Arti tumbal dan bakar kemenyan dalam ritual ngaruat
Merdeka.com - Di masyarakat Sunda ada tradisi tumbal yang menjadi bagian ritual ruatan. Dalam tradisi ini, tumbal dilakukan dengan menyembelih seekor kerbau atau kambing, kemudian kepala hewan tersebut ditanam di hulu mata air.
Tradisi ini masih dilakukan, misalnya di daerah Kabupaten Bandung Barat. Seniman yang kerap memimpin tradisi ngaruat adalah dosen tari tradisional Institut Seni Indonesia Bandung, Mas Nanu Muda.
Pria yang akrab disapa Abah Nanu mengatakan, tradisi ngaruat merupakan upacara yang penuh simbol dan makna, sebuah tradisi warisan leluhur yang mengandung kearifan lokal yang menghubungkan manusia, alam, dan penciptanya.
-
Apa makna dari kurban di Idul Adha? Berkurban mengajarkan umat Muslim untuk melatih keikhlasan dalam beribadah. Sebagai bentuk pengorbanan harta dan hewan yang dimiliki, umat Muslim diajak untuk berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan yang langsung dari manusia, melainkan hanya mencari ridha Allah SWT semata.
-
Apa itu Idul Adha? Idul Adha juga disebut sebagai Hari Raya Kurban, karena pada hari itu umat Islam yang mampu diwajibkan untuk menyembelih hewan kurban sebagai bentuk pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT.
-
Apa yang dirayakan pada Idul Adha? Idul Adha yang dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban adalah salah satu hari besar dalam kalender Islam yang dirayakan dengan penuh makna oleh umat Muslim di seluruh dunia.
-
Apa yang dirayakan di Idul Adha? Hari Raya Idul Adha menjadi salah satu momen penuh makna dan berkah bagi umat Islam di seluruh dunia.
-
Apa arti Idul Adha? Makna dari Hari Raya Idul Adha adalah mengenai pengorbanan yang dilakukan oleh nabi Ibrahim. Karena ketaatan dan keimanan yang kuat kepada Allah, Ibrahim bersedia mengorbankan putranya yang sangat dicintainya. Namun, ketika Ibrahim bersiap untuk menjalankan perintah Allah, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai pengorbanan yang diterima.
-
Bagaimana cara merayakan Idul Adha? Di waktu istimewa ini, saling berbagi ucapan menjadi hal yang tak boleh dilewatkan.
Secara harfiah, ngaruat berasal dari kata ruat yang berarti bebas atau lepas. Jadi kata ngaruat berarti membebaskan atau melepaskan. Yang diruwat adalah makhluk yang semula hidup mulia atau bahagia kemudian menjadi hina dan sengsara.
"Untuk membebaskannya ia harus diruwat, harus dibebaskan dari kesengsaraan dan kehinaan," terang Abah Nanu, kepada Merdeka Bandung.
Ngaruat kini menjadi tradisi yang mungkin asing bagi warga kota. Ritual ngaruat biasa dilakukan dengan serangkaian kegiatan, di antaranya ruat bumi dan hajat buruan seperti yang biasa dilakukan dalam acara tahunan Festival Cihideung Kabupaten Bandung Barat.
Ia memaparkan, dalam ruat bumi inilah ada ritual numbal. Numbal di sini jangan diartikan negatif, tetapi sebagai pengorbanan dengan memotong kerbau atau kambing. Kepala hewan kemudian ditanam di hulu mata air sebagai simbol dari pengokohan irigasi yang berperan besar bagi kehidupan warga di hilir.
Tradisi numbal juga mengandung pengorbanan sebagaimana yang dilakukan pada Hari Raya Idul Adha. "Tujuannya membunuh sifat-sifat buruk yang ada di dalam diri kita. Jadi menyembelih itu disimpan kepalanya, agar kepala yang disimpan kepala yang busuk," tuturnya.
Ruatan mengandung simbol penolakan terhadap bala atau malapetaka dan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat. Dalam ruatan selalu diwarnai dengan prosesi ngukus (membakar kemenyan) yang menghasilkan asap mengepul dan menimbulkan bau wangi.
Prosesi ngukus menggambarkan bentuk dari doa yang dipanjatkan; doa ini terbang seperti asap menuju langit. Doa yang baik akan menebarkan wewangian atau kebaikan. Kejahatan akan dibakar dalam tungku yang menyala.
Setelah prosesi ngaruat biasanya dirangkai dengan hajat buruan. Dalam hajat buruan ada dua hal simbolik, yakni tumpeng dan air. Tumpeng sebagai simbol dari sedekahan atau bentuk syukur masyarakat terhadap melimpahnya air dan hasil alam.
Tumpeng berwarna kuning sebagai simbol dari angin. Bahwa manusia itu seperti angin, harus memberi hawa yang sejuk. "Tapi jangan angin-anginan (tidak punya pendirian)," katanya.
Di balik tumpeng warna kuning, lanjut dia, ada nasi berwarna putih yang melambangkan air. "Air adalah berkah dari Tuhan. Air kemudian didoai untuk memberikan keselamatan dan kesuburan tanaman. Air doa dibawa ke kebun untuk menyemprot hama supaya tetap subur dan hama mati," terangnya.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka masih mempertahankan tradisi ini karena banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaTradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaKetupat tak hanya sekedar panganan bagi masyarakat di Serang, tetapi mengandung makna nilai keislaman.
Baca SelengkapnyaMelihat tradisi unik kebo-keboan yang ada di Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaPelaksanaan Upacara Memayu dan ider-ideran bertujuan sebagai bentuk penghormatan masyarakat Trusmi terhadap leluhur yang telah banyak berjasa.
Baca SelengkapnyaIdul Adha bertepatan dengan pelaksanaan haji dan tradisi kurban.
Baca SelengkapnyaDengan beragam budaya yang ada di Indonesia, setiap daerah memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Baca SelengkapnyaTahlilan digelar setiap hari hingga tujuh hari kematian.
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaSetiap wilayah di Indonesia punya caranya masing-masing dalam menyambut Hari Lebaran
Baca SelengkapnyaIntip tradisi sambut hari Maulid Nabi yang berlangsung di Pulau Sumatra setiap tahunnya.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar setiap perayaan Hari Raya Karo yang jatuh pada tanggal 15 bulan Karo dalam kalender Saka.
Baca Selengkapnya