Bahaya Berita Bohong Ancam Keutuhan Bangsa, Harus Dihentikan!
Konten negatif berupa berita bohong dan intoleransi dapat merusak keutuhan bangsa.
Penyebaran berita bohong harus dihentikan. Terlebih sudah memasuki tahun politik jangan sampai membuat situasi makin memanas.
Bahaya Berita Bohong dan Ujaran Kebencian Ancam Keutuhan Bangsa, Harus Dihentikan!
Sebaran konten negatif berupa berita bohong dan intoleransi dapat merusak keutuhan bangsa harus terus diwaspadai. Generasi muda harus berpikir kritis tidak menelan mentah-mentah informasi tersebut.
Direktur Eksekutif Komunikonten, Hariqo Wibawa Satria menjelaskan untuk menyikapi era disrupsi informasi, generasi muda harus disiapkan agar mampu menyaringnya. Setelah itu mereka bisa diajak untuk meng-counter isu-isu negatif yang seliweran.
"Ini harus dilakukan melalui banyak platform, bukan hanya di media sosial, tapi juga dengan tatap muka secara langsung, seperti di rumah ibadah dan sekolah. Baik di pertemuan online maupun offline, mereka akan terpapar dengan hal-hal seperti itu."
Menurutnya, berita bohong bukan terkait dengan otak saja, tapi juga menyangkut kecerdasan mental.
Dia menilai orang yang terlatih secara emosional tidak akan tergoda untuk menyebarkan informasi yang tidak jelas.
Ia menilali, sebenarnya pola-pola penyebaran berita bohong seperti ini sudah terjadi sejak dulu, bedanya sekarang lebih mudah untuk dilakukan dengan adanya media sosial. Lebih lanjut, Hariqo menambahkan, bahwa menangkal berita bohong dan ujaran kebencian tentunya bukan pekerjaan para pemuda saja.
Dia menambahkan, negara perlu hadir untuk memberikan dukungan secara konkret dan konsisten, sehingga semangat dan niat yang baik dari generasi muda menangkal intoleransi bisa dilakukan secara berkelanjutan.
Menurutnya, tidak perlu merumuskan rencana yang muluk-muluk, cukup dengan melakukan evaluasi terhadap yang sudah berjalan dan memperkuatnya.
"Sebenarnya kita tidak perlu membuat hal yang baru, cukup dengan memperkuat struktur dan fungsi dari organisasi-organisasi yang sudah ada. Tinggal ditambahkan bidang khusus yang memang punya tugas mensosialisasikan terkait bahaya berita bohong, fitnah, radikalisme di organisasinya masing-masing."
Pakar Komunikasi dan Media Sosial, Hariqo
Hariqo berpesan agar Indonesia memiliki proses yang serius untuk mencetak orang-orang yang tidak hanya dewasa dalam bersikap, namun juga punya resiliensi terhadap ujaran bohong serta kebencian.
"Kaum moderat masih banyak, akademisi yang cerdas, pintar, tapi belum masif main medsos untuk speak up. Ini jangan sampai terus dibiarkan."
Tanpa mengecilkan peran pemuda, katanya, jangan sampai semangat mereka untuk menjadi agen perubahan dalam menghadapi ujaran kebencian ini sifatnya sementara dan tidak jelas kelanjutannya.
Dia mendorong antara generasi muda Indonesia difasilitasi dan diajak untuk berkolaborasi dengan pemerintah setempat untuk meluaskan jaringan dan dampak positif dari agenda tersebut.
"Meskipun kalau kita lihat dari populasi Indonesia, mungkin hanya sekian orang saja yang punya pemahaman sangat radikal, karena pada umumnya masyarakat Indonesia ini moderat," tandas Hariqo.