Bos MotoGP Ungkap Syarat Masuk Race bagi BMW dan Suzuki
Seiring dengan minat BMW dan Suzuki untuk berpartisipasi di MotoGP, Bos MotoGP memberikan penjelasan mengenai prosedur masuk ke kompetisi tersebut.
BMW menunjukkan ketertarikan yang besar untuk berpartisipasi dalam ajang MotoGP, dengan kemungkinan bergabung pada tahun 2027. Hal ini berkaitan dengan adanya perubahan aturan yang memberikan peluang baru bagi mereka. Di sisi lain, Suzuki baru-baru ini menyatakan minatnya untuk kembali ke MotoGP di masa yang akan datang. Namun, untuk mendapatkan tempat di grid, Suzuki mungkin perlu mengambil alih tim yang sudah ada, bukan sekadar mendapatkan dua slot grid baru.
BMW sangat ingin memasuki MotoGP, terutama karena mereka memperoleh dukungan finansial yang signifikan. Selain itu, mereka juga merasa optimis berkat adanya pembalap Superbike terkemuka dunia, Toprak Razgatlioglu, yang dapat meningkatkan performa tim. Agar bisa berpartisipasi dalam MotoGP, kedua produsen tersebut harus mencapai kesepakatan dengan salah satu dari lima merek yang sudah ada di ajang tersebut. Mereka diharuskan untuk mengambil alih tim satelit, karena itu merupakan satu-satunya cara untuk bisa masuk ke dalam kompetisi ini.
Saat ini, di MotoGP terdapat 11 tim, yang menyediakan total 22 tempat di grid. Penting untuk dicatat bahwa MotoGP tidak memiliki rencana untuk menambah jumlah tim yang ada, sehingga persaingan untuk mendapatkan tempat sangat ketat. Dengan situasi ini, langkah strategis dari BMW dan Suzuki untuk mencapai kesepakatan dengan tim yang sudah ada menjadi sangat krusial. Keberhasilan mereka dalam hal ini akan menentukan masa depan kehadiran mereka di ajang balap bergengsi tersebut.
Panduan untuk Merek Baru Masuk ke MotoGP
Jika KTM memilih untuk mundur akibat masalah finansial, maka akan ada dua tim (empat motor) yang tidak terisi, meskipun saat ini belum terlihat indikasi bahwa situasi tersebut akan terjadi. Oleh karena itu, Suzuki dan BMW hanya memiliki opsi untuk masuk melalui tim satelit, mengingat jumlah tempat grid di MotoGP yang sangat terbatas. Mereka perlu menjalin kerjasama dengan tim yang sudah ada, yaitu tim satelit, untuk bisa berpartisipasi.
Saat ini, setiap tim utama telah mengisi dua posisi di grid dengan masing-masing dua pembalap. Selain itu, MotoGP tidak memiliki rencana untuk menambah jumlah tempat yang tersedia. Saat ini, Ducati memegang rekor dengan memiliki tim terbanyak, yaitu tiga tim, dan jumlah motor terbanyak, mencapai enam unit di grid, meskipun mereka akan kehilangan tim Pramac yang pindah ke Yamaha pada tahun 2025. Di sisi lain, setiap produsen lainnya hanya memiliki dua tim yang mewakili mereka, dengan total empat motor. Menjalin kerjasama dengan Ducati dapat menjadi langkah paling mudah untuk memasuki MotoGP, karena Dorna berupaya menjaga keseimbangan kompetisi antara berbagai merek yang bersaing.
Bos MotoGP memberikan pernyataan mengenai kehadiran merek baru
Dalam wawancara dengan media Spanyol, Carlos Ezpeleta selaku Direktur MotoGP dari Dorna menyatakan bahwa kejuaraan MotoGP sangat terbuka untuk kehadiran pabrikan baru. Namun, dia menegaskan bahwa hal tersebut bergantung pada beberapa faktor, seperti kinerja, investasi, dan promosi yang dilakukan oleh merek tersebut. Meskipun pintu untuk bergabung terbuka lebar, Ezpeleta juga menjelaskan bahwa harus ada kesepakatan dengan tim yang sudah ada. Hal ini penting karena MotoGP ingin menjaga jumlah pembalap tidak lebih dari 22 dan jumlah tim tidak melebihi 11.
“Saya pikir kejuaraan ini sedang dalam momen yang luar biasa. Dengan lebih banyak pabrik akan lebih baik, mungkin ya. Mungkin kita tidak tahu, itu tergantung pada kinerja, investasi, promosi yang dilakukan merek tersebut,” ungkap Carlos Ezpeleta, sebagaimana dikutip dari Visordown pada Rabu (11/12/2024).
Dia menambahkan, “Yang jelas pintunya terbuka, tetapi harus ada kesepakatan dengan tim yang ada karena tujuan kami tidak melebihi jumlah 22 pembalap dan tidak melebihi jumlah 11 tim. Kami punya 11 tim, semuanya punya nilai dan jika ada yang mau masuk, mereka harus mencapai kesepakatan dengan salah satu tim itu.”
Ezpeleta juga menjelaskan, “Yang kami coba lakukan adalah membuat regulasi teknis supaya pabrik baru bisa masuk, katakanlah, investasi yang wajar dan nantinya akan berdampak pada bisnisnya, itu yang sedang kami coba lakukan.”