3 Kasus dunia kesehatan yang bikin geger Tanah Air
Merdeka.com - Kasus-kasus dalam dunia medis merupakan kabar kerap menjadi sorotan publik. Tak heran, sebab kasus medis berkaitan langsung dengan aspek kesehatan dari banyak orang. Hal ini pun kerap terjadi di Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Kementerian kesehatan dan Badan POM, merupakan pihak yang paling sering diminta bertanggung jawab dalam kasus-kasus yang berhubungan dengan dunia medis semacam ini. Hal ini dikarenakan kasus-kasus medis yang pernah terjadi di Indonesia, biasanya disebabkan karena sejumlah produk medis atau kesehatan yang terkontaminasi atau bahkan dipalsukan.
Untuk mengetahui apa saja kasus-kasus di dunia kesehatan yang pernah terjadi di Indonesia, merdeka.com, Sabtu (16/7), merangkumnya sejumlah kasus yang pernah bikin heboh jagat Tanah Air:
-
Mengapa Indonesia punya paparan mikroplastik tinggi? Sejumlah penelitian terbaru mengungkap bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan paparan mikroplastik yang sangat tinggi. Hal ini tentu menimbulkan dampak kesehatan yang tidak main-main dan tak bisa disepelekan.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Kenapa kasus kanker di Indonesia meningkat? Meningkatnya Jumlah Kanker di Indonesia Terjadi Akibat Gaya Hidup Kebaratan Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penerapan gaya hidup yang tidak sehat dan cenderung mengikuti negara barat menjadi penyebab meningkatnya kasus kanker.
-
Apa masalah kesehatan mental di Indonesia? Masalah kesehatan mental merupakan salah satu momok yang bisa sangat menakutkan.
-
Apa saja patogen prioritas di Indonesia? Indonesia telah menyusun daftar patogen prioritas yang mencakup berbagai famili virus dan bakteri yang menjadi perhatian utama, disesuaikan dengan panduan global dari WHO.
-
Kenapa demam berdarah jadi masalah di Indonesia? Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia.
Bakteri di susu formula
Di Indonesia, bakteri Sakazaki pernah membuat geger pada tahun 2008 silam. Ketika itu berdasarkan penelitian yang di lakukan IPB terhadap 74 sampel susu formula, 13,5 persen di antaranya mengandung bakteri berbahaya. Hasil riset tersebut merupakan kelanjutan dari penelitian yang dilakukan sebelumnya dari tahun 2003 hingga 2006.Bakteri Sakazaki atau yang secara lengkapnya disebut Enterobacter Sakazaki, merupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif berbentuk koliform (kokoid), dan tidak membentuk spora. Bakteri ini termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Sampai tahun 1980, E. sakazakii dikenal dengan nama Enterobacter cloacae berpigmen kuning.E. sakazakii dapat menyebabkan radang selaput otak dan radang usus pada bayi. Kelompok bayi yang memiliki risiko tertinggi terinfeksi E. sakazakii yaitu neonatus (baru lahir hingga umur 28 hari), bayi dengan gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV).Kasus ini sempat membuat para orangtua khawatir memberikan anak-anaknya susu formula. Terlebih lagi, tidak ada pengumuman resmi dari pemerintah tentang mana saja susu formula yang mengandung zat berbahaya tersebut.
Pembalut mengandung Klorin
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pernah melansir temuannya mengenai produk pembalut wanita, yang mengandung zat pemutih atau klorin. Zat klorin diketahui sangat berbahaya, jika terus menerus bersinggungan langsung dengan tubuh manusia, terutama sistem reproduksi wanita.Penelitian ini dilakukan pada periode Desember 2014-Januari 2015, dengan menggunakan sampel pembalut dan pantyliner yang kerap digunakan konsumen wanita Indonesia.Bahan kimia pemutih yang biasa digunakan untuk membuat pembalut menjadi terlihat lebih bersih, memiliki efek samping yang dapat meracuni sistem kekebalan tubuh serta reproduksi wanita.Efeknya yang sering muncul ialah di sekitar organ intim wanita akan timbul seperti iritasi atau ruam. Ruam tersebut munculnya berbagai macam alasan. Salah satunya, disebabkan karena kondisi yang terlalu lembab dan penyerapan pembalut kurang maksimal.
Vaksin palsu
Akhir-akhir ini dunia medis dan kesehatan di Indonesia kembali digegerkan oleh pengungkapan kejahatan, berupa peredaran vaksin palsu yang marak tersebar di sejumlah rumah sakit dan klinik kesehatan. Menteri Kesehatan RI Nila Djuwita Moeloek memaparkan, bagaimana para tersangka pembuat vaksin palsu ini bisa mendistribusikan vaksin palsu tersebut.Nila mengatakan, awalnya ada kecurigaan pihak Kemenkes dengan adanya kelangkaan vaksin tertentu di pasar, yang bukan merupakan vaksin program pemerintah. Kemudian, ditemukan juga vaksin nonprogram pemerintah dengan harga yang murah.Kemudian, ditemukan 3 botol bekas dari Rumah Sakit Hermina di Bekasi, Rumah Sakit Betesda di Yogya, dan Rumah Sakit Harapan Bunda di Jakarta Timur. Dua rumah sakit awal tersebut didistribusikan melalui Sugiyanti sebagai pengumpul botol bekas.Sedangkan, untuk Rumah Sakit di Jakarta Timur, diawali oleh Irna dan Enday sebagai pengumpul botol bekas. Di situ pula ada percetakan yang dikelola oleh Sutanto."Vaksin diperoleh dari pemerintah. Sedangkan rumah sakit atau swasta dapat memperoleh dari pemerintah, atau dapat melakukan pengadaan sendiri, membeli dari distributor resmi. Tapi ada vaksin yang berasal dari sumber tidak resmi, bisa asli atau palsu," kata Menteri Nila.Sampai saat ini, sudah ada 14 rumah sakit yang terindikasi terlibat dalam peredaran vaksin palsu ini. Sementara itu, orang-orang yang dipastikan terlibat dalam peredaran dan penjualan vaksin palsu ini antara lain adalah para pembuat vaksin palsu yakni Nuriani, Syafrizal, Iin Sulastri, Rita Agustina, Hidayat, dan Agus Priyanto.Kemudian, distributor vaksin yakni Ryan pemilik Apotek Cahaya Medika, Farid melalui Apotek Ibnu Sina, lalu Mirza, Pius, dan Sutarman yang mendistribusikannya melalui Apotek Ciledug dan Rawa Bening, Jati Negara. Selain itu, distributor lainnya ialah Thamrin, melalui toko obat CV Azka Medical. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengumpulan data primer dengan pendekatan analisis wacana melalui analisis data kuantitatif media monitoring Humas BKPK dan NoLimit.
Baca SelengkapnyaDibantu PBB, Indonesia Bangun Sistem Kesehatan yang Tahan Terhadap Perubahan Iklim
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaIndonesia mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah kasus penyakit kritis dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Selengkapnya30 Berita terpopuler yang dirangkum merdeka.com mulai dari sains, artis hingga politik
Baca SelengkapnyaMerdeka.com menangkap berbagai momen dramatis pandemi Covid-19 sepanjang tiga tahun melanda Indonesia. Berikut foto-fotonya:
Baca SelengkapnyaDari gempa bumi hingga banjir, bencana alam telah menjadi ancaman konstan bagi manusia sepanjang peradaban.
Baca SelengkapnyaPolusi udara bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga tantangan bagi sektor kesehatan.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di 2022.
Baca SelengkapnyaSalah satu korban gigitan ulat berbisa di Kampung Cibogo Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, pada bagian tangan kanananya menghitam dan membusuk.
Baca SelengkapnyaPolusi buruk bukan saja mengancam manusia atau makhluk hidup, namun imbasnya juga membuat dinding-dinding gedung pencakar langit lebih cepat kusam.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini, Pemkab belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit antraks.
Baca Selengkapnya