Banjir Alkes Impor, Pabrik Alat Swab di Bekasi Menjerit
Merdeka.com - Perusahaan yang memproduksi alat kesehatan (alkes) di Kabupaten Bekasi kini mulai merasakan sulitnya mencari pasar. Karena produksi alat kesehatan seperti alat swab buatan dalam negeri tidak digunakan dan lebih memilih impor.
Akibat dari itu, perusahaan yang memproduksi alat kesehatan saat ini kondisinya terpuruk. Salah satunya PT Sri Tita Medika yang berlokasi di Desa Hegarmukti, Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi.
"Memang kondisi saat ini perusahaan sedang berusaha mendapatkan pasar untuk dipasok. Tapi kondisinya saat ini banyak produk yang malah dari luar negeri, sedangkan produk dalam negeri justru tidak dipakai. Padahal secara kualitas kami lebih baik dan harganya lebih terjangkau," kata General Manager PT Sri Tita Medika, Heru Purnomo, Kamis (18/11).
-
Di mana produk-produk itu dijual? Sebuah studi baru mengungkapkan adanya ratusan produk kosmetik yang mengandung bahan terlarang. Pada hari Rabu, European Chemicals Agency (ECHA) merilis temuannya setelah menyelidiki hampir 4.500 produk kosmetik di 13 negara Eropa.
-
Apa saja jenis produksi yang ada? Beberapa jenis produksi antara lain adalah:
-
Apa yang diproduksi Pabrik Kesono? Saat itu, pabrik tenun ini memproduksi sarung, handuk, kain perempuan, hingga pesanan seragam dari KNIL (tentara kerajaan Hindia Belanda).
-
Bagaimana cara memilih produk lokal? Megel juga menyebutkan sederet brand lokal yang memiliki kualitas sangat baik. Misalnya saja Le Minerale dari kategori air mineral. Ia pun menegaskan agar masyarakat lebih teliti dalam memilih produk tersebut. Terlebih banyak produk asing yang brandingnya menampilkan seolah-olah mereka adalah produk lokal.
-
Kenapa Jokowi prihatin dengan dominasi impor teknologi? Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya transformasi Indonesia dari konsumen menjadi produsen dalam industri teknologi global. Jokowi prihatin atas dominasi impor dalam penggunaan perangkat teknologi di Indonesia, dengan nilai impor yang mencapai lebih dari Rp30 triliun.
-
Bagaimana Pabrik Kesono berkembang? Saat semakin berkembang, pabrik ini punya PLTA dari sungai yang tak jauh dari pabrik.
Heru juga menyayangkan banyak pihak yang lebih memilih menggunakan produk impor untuk kebutuhan tes PCR maupun antigen. Bahkan, alat impor itu digunakan oleh BUMN yang bergerak di bidang transportasi, seperti di stasiun dan bandara.
"Kami juga memohon kepada Bapak Presiden Joko Widodo untuk memperhatikan dan memberikan instruksi kepada yang di bawah untuk mengetahui peraturan terkait penggunaan produk dalam negeri yang tertuang dalam Kepres Nomor 12/2021 dan Nomor 15/2021. Ini perlu dilakukan agar penggunaan produk lokal bisa lebih diperhatikan lagi dan dijalani di lapangan," katanya.
Perusahaan yang berdiri sebelum Covid-19 mewabah di Indonesia ini sebenarnya mampu memproduksi alat swab hingga 25 juta unit per bulan. Namun kenyataanya, kata Heru, dari 5 juta alat kesehatan yang diproduksi hanya ratusan ribu hingga satu juta saja yang terdistribusi.
Dampak dari persoalan tersebut, pihak manajemen perusahaan terpaksa mengeluarkan kebijakan untuk merumahkan karyawannya. Heru berharap pemerintah menunjukkan keberpihakkannya kepada pengusaha lokal.
"Jika tidak adanya pasar yang adil dalam mendistribusikan produk kami, maka masalah itu akan berbuntut pada kesejahteraan karyawan. Mau tidak mau kami harus memangkas gaji dan merumahkan beberapa karyawan karena kondisi finansial perusahaan perlu diselamatkan," katanya.
Owi Indra, salah seorang pekerja di PT Sri Tita Medika meminta kepada manajemen perusahaan agar memperhatikan nasib karyawan yang telah dirumahkan tanpa dipanggil kembali. Aspirasi itu ia sampaikan saat menggelar aksi demo bersama teman-temannya di depan perusahaan pada Rabu (17/11) kemarin.
"Kami mohon kepada pihak manajemen perusahaan untuk memperhatikan nasib kami kedepannya dan juga teman-teman kami yang sudah dirumahkan. Memang sekarang katanya banyak produk yang dipakainya itu yang impor padahal kan di kami ada. Maka kami juga berharap Pak Presiden Jokowi mendengar supaya bisa mengutamakan produksi alat kesehatan dalam negeri ketimbang alat kesehatan impor," ungkapnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemenperin mencatat angka perusahaan alat kesehatan dalam negeri mencapai 1.199.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, alat kesehatan di Indonesia masih didominasi impor.
Baca SelengkapnyaHarga produk impor lebih murah dengan kualitas yang hampir setara, membuat produk lokal kalah saing di pasar dalam negeri.
Baca SelengkapnyaDengan murahnya barang impor itu, banyak pelanggan beralih. Alhasil, semakin banyak produk impor yang masuk ke Indonesia berdasarkan pada permintaan tadi.
Baca SelengkapnyaDengan keberadaan produk alat kesehatan buatan dalam negeri nantinya bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaSaat ini juga terjadi kendala terkait dengan up to date dari bahan baku.
Baca SelengkapnyaKhusus industri minuman, Kemenperin menargetkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bahan baku menjadi 25 persen.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menyebut anjloknya kinerja tekstil domestik dan PHK massal akibat dari serbuan barang impor.
Baca SelengkapnyaBicara pakaian bekas, Indonesia jadi tempat 'buangan' seperti Nigeria. Kok bisa?
Baca SelengkapnyaKelangkaan benang sudah berlangsung selama tiga pekan terakhir.
Baca SelengkapnyaDampak buruk pelemahan rupiah karena tingkat importasi obat-obat-obatan di Indonesia masih relatif tinggi.
Baca SelengkapnyaIndustri petrokimia dalam negeri juga semakin diberatkan dengan pencabutan Larangan dan Pembatasan (Lartas) impor bahan baku plastik.
Baca Selengkapnya