Anak Trauma sampai Histeris, Warga Kota Wisata Minta TNI Ganti Rugi dan Tanggung Jawab
komplek Visalia merupakan salah satu perumahan warga yang terdampak akibat ledakan gudang amunisi TNI
komplek Visalia merupakan salah satu perumahan warga yang terdampak akibat ledakan gudang amunisi TNI
Anak Trauma sampai Histeris, Warga Kota Wisata Minta TNI Ganti Rugi dan Tanggung Jawab
Warga Kompleks perumahan Visalia Kota Wisata Cibubur mendesak TNI segera mengganti rugi atas insiden kebakaran dan ledakan Gudang Munisi Daerah (Gudmurad) Kodam Jaya yang terjadi pada Sabtu (30/3) kemarin.
Diketahui, komplek Visalia merupakan salah satu perumahan warga yang terdampak akibat ledakan hingga terpentalnya proyektil sejumlah amunisi.
Ketua RW 051 Komplek Visalia, Effendi Munawan mengatakan, insiden ledakan tersebut sangat dekat dengan rumah warganya.
Kurang lebih jarak rumah warganya dengan lokasi kejadian hanya berjarak 200 meter.
Insiden menegangkan itu bahkan didengar langsung oleh anak-anak kecil di perumahan tersebut yang meninggalkan trauma.
Belum lagi ledakan dahsyat menyisakan getaran hingga sejumlah rumah terdampak.
"Rumah kita itu semua kacanya bergetar, jadi kaca pecah jadi mengakibatkan anak menangis histeris kemudian trauma. Mereka bahkan sampai saat ini takut enggak mau kembali," ujar Effendi di salah satu cafe kawasan Kota Wisata Cibubur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (31/3).
Oleh sebab itu, Effendi bersama dengan warganya mendesak pihak TNI untuk turut bertanggung jawab atas kerusakan perumahan warga yang terdampak.
Salah satunya dengan merelokasi gudang penyimpanan munisi juga ada upaya perbaikan.
Sebab dari komplek Visalia tersebut, ada 33 rumah lebih dan masih akan bertambah dengan kerusakan yang bervariasi
"Kami sangat mengusulkan untuk evaluasi ke depan dan kami sangat mengusulkan relokasi," ucap dia.
"Pemulihan dari segi materi yang mana saat ini kita masih terus mendata yang mereka sudah menyampaikan keadaan rumah mereka. Ada yang kemasukan selongsong peluru dan lain sebagainya. Memang tidak ada korban jiwa sampai saat ini namun rumah mereka mengalami retak," sambung Effendi.
Selanjutnya, warga juga meminta kepada TNI untuk membuat program treatment mengingat banyak warga yang turut terdampak.
Hal itu juga berlaku kepada pihak Sinarmas yang merupakan pihak pengembang Komplek Visalia.
"Untuk memberikan treatment kepada masing-masing keluarga bagaimana kami bisa tinggal di lingkungan visalia, bahkan anak-anak kami juga agar bisa kembali bermain ceria," ujar dia.
Effendi menambahkan, untuk dilakukan kembali penyisiran sisa proyektil di komplek Visalia. Mengingat warga masih kerap menemukan sisa-sisa munisi yang dikhawatirkan dalam kondisi masih aktif.
"Minimal kami meminta waktu selama seminggu untuk dilakukan penyisiran kembali," tutupnya.
Kepala Staff TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Maruli Simanjuntak mengatakan, lahan Gudmurad sudah dibangun sejak tahun 80'an. Sementara setelahnya dibangun gudang penyimpanan munisi.
"(Gudang munisi) tahun 2000-an. Ini (kawasan Gudmurah) dari tahun 1987. Masih bagus, masih tahun 2000," kata Maruli kepada wartawan, Minggu (31/3).
Seiring dengan berjalannya waktu, Maruli mengungkapkan, kawasan Gudmurad mulai dibangun perumahan warga. Hingga akhirnya berdekatan langsung dengan pemukimam warga.
Namun menurut dia fenomena tersebut tidak hanya terjadi di Gudmurad saja, tapi di beberapa komplek TNI lain juga terbangun fenomena serupa.
"Sebetulnya kan yang merapat itu kan perumahan. Kita dari zaman dulu sudah ada di sini, gitu. Itu sama lah, semua komplek-komplek militer tuh akhirnya jadi mendekat masyarakat," jelas Maruli.
Beruntung, dari insiden ledakan malam sore jelang mal kemarin, tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Hanya sejumlah proyektil munisi bertebaran ke pemukimam warga hingga merusak bagian atap dan sebagainya.
Atas hal itu juga, nantinya bakal ada evaluasi salah satunya dengan merlokasi laham Gudmurad.
"Ya ada kemungkinan semua adalah, pasti ada nanti jadi hasil evaluasi," ucap Kasad.
"Secara keamanan kita sudah cukup bagus, nanti kita lihat lagi, mungkin itu dari segi gangguan, atau risiko-risiko lain kita akan evaluasi," sambung menantu Luhut Panjaitan itu.