Front Nasional Perancis yang dikenal anti UE dan imigran, menyatakan bahwa kemenangan partainya merupakan tanda penolakan besar terhadap UE dan bahwa kemenangan partainya adalah langkah awal dari sebuah long march menuju penemuan kembali atas identitas Perancis dari UE.

Atas hasil pemilu itu para elit pemerintahan Eropa tentu saja terkejut dan cemas. Presiden Perancis Francois Hollande telah mengadakan sidang kabinet mendadak dan menyebut hasil pemilu sebagai gempa politik. Kanselir Jerman, Angela Merkel menggambarkan kemenangan kelompok kanan ekstrim sebagai “patut disesalkan“, sedangkan PM Inggris, David Cameron secara lebih lunak menyebut hasil pemilu itu sebagai "bisa dimengerti".

Kenapa partai-partai anti UE bisa memperoleh kemajuan signifikan dalam pemilu itu? Pemilu itu berlangsung di tengah masih dalamnya krisis ekonomi dan keuangan di kawasan UE di mana jamu untuk memulihkan kesehatan ekonominya dirasakan terlalu pahit, yaitu tindakan pengetatan anggaran (austerity) yang dipaksakan oleh troika Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa dan IMF (International Monetary Fund).

Troika yang mendesakkan kebijakan neoliberal dianggap telah menghancurkan prinsip negara kesejahteraan (welfare state) dan kontrak sosial masyarakat sebagai prinsip pokok solidaritas Eropa di antara berbagai negara di kawasan itu yang dibangun sejak berakhirnya dua perang dunia.

Selain itu Jerman yang ekonominya dinilai kuat dan tahan menghadapi krisis dinilai tidak ada simpati untuk  membantu negara anggota UE lainnya khususnya yang ada di kawasan Selatan. Ini semua menimbulkan kekecewaan mengenai pudarnya solidaritas di UE dan menimbulkan  kemarahan terhadap UE serta memperkuat sentimen anti asing dan khususnya terhadap imigran yang dinilai memperparah beban hidup mereka.

Menguatnya irasionalitas yang ditandai dengan tumbuh cepatnya partai-partai ekstrim kanan yang xenophobic dianggap bisa dihindari sejak dulu jika partai-partai sosialis seperti Partai Buruh era Tony Blair, partai Sosial Demokrat Jerman era Gerhard Schröder dan Partai Sosialis Yunani bisa mengamankan negara kesejahteraan dengan mengurangi kesenjangan sosial. Namun mereka justru bergabung dengan kelompok neo liberal dengan kebijakan privatisasi dan melemahkan sendi-sendi negara kesejahteraan.

Meski terdapat kemajuan signifikan dari kelompok Euroskeptics, signifikansi pengaruhnya pada kemungkinan bubarnya UE dinilai masih sangat jauh. Selain kelompok tengah masih menguasai mayoritas di Parlemen Eropa, kelompok Euroskeptics juga terbelah antara ekstrim kanan dan ekstrim kiri. Bahkan di kubu kanan sendiri mereka terbelah antara yang kritis terhadap mata uang Euro, anti UE dan anti imigran.

Apa yang terjadi di UE memberikan pelajaran (kepada ASEAN dan organisasi regional lain) mengenai pentingnya menghindari sikap business as usual dan peka terhadap nilai-nilai dasar pengikat keberadaan organisasi seperti solidaritas dan empati antara negara anggota yang satu dengan lainnya. (mdk/tts)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Perekonomian Eropa Diprediksi Masuk Jurang Resesi di Akhir 2023
Perekonomian Eropa Diprediksi Masuk Jurang Resesi di Akhir 2023

Aktivitas manufaktur Eropa mengalami penurunan lebih lanjut pada Oktober 2023.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Pengakuan Sri Mulyani, Indonesia Telah Jadi Korban Kekacauan Dunia Disorot Jokowi
VIDEO: Pengakuan Sri Mulyani, Indonesia Telah Jadi Korban Kekacauan Dunia Disorot Jokowi

Kekacauan dunia terjadi dipicu oleh potensi resesi Amerika Serikat hingga perang yang terjadi di Eropa dan Timur Tengah

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang
Sri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang

Bank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya
Kaleidoskop: 10 Foto Kejadian Tragis Sepanjang Tahun 2023
Kaleidoskop: 10 Foto Kejadian Tragis Sepanjang Tahun 2023

Tahun 2023 menyimpan serangkaian kejadian menghebohkan mulai dari perang, bencana alam hingga insiden kecelakaan tragis di berbagai negara dunia.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Tajam Dewan Guru Besar UI Kritik Era Jokowi
VIDEO: Tajam Dewan Guru Besar UI Kritik Era Jokowi "Negeri Hilang Kemudi Akibat Rebut Kuasa!"

Dewan guru besar Universitas Indonesia prihatin melihat kondisi bangsa saat ini seperti hilang kendali tatanan hukum hancur dan hilang etika bernegara.

Baca Selengkapnya
Gawat, OJK Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Melemah di Tahun 2024
Gawat, OJK Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Melemah di Tahun 2024

Proyeksi ini sejalan dengan berbagai rilis lembaga internasional yang menyebutkan hal serupa.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Dunia Masih Terpuruk di 2024, Sri Mulyani Ungkap Penyebanya
Ekonomi Dunia Masih Terpuruk di 2024, Sri Mulyani Ungkap Penyebanya

Ramalan IMF menyebut kondisi ekonomi dunia masih terpuruk.

Baca Selengkapnya
Unair Memanggil, Guru Besar dan Akademisi Minta Jokowi Hentikan Politik Kekeluargaan
Unair Memanggil, Guru Besar dan Akademisi Minta Jokowi Hentikan Politik Kekeluargaan

Saat akan mengakhiri pemerintahannya, Presiden bisa mengambil sikap yang tidak menodai prinsip-prinsip utama.

Baca Selengkapnya