6 Fakta serbuk penambal tulang yang diteliti pakar UGM 15 tahun
Merdeka.com - Mungkin ini sungguh jadi kabar gembira untuk dunia medis Indonesia. Sebabnya, seorang dokter gigi dan dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ika Dewi Ana DDS., Ph.D, menemukan formula obat baru bernama Gama-CHA.
Ika mengatakan, penemuannya ini berhasil setelah melakukan penelitian selama 15 tahun. Wanita yang sudah bisa disebut sebagai pakar ini pertama kalinya memamerkan karyanya di Hotel Borobudur Jakarta, Senin (18/8).
Bagaimana ceritanya? Berikut beberapa fakta serbuk penambal tulang dan gigi karya lulusan UGM, seperti dirangkum merdeka.com, Selasa (19/8) pagi:
-
Siapa yang mengembangkan obat ini? Ahli biologi molekuler dan dokter gigi, Takahashi Katsu, telah mengembangkan obat sejenis ini untuk pertama kalinya setelah bekerja dalam bidang regenarasi gigi selama 20 tahun.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan? Menariknya, para ilmuwan baru-baru ini menemukan salah satu fosil burung terror yang diyakini menjadi yang terbesar yang pernah ditemukan.
-
Mengapa GamaWarni dikembangkan? Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa GamaWarni dibuat karena saat ini Indonesia masih menggunakan dan mengimpor pewarna sintetis untuk tekstil dalam kapasitas besar.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
Bisa perbaiki jaringan tulang dan gigi
Saat memamerkan serbuk karyanya itu, Ika menegaskan, obat yang dinamakan Gama-CHA itu mampu memperbaiki jaringan tulang dan gigi hingga identik seperti sedia kala."Mengapa dia identik? Jadi produk-produk ini memakai campuran keramik dan polimer. Gama-CHA, diproses sesuai suhu tubuh. Kristalisasinya sesuai dengan tulang. Produk ini seperti bubuk," kata Ika.
Dijual Rp 500 ribu dan bisa digunakan para dokter gigi
Ika yang juga berprofesi sebagai dokter gigi itu juga ingin menerapkan obat buatannya kepada para dokter gigi seluruh Indonesia. Bahkan obat yang berupa serbuk ini akan dijual dengan harga yang terjangkau, yakni Rp 500 ribu."Ini tujuan kita, agar lebih terjangkau di masyarakat. Nantinya para dokter gigi juga akan diterapkan produk ini," ujarnya mantap.
Lebih cepat memacu perkembangan sel dalam tubuh
Wanita yang pernah meraih gelar Ph.D dari Universitas Kyushu Jepang ini menjelaskan, produk temuannya ini lebih cepat memicu berkembangnya sel. Sebab, selama dua bulan sudah bisa terbentuk."Kalau penelitian ini, dua bulan sudah terbentuk asli. Memicu regenerasinya lebih cepat," kata dia.
Belum temukan efek samping pada tubuh
Selama penelitian, kata Ika, obat ini sudah diuji coba kepada binatang dan manusia. Maka dari itu, mahasiswa Kedokteran Gigi UGM angkatan 1987 ini yakin tidak ada efek samping dalam produknya ini."Secara teori belum ada. Ini kan sudah dicoba ke binatang kecil, besar seperti kambing dan manusia," ujar dia.
Ingin menembus target penjualan Rp 5 miliar perbulan
Menurut Ika, rencananya obatnya itu akan dipasarkan oleh perusahaan BUMN Kimia Farma. Direktur Riset dan Pengembangan Bisnis Kimia Farma, Rusdi Rosman mengatakan, pihaknya optimistis dan menargetkan penjualan hingga Rp 5 miliar per bulan."Target kita awal, dari Gama-CHA ini targetnya sebulan Rp 5 miliar. Paling strategis pakai jaringan Kimia Farma. Karena di sini ada dokter giginya," ucap Rusdi.Senada dengan Ika, Rusdi menganggap obat ini akan membantu program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) oleh pemerintah. Sebab harganya yang terjangkau dibandingkan produk lain."Ini akan membantu BPJS. Harga yang kita launching Rp 500 ribu," ujarnya.
Sudah halal dan diminati sampai negara di Timur Tengah
Direktur Riset dan Pengembangan Bisnis Kimia Farma, Rusdi Rosman mengatakan bahwa produk ini sudah diminati banyak negara di Timur Tengah. Sebabnya, negara-negara Arab tersebut meyakini kadar halal dalam produk temuan Ika ini."Ini sudah halal," kata Rusdi Rosman di lokasi yang sama.
(mdk/gib)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi, UGM tak pernah berhenti berinovasi. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah di bidang penanganan penyakit kanker
Baca SelengkapnyaIa satu-satunya perempuan Indonesia yang menang dalam Female Science Talents Intensive Tracks 2024 di Jerman.
Baca SelengkapnyaUGM berupaya mengembalikan kejayaan rempah Maluku dengan serangkaian proyek penelitian. Proyek ini bekerja sama dengan Pemda Halmahera Utara.
Baca SelengkapnyaTemuan dan hasil inovasi sejumlah warga negara Indonesia ini mendapatkan pengakuan ilmiah di kancah internasional.
Baca SelengkapnyaMahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unversitas Gadjah Mada (FEB UGM) berhasil mengolah limbah cangkang kerang menjadi semen ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaDesa Gemolong bekerjasama dengan kampus UNS untuk menciptakan inovasi pabrik susu etawa
Baca SelengkapnyaBerdiri sejak abad ke-19, toko jamu ini masih eksis bertahan hingga sekarang.
Baca SelengkapnyaIndonesia kaya akan tumbuhan tradisional yang dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan. Salah satu yang kini menjadi sorotan adalah akar bajakah.
Baca SelengkapnyaSelain 20 varian jamu siap minum, Dapur Jamu Ibu ini juga menyediakan sirup dan jamu serbuk instan.
Baca SelengkapnyaTanaman Obat Keluarga (TOGA) pada hakekatnya adalah tanaman berkhasiat yang ditanam di lahan pekarangan dan dikelola oleh keluarga.
Baca SelengkapnyaDirektur Sido Muncul, Irwan Hidayat mengatakan, selama 30 tahun Sido Muncul membangun kepercayaan kepada semua pihak, terutama industri farmasi dan kedokteran.
Baca SelengkapnyaSaintifikasi jamu menjadi lebih mudah dilakukan karena ada fasilitasi peneliti oleh Sido Muncul.
Baca Selengkapnya