Tergerus serakahnya kota
Merdeka.com - Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
-
Di mana saja Jakarta banjir? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. 'Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta,' kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).Adapun data wilayah terdampak diantaranya Jakarta Selatan.
-
Kenapa Jakarta banjir? 'Penyebab curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung,' ujar dia.
-
Dimana banjir Jakarta tahun 2020 terjadi? Tercatat sekitar 158 kelurahan terendam banjir. Tak hanya merendam pemukiman warga, air juga menggenang di jalan-jalan.Akibatnya, sejumlah transportasi umum seperti KRL, Transjakarta, dan penerbangan di Halim Perdanakusuma dihentikan.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
-
Apa penyebab utama banjir? Banjir terjadi karena berbagai penyebab utama, termasuk hujan lebat, pencairan salju, badai, dan kenaikan permukaan air laut.
-
Apa penyebab banjir di Jakarta pada tahun 1960? Mengutip dari buku Sejarah Kota Jakarta 1950-1980 karya Edi Setyawati dkk mengatakan, pada awal tahun 1960 terjadi banjir di Jakarta, setelah mengalami musim hujan yang hebat sehingga 7 kelurahan sangat menderita, terutama daerah Grogol dan sekitarnya.Dikatakan pula salah satu penyebabnya karena lahan kosong yang semakin sedikit karena digunakan untuk perumahan, seiring dengan bertambahnya lahan yang dibangun, maka volume air hujan yang harus ditampung juga meningkat.
Mungkin petikan lagu karya musikus Virgiawan Listanto atau akrab disapa Iwan Fals cocok untuk menggambarkan dampak dari pembangunan dan populasi penduduk Kota Jakarta. Pembangunan besar-besaran tidak diimbangi penyediaan hijau sebagai wilayah penyangga ketersedian air tanah.
Justru lahan terbuka menjadi incaran para pengembang untuk membangun gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, perumahan, dan industri. Luas Jakarta hanya 662 kilometer persegi digerus bangunan beton. Dampaknya, banjir menjadi santapan bagi warga ibu kota. Saban memasuki musim hujan, bukan barang baru beberapa wilayah langganan banjir sudah bisa ditebak.
Teranyar, hujan mengguyur Jumat pekan lalu mengakibatkan air setinggi dua meter menggenangi rumah warga di Kampung Pulo, Jakarta Timur. Namun bagi warga tinggal di daerah itu sudah menjadi hal lumrah.
Bahkan banyak warga memilih bertahan di rumah lantaran air menggenangi rumah mereka belum terbilang parah. "Ya kalau banjirnya sampai lantai dua rumah, saya baru mau mengungsi," kata Maryam, warga kampung Pulo, kepada merdeka.com pekan kemarin.
Selain berambisi menguasai lahan, sektor pembangunan gedung juga banyak mengunakan air. Hasil penelitian Amrta Institute menemukan 50 persen data pencatatan pelanggan air tanah terdaftar di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah tidak akurat.
Temuan itu terjadi pada penggunaan air tanah oleh sektor komersial. Dari penggunaan air tanah oleh sektor komersial sebanyak 99,93 juta meter kubik per tahun, 92,07 juta meter kubik air tanah digunakan tidak terdaftar. Sedangkan sisanya 7,86 juta meter kubik terdaftar sebagai pengguna air tanah.
Bukan hanya sektor komersial, data tidak akurat juga tercatat pemenuhan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dari jumlah kebutuhan 622 juta meter kubik setahun, 447,88 juta meter kubik pengguna air tanah di sektor rumah tangga juga tidak terdaftar. Hanya 174,12 juta meter kubik tercatat lantaran terdaftar menggunakan air dari perusahaan air minum.
"Penelitian Amrta menemukan 50 persen data pencatatan pelanggan air tanah terdaftar di BPLHD tidak akurat," kata Siti dalam berkas penelitian diterima merdeka.com.
Hal ini diperparah oleh penggunaan air tanah menggunakan sumur bor dan sumur pantek oleh sektor komersial. Tercatat penggunaan sumur bor oleh sektor komersial pada 2004 sebanyak 17.675.150 meter kubik. Sedangkan penggunaan sumur pantek sebanyak 3.240.898 meter kubik. Jumlah itu menurun pada 2011. Pemakaian sumur bor oleh sektor komersial tercatat 6.459.992 meter kubik dan pengguna sumur pantek sebanyak 1.404.795 meter kubik.
Penggunaan air tanah di Jakarta memang besar. Data pemenuhan air bersih di DKI Jakarta selama tiga tahun (2011-2013) mencatat kebutuhan air sesuai Kartu Tanda Penduduk meningkat. Pada 2011 pemenuhan air bersih 622.269.739, bertambah pada 2013 menjadi 650.989.968 meter kubik. Sedangkan untuk kebutuhan industri dari 186.680.922 meter kubik di 2011 meningkat menjadi 195.296.990 meter kubik.
Namun pemenuhan itu tidak diimbangi dengan pemenuhan atas kebutuhan air bersih melalui perusahaan air minum. Dampaknya masih banyak penggunaan air tanah tidak tercatat. Siti mengimbau ada upaya meningkatkan teknologi dan pencatatan penggunaan air tanah di Jakarta. Selain itu, pengelolaan air bersih harus dikelola oleh satu institusi dan pengelolaan data itu mesti transparan sehingga bisa diakses oleh masyarakat.
"Jika pengambilan air tanah terus dilakukan, perkiraan Jakarta bakal tenggelam tinggal menunggu waktu," kata Siti. (mdk/fas)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal ini berdasarkan kajian Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta
Baca SelengkapnyaDia ini menekankan, pentingnya memperhatikan isu-isu semacam ini dalam kepemimpinan di DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaPengamat Siber Temukan Keanehan Hasil Penghitungan Suara pada Situs KPU
Baca SelengkapnyaDampaknya, produksi air bersih sempat dihentikan sehingga pelayanan kepada pelanggan terganggu.
Baca SelengkapnyaDinas Lingkungan mengungkapkan, data di situs informasi kualitas udara dunia IQAir tidak akurat.
Baca SelengkapnyaLaporan subsidi listrik yang melenceng ini dikemukakan oleh Strategi Nasional Pencegahan Korupsi.
Baca SelengkapnyaPenjabat (PJ) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono membantah sebanyak 4.723 atau 90 persen penyandang disabilitas di Cakung yang belum mendapatkan bansos.
Baca SelengkapnyaHasil monitoring KPUD DKI Jakarta menunjukkan warga yang memilih calon gubernur dan calon wakil gubernur hanya 50 persen.
Baca SelengkapnyaData itu terungkap setelah Pemprov Jakarta memiliki alat lengkap.
Baca SelengkapnyaSejak memasuki bulan Agustus fenomena El Nino ini semakin kuat sehingga terjadi penurunan kapasitas di sumber-sumber air.
Baca SelengkapnyaNyata air tanah di Jakarta saat ini tidak layak konsumsi karena sudah tercemar
Baca SelengkapnyaPakar keamanan siber menemukan, jumlah suara ke Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) berbeda dengan dokumen C1.
Baca Selengkapnya