5 Hewan Sumatera yang terancam punah karena diburu manusia
Merdeka.com - Bersyukurlah, Indonesia dianugerahi rupa-rupa satwa mengagumkan endemik negeri ini. Biasanya setiap daerah pasti memiliki binatang khas dan unik. Celakanya, manusianya kurang bisa merawat.
Hewan-hewan itu, bukannya malah lestari, tapi malah terancam punah karena diburu dan habitatnya mulai rusak akibat ulah dari manusia yang tak bertanggung jawab.Dari banyaknya binatang tersebut, merdeka.com akan mencoba merangkum beberapa binatang yang disinyalir saat ini hampir mengalami kepunahan di setiap daerahnya, khususnya di Sumatera.
Berikut ini 5 hewan di Sumatera yang terancam punah karena diburu manusia:
-
Siapa yang bertanggung jawab atas kepunahan burung? Matthews juga menekankan berbagai faktor lain yang mempercepat proses kepunahan burung, termasuk perburuan oleh manusia dan penyakit yang dibawa ke lingkungan baru.
-
Mengapa spesies terancam punah? Para ilmuwan memperingatkan, sekitar sepertiga dari semua spesies di dunia berisiko punah pada tahun 2100 jika masalah seperti perubahan iklim, hilangnya habitat, dan eksploitasi berlebihan terus berlanjut, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science pada 5 Desember 2024.
-
Kenapa harimau Jawa punah? Harimau Jawa mengalami kepunahan karena banyaknya perburuan terhadap satwa liar ini. Pada masa kolonial Belanda, banyak orang memburu harimau Jawa untuk kemudian dijadikan pajangan. Kini, tak ada lagi harimau Jawa di hutan-hutan lereng Gunung Kelud atau di hutan lain di Jawa Timur.
-
Apa yang terjadi pada ekosistem saat burung punah? Kepunahan mereka telah memengaruhi ekosistem, menghilangkan peran mereka dalam penyebaran biji dan regenerasi tanaman di lingkungan alami mereka.
-
Kenapa Orangutan terancam punah? Orangutan, spesies kera besar Asia yang unik, kini menghadapi ancaman kepunahan karena kehilangan habitat secara dramatis, pembunuhan ilegal, dan kebakaran hutan.
-
Apa penyebab utama kepunahan manusia? Tiga faktor ini menjadi penyebab utama dari prediksi kepunahan di masa depan: Efek Kontinentalitas: Ketika daratan yang luas terbentuk, banyak wilayah akan jauh dari efek pendinginan laut, yang dikenal sebagai efek kontinentalitas. Hal ini akan menyebabkan suhu daratan lebih tinggi. Matahari yang Semakin Terang: Dalam beberapa ratus juta tahun ke depan, matahari akan menjadi lebih terang, memancarkan lebih banyak energi yang pada gilirannya meningkatkan suhu Bumi. Peningkatan CO2: Aktivitas vulkanik yang meningkat karena pergerakan tektonik akan melepaskan lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer, menjebak panas dan meningkatkan efek rumah kaca.
Harimau Sumatera
Tahukah anda jika saat ini populasi Harimau Sumatera semakin menurun? Jumlah populasi hewan gagah ini terancam punah karena mati ataupun karena perburuan yang sadis.Forum Harimau Kita (FHK) melansir hewan dengan nama latin Panthera Tigris Sumatrae itu diperkirakan berjumlah sekitar 250 ekor. Padahal data 1978 jumlahnya mencapai 1.000 ekor. Namun sembilan tahun kemudian, pada 1987 populasinya berkurang menjadi 500 ekor. Jumlah itu bertahan selama 5 tahun, 1992, lalu kembali turun menjadi 250 ekor pada 2010.Sementara itu, data World Wildlife Fund (WWF) menyebut satwa endemik Indonesia yang populasinya saat ini tersebar dalam populasi-populasi kecil di dalam dan di luar kawasan konservasi di Sumatera, itu jumlahnya antara 300 sampai 400 ekor. Jumlahnya akan terus berkurang karena perburuan dan kerusakan hutan.Ramalan WWF itu bisa jadi benar, mengingat perburuan harimau Sumatera masih terjadi hingga kini. Contohnya baru-baru ini, Tim Perlindungan Harimau Sumatera menemukan aktivitas perburuan di kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Provinsi Jambi."Berdasarkan jenis jerat aktif yang ditemukan oleh tim, pelakunya adalah pemburu harimau profesional," kata Manager Lapangan Perlindungan Harimau dan Konservasi TNKS Dina Risdianto beberapa waktu lalu.Dina melanjutkan, berdasar data hasil Operasi Sapu Jerat Tim Tiger Protection and Conservasi Unit TNKS, sementara ini mereka menemukan sebanyak 14 jerat harimau aktif tersebar di kawasan TNKS dekat perbatasan Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Dia juga meyakini bahwa pelakunya berbeda-beda dan datang dari mana saja.Alasannya, jerat ditemukan tersebar hampir merata. Bila hal itu dibiarkan, bukan tidak mungkin populasi Harimau Sumatera akan semakin menurun, mirip nasib populasi harimau Jawa atau Bali. Bayangkan saja, sepanjang 2013, mulai Januari hingga Juli, pengelola hutan telah menemukan 37 jerat harimau aktif.Lokasi penemuan jerat harimau memang tersebar di beberapa lokasi, antara lain di hutan penyangga TNKS di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi dan sisanya, tiga jerat dalam kawasan TNKS di Kabupaten Lebong, dan Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu. Kemudian ada 29 jerat di kawasan hutan produksi sekitar TNKS di Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu.
Orangutan Sumatera
Kematian orangutan Sumatera setiap tahunnya terus bertambah akibat kejamnya para pengusaha tambang & kelapa sawit. Penebangan liar yang dilakukan para pengusaha tersebut adalah yang memicu kepunahan spesies orangutan. Data International Union for Conservation of Nature (IUCN), menyebutkan populasi Orang Utan Sumatera lebih parah daripada saudaranya di Kalimantan. Orang utan diklasifikasikan sangat terancam punah.Beberapa waktu yang lalu belasan aktivis ProFauna dan Yayasan Ekosistem Lestari melakukan kampanye Ride for Orangutan di Bundaran Majestik, Jalan Gatot Subroto, Medan, Selasa (7/5). Mereka mengampanyekan penyelamatan orangutan dan hutan Sumatera.Dalam aksinya, para aktivis membawa spanduk dan poster. Tak hanya itu, sebagian di antara mereka mengenakan kostum orangutan dan melakukan aksi teatrikal yang mempertontonkan tewasnya fauna dilindungi itu. Sontak kampanye ini mendapat perhatian dari para pengguna jalan."Aksi matinya orangutan di jalanan ini menggambarkan rusaknya hutan habitat orangutan," ujar Ketua ProFauna Rosek Nursahid di Medan, Selasa (7/5).Rosek menambahkan, rusaknya hutan habitat orangutan di Sumatera juga melibatkan pihak asing. "Mereka terlibat melalui perusahaan lokal Indonesia yang bergerak di bidang perkebunan dan pertambangan. Jika ini dibiarkan, maka hutan Sumatera akan hilang total," ucapnya.Rosek menilai cepatnya kerusakan hutan di Indonesia, terutama di Sumatera, diakibatkan kebijakan pemerintah yang mendua. "Di satu sisi, pemerintah mengajak masyarakat untuk melakukan penghijauan, tapi di sisi lain pemerintah memberikan izin pengelolaan hutan," ucap Rosek Nur Sahid.
Gajah Sumatera
Data World Wildlife Fund (WWF) Indonesia menunjukkan sudah lebih dari 100 ekor gajah Sumatera (Elephas Maximus) ditemukan mati di wilayah Riau, Sumatera sejak tahun 2004. Selama tahun 2012 lalu saja, di Riau ditemukan 30 gajah mati.Angka ini ternyata terus bertambah. Tanggal 31 Mei 2013 Tim Pemasangan GPS Collar WWF-Indonesia, menemukan lagi dua gajah Sumatera mati di kawasan Tesso Nilo. Temuan dua ekor bangkai gajah tersebut, masing-masing seekor jantan dewasa di lahan konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Sektor Ukui dan seekor betina dewasa ditemukan di dalam batas wilayah Taman Nasional Tesso Nilo.Belakangan beredar foto tragis bangkai gajah Sumatera mati tanpa kepala karena dimutilasi. Binatang berbelalai endemik Indonesia yang populasinya kian menyusut tersebut dikabarkan mati karena diburu, kemudian dipotong kepalanya untuk diambil gadingnya.Pada 2012 lalu, WWF sempat mencatat 30 kasus perburuan gajah di kawasan hutan Aceh, masih di kawasan hutan Aceh Tengah--lokasi penemuan bangkai gajah jantan yang mati dengan kepala dimutilasi seperti dalam foto yang beredar kemarin. Menurut Sunarto, ada kemiripan dalam kasus yang terjadi pada 2012 lalu dengan kasus penemuan bangkai gajah kemarin.Bangkai gajah sama-sama jantan, ditemukan mati tanpa gading. Para pemburu gajah yang sadis. Rata-rata mereka profesional, makanya jarang tertangkap. Cara mereka mendapatkan gading dengan membunuh gajah jantan, kemudian mengambil gadingnya. "Kalau yang buru-buru lebih sadis lagi, mereka memutilasi kepala gajah, lalu membawanya pulang. Di rumah, baru gadingnya diambil," terangnya.Kasus yang terjadi di Aceh tengah tersebut mengindikasikan bahwa pemburu ingin mendapatkan gading dengan cepat. Mereka takut perbuatanya ketahuan, sehingga mereka langsung saja memenggal kepala gajah lalu dibawa pulang. "Gading gajah ini harganya memang mahal. Kami berharap pemerintah lebih serius lagi menyelamatkan gajah Sumatera. Kami harap dibentuk lah inteligen gajah," ujarnya.
Badak Sumatera
Badak Sumatera juga dikabarkan akan segera mendekati kepunahannya. Hal itu diketahui karena telah sedikitnya spesies badak yang masih bertahan hidup di kawasan Sumatera. Untuk mencegah kepunahan badak Sumatera ini, pihak Indonesia dan Malaysia sepakat untuk melakukan kerja sama dalam mewujudkan hal tersebut.Dilansir dari Softpedia (01/05), kesepakatan yang terbentuk dari pertemuan tersebut adalah pihak Malaysia bersedia meminjamkan badak liar mereka untuk dikirim ke hutan Sumatera guna melakukan program pembuahan dengan badak asli Sumatera."Kami dan pihak konservasi badak sumatera di Indonesia akan mengusahakan persetujuan dari pihak pemerintah Malaysia untuk melakukan hal yang terbaik demi menyelamatkan spesies badak Sumatera di Indonesia," ujar Laurentius Ambu selaku perwakilan dari Sabah Wildlife Department, Malaysia.Ambu juga menambahkan jika peminjaman badak dari Malaysia oleh Indonesia ini sudah menjadi satu-satunya cara untuk menyelamatkan spesies badak Sumatera, maka hal ini sepatutnya harus dilaksanakan sedari sekarang.
Tapir Sumatera
Tapir adalah binatang asli Sumatera, namun juga bisa ditemukan di Malaysia dan Thailand. Binatang ini mempunyai ciri khas hidung panjang yang sekilas mirip dengan belalai gajah. Hewan unik ini tubuhnya berwarna hitam putih dan setiap berjalan dan setiap berjalan pasti batang hidungnya selalu menyentuh tanah.Belakangan ini populasinya semakin menurun. Binatang ini terancam punah karena adanya penebangan liar hutan-hutan oleh manusia. Sehingga hutan menjadi gundul dan mengakibatkan banjir. Akibatnya habitat-habitat binatang yang ada di hutan tersebut banyak yang mati.Dalam masalah ini, hanya Suaka Marga Satwa lah yang ditunjuk sebagai kawasan penting bagi perlindungan binatang hampir punah tersebut. Bukan hanya badak, gajah dan harimau saja yang dilindungi, tapi Tapir juga merupakan salah satu binatang satwa yang harus dilindungi karena terancam punah.
Baca juga:Setelah kerajaan macan diusik, kini gajah Sumatera dimutilasiPenampakan macan dan harimau Sumatra yang terancam punahMeramal sampai kapan harimau Sumatera bertahan?Burung Garuda kembali hidup di habitat aslinya di lereng Merapi (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Semakin kesini hewan endemik Indonesia sudah banyak yang hampir punah bahkan banyak juga yang sudah punah, seperti komodo dan harimau bali.
Baca SelengkapnyaDengan mengenal fakta-fakta orang utan, kita tidak hanya akan memperkaya pengetahuan terhadap hewan ini, tapi juga membangun kesadaran untuk melindungi mereka.
Baca Selengkapnya7 kucing liar di Indonesia yang langka dan terancam punah
Baca SelengkapnyaHutan lereng Gunung Slamet merupakan rumah bagi banyak jenis satwa langka.
Baca SelengkapnyaBerikut penampakan Ikan Pari Jawa yang telah secara resmi dinyatakan punah.
Baca SelengkapnyaMemelihara hewan liar dan eksotis menghadirkan ancaman bagi diri kita dan hewan yang dipelihara.
Baca SelengkapnyaWarga sekitar mengaku masih menjumpai keberadaan satwa macan di hutan Blora. Apakah itu benar?
Baca SelengkapnyaHewan endemik dari Pulau Sumatera ini statusnya sudah diambang kepunahan akibat perburuan liar oleh orang-orang tidak bertanggung jawab.
Baca SelengkapnyaPada awal abad ke-19 harimau ini masih banyak berkeliaran di Pulau Jawa.
Baca Selengkapnya