Bayi Prematur di Tasikmalaya Meninggal Usai Dijadikan Konten, Begini Penjelasan Dokter Anak
Dikatakan bahwa foto dan video dikirimkan pihak klinik pada Kamis (16/11) atau setelah bayi sudah meningga dunia
Ibu dan bayi malang itu tak mendapat penanganan layak saat lahiran.
Bayi Prematur di Tasikmalaya Meninggal Usai Dijadikan Konten, Begini Penjelasan Dokter Anak
Kasus meninggalnya bayi prematur diduga akibat buruknya pelayanan klinik di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat menjadi perhatian publik.
Diketahui, foto bayi prematur itu diunggah di akun media sosial Instagram kakak dari ibu bayi Nisa Armila @nadiaanastasyasilvera.
Dalam unggahan tersebut, dimuat keterangan sebagai berikut.
“B***** !!!!!!!!!!!!! Bayi 1,5KG bukan nya di inkubator di oksigen dan di rawat secara intensif malah di foto2 video2 tanpa ada pemberitahuan ke keluarga dan ijin dari pihak keluarga !!!!!,” tulisnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat menyebut bahwa konten foto bayi yang baru lahir boleh dilakukan untuk catatan medik. Namun meski begitu foto itu tidak boleh disebarluaskan.
Terkait foto bayi meninggal yang beredar di media sosial, Uus tak bisa banyak berkomentar. Namun ia menjelaskan bahwa proses pengambilan foto harus dilakukan dengan izin dari pihak keluarga.
Penjelasan Dokter Soal Bayi Terakhir Prematur
Dokter Spesialis Anak dr. Margareta Komalasari, SpA, menjelaskan bahwa besar kecilnya usia kandungan memengaruhi risiko calon bayi terkena berbagai penyakit.
“Semakin kecil (usia kehamilan) semakin (besar) risiko untuk hipotermi, hipoglikemia, risiko infeksinya lebih besar,” kata dr. Margareta kepada Merdeka.com, Rabu (22/11).
Untuk diketahui, Hipotermia pada bayi adalah kondisi saat suhu bayi berada di bawah normal. Sementara itu, Hipoglikemia adalah kondisi gula darah yang turun di bawah nilai normal. Keduanya akan berbahaya jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Tak hanya itu, dokter Margareta menyatakan, bayi prematur perlu ditangani dengan hati-hati dan tidak boleh banyak campur tangan yang tidak diperlukan.
“Secara umum, bayi prematur memang harus handle with care. Nggak boleh penanganan yang, nggak boleh sering-sering diintervensi,” ujarnya.
Sebagai dokter, dr. Margareta akui bahwa perlakuan pihak klinik cukup aneh, sebab tidak ada alasan ataupun kepentingan jelas dalam melakukan pemotretan dengan seorang bayi dalam kondisi prematur.
“Dia itu mudah infeksi, memang harus handle with care ya, orang cuma satu setengah kilo. Memang kalau difoto-foto gitu agak aneh juga, kepentingannya apa gitu kan. Bayinya juga memang bayi khusus,” tambahnya.
Margareta menyampaikan kembali bahwa bayi prematur rentan untuk terkena infeksi. Ini karena suhu tubuh bayi yang kurang stabil dan mudah kurang gula, serta fungsi organ yang belum sempurna.
“Intinya itu tadi, harus perawatan khusus lah, karena bayi-bayi (prematur) itu rentan untuk infeksi, instabil untuk suhu tubuhnya, mudah kurang gula. (Fungsi organ) belum sempurna,” pungkas dr. Margareta.
Sebelumnya, orang tua Nisa Armila, Tati Nurhayati kepada wartawan mengatakan, bahwa foto dan video konten cucunya dikirimkan pihak klinik pada Kamis (16/11) atau setelah bayi sudah meningga dunia. Ia menduga foto tersebut diambil sebelum bayi dan ibunya diperbolehkan pulang.
"Fotonya ada tulisan turut berbahagia atas kelahiran bayi. Padahal bayinya sudah meninggal, foto itu baru dikasih." Kata Tati, nenek korban, Selasa (21/11).
Tati mengungkapkan bahwa pengambilan gambar bayi tidak diketahui oleh pihak keluarga. Dipastikan bahwa pihak klinik tidak meminta izin dari pihak keluarga dalam proses pembuatan konten foto tersebut.
Pengiriman foto dari pihak klinik diakuinya sangat membuat keluarga kesal. Apalagi foto yang berjumlah 15 dan video itu dikirim kepada anaknya sehingga kemudian mengakibatkan kondisinya semakin drop.
"Anak saya jadi drop lagi. Bayi sudah dimakamkan, dikirim foto itu. Kami sakit hati, apalagi itu tidak tahu difotonya," ungkapnya.