Belum Ada Kepastian, Begini Rencana Kebijakan Pemerintah Libur Sekolah Sebulan Selama Ramadan
Usulan libur sebulan selama Ramadan 2025 mulai dibicarakan, namun pemerintah belum mempertimbangkan dampak terhadap pendidikan dan aspek sosial.
Isu mengenai libur sekolah pada bulan Ramadhan 2025 telah menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Meskipun pemerintah belum mengeluarkan keputusan resmi, berbagai kalangan, termasuk pendidik dan masyarakat luas, mulai membahasnya.
Wakil Menteri Agama, Muhammad Syafi'i, menyatakan bahwa wacana ini memang sudah terdengar, tetapi belum ada pembahasan yang mendalam dari kementerian terkait. Beberapa pihak mendukung gagasan ini sebagai upaya untuk memperkuat pendidikan agama dan menjaga tradisi, sementara yang lainnya mengkhawatirkan dampak negatif terhadap hasil belajar siswa jika libur berlangsung selama sebulan penuh.
-
Lebaran 2025, bulan apa? Tak kalah dari warna gamis yang diprediksikan akan dimeriahkan oleh warna burgundy dan denim, lebaran 2025 pun diprediksikan akan dimeriahkan dengan trend mukena berwarna lilac.
-
Siapa yang menetapkan libur panjang di 2025? Pemerintah Indonesia telah resmi menetapkan hari libur nasional hingga cuti bersama untuk tahun 2025 mendatang.
-
Kapan libur Ramadan dimulai? Melansir dari museumkepresidenan.id, kebijakan libur selama bulan puasa sebelumnya telah diberlakukan oleh pemerintahan kolonial Belanda.
-
Kapan libur Tahun Baru 2025? Tahun Baru 2025 hanya disertai dengan satu hari libur nasional, yaitu pada tanggal 1 Januari.
-
Apa saja libur panjang di 2025? Berikut Daftar Lengkap Long Weekend 2025 Berdasarkan SKB 3 Menteri yang resmi dibagikan oleh pemerintah terdapat sejumlah tanggal merah atau hari libur yang termasuk dalam long weekend 2025.
-
Kapan Lebaran 2025? Hari Raya Lebaran pada tahun 2025 diprediksi akan berlangsung pada hari Minggu, 30 Maret 2025.
Perdebatan mengenai kebijakan libur sebulan saat Ramadhan bukanlah isu baru, mengingat bahwa kebijakan serupa pernah diterapkan pada masa Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Namun, tantangan yang dihadapi saat ini meliputi berbagai aspek seperti pendidikan, ekonomi, serta pengawasan anak selama masa liburan yang panjang. Oleh karena itu, penerapan kebijakan ini perlu dipertimbangkan dengan sangat hati-hati.
Pemerintah Belum Menetapkan
Wacana mengenai libur sekolah selama bulan Ramadhan 2025 pertama kali muncul melalui pernyataan dari sejumlah tokoh politik dan pendidik. Wakil Menteri Agama mengonfirmasi bahwa pemerintah telah mendengar isu ini, meskipun belum ada pembahasan resmi di tingkat kementerian maupun lintas sektor.
Berdasarkan informasi yang beredar, tujuan dari libur penuh selama Ramadhan adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat lebih fokus pada kegiatan keagamaan. Namun, sampai saat ini, baik Kementerian Agama maupun Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah belum mengambil langkah nyata untuk menganalisis dampak dari kebijakan tersebut secara mendalam.
Berbagai pihak mendesak agar dilakukan kajian menyeluruh sebelum kebijakan ini diimplementasikan. Hal ini sangat penting untuk mengantisipasi kemungkinan dampak negatif, seperti learning loss, yang dapat terjadi akibat jeda yang panjang dalam proses belajar mengajar.
"Kami belum bahas, tapi wacananya kayaknya ada, tapi saya belum bahas itu," ungkap Muhammad Syafi'i, seperti yang dikutip dari Liputan6 News.
Dampak pada Pendidikan: Dapat Menyebabkan Penurunan Akademik
Libur sekolah yang berlangsung selama satu bulan penuh pada bulan Ramadhan dikhawatirkan dapat mengganggu pencapaian kurikulum yang telah disusun sejak awal tahun ajaran. Banyak pendidik mengungkapkan bahwa jeda yang terlalu lama tanpa adanya kegiatan belajar formal berpotensi menyebabkan penurunan kemampuan akademik siswa.
Pemerhati pendidikan juga menekankan pentingnya menciptakan keseimbangan antara kegiatan keagamaan dan akademik. Beberapa solusi, seperti merubah jadwal belajar dengan mengurangi durasi jam pelajaran atau menyelenggarakan program pesantren kilat, dianggap lebih efektif daripada memberikan libur penuh. Di samping itu, para guru, khususnya di sekolah swasta, merasa khawatir bahwa libur panjang ini dapat berdampak pada penurunan pendapatan mereka.
Orang tua siswa yang menolak untuk membayar SPP selama masa liburan juga menjadi tantangan yang perlu diperhatikan.
"Harus dikaji secara holistik, jika libur ini hanya mengakomodir siswa beragama Islam, bagaimana siswa non muslim? Jika mereka libur, mereka tidak mendapat layanan pembelajaran. Jika mereka tetap sekolah, ini juga mendiskriminasi layanan belajar siswa muslim yang libur," jelas Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim.
Risiko yang Mungkin Terjadi Selama Libur Panjang
Libur panjang selama bulan Ramadhan memang memiliki keuntungan, namun di sisi lain juga membawa sejumlah risiko. Salah satu masalah yang paling dikhawatirkan adalah kurangnya pengawasan terhadap anak-anak selama masa liburan, terutama bagi orang tua yang masih bekerja.
Selain itu, penggunaan gadget yang berlebihan menjadi isu yang sering terjadi selama liburan panjang ini. Banyak remaja yang lebih memilih menghabiskan waktu mereka dengan bermain media sosial atau game online, yang bisa berdampak buruk pada kesehatan mental serta konsentrasi mereka.
“Guru-guru swasta di daerah khawatir, kalau liburnya full selama puasa, nanti yayasan akan memotong gajinya signifikan. Padahal kebutuhan belanja saat bulan puasa ditambah idul fitri keluarga meningkat,” tambahnya.
Bagian dari Budaya dan Tradisi
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Alkhairaat, Jamaluddin Mariadjang, memberikan dukungan penuh terhadap rencana libur selama bulan Ramadhan. Ia berpendapat bahwa kebijakan ini sejalan dengan budaya serta tradisi masyarakat Indonesia yang menekankan pentingnya pendidikan agama di bulan yang suci ini.
Dalam pandangan Alkhairaat, libur Ramadhan tidak berarti siswa tidak belajar, tetapi lebih kepada memberikan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan yang dapat membentuk karakter dan spiritualitas mereka. Kegiatan seperti tadarus Al-Qur'an dan kajian keagamaan dianggap lebih sesuai dan relevan selama bulan puasa dibandingkan dengan pembelajaran akademik yang biasa dilakukan.
Jamaluddin juga menekankan bahwa tujuan pendidikan tidak hanya terbatas pada aspek akademis, tetapi juga mencakup pembentukan akhlak dan moral siswa. Oleh karena itu, libur selama Ramadhan dapat menjadi momen yang tepat untuk mendekatkan siswa kepada nilai-nilai keagamaan serta tradisi yang telah lama ada di masyarakat.
“Sebetulnya, tidak ada pro dan kontra mengenai hal ini. Proses pembudayaan sudah berjalan lama dalam sejarah bangsa kita, jadi sebenarnya dengan meliburkan sekolah selama Ramadhan, kita kembali kepada kultur yang sebenarnya,” ucapnya, merujuk ANTARA.
Alternatif Solusi untuk Keseimbangan
Untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak, para ahli pendidikan telah mengusulkan beberapa alternatif solusi. Salah satu solusi tersebut adalah dengan melakukan modifikasi pada jadwal belajar selama bulan Ramadan, seperti mengurangi durasi pelajaran dan menyelenggarakan program pendidikan agama di sekolah. Sekolah juga bisa mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan tema Ramadan, seperti pesantren kilat atau aktivitas literasi keagamaan.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan dapat tercipta keseimbangan antara pencapaian akademis dan penguatan nilai-nilai spiritual. Pemerintah juga diharapkan segera melakukan penelitian mendalam untuk menentukan kebijakan yang paling efektif. Kerja sama antara Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan, dan pihak-pihak terkait lainnya sangat penting untuk mencapai solusi yang bermanfaat bagi semua pihak.
"Libur Ramadhan itu bukan seperti hari libur umumnya, yang dapat digunakan untuk bersantai," kata Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta Suhud Alynudin.
Apa yang menyebabkan wacana mengenai libur sekolah selama Ramadan muncul?
Wacana ini hadir untuk memberikan kesempatan bagi para siswa agar dapat lebih berkonsentrasi pada kegiatan keagamaan selama bulan suci.
Apa saja efek buruk dari libur Ramadan yang berlangsung selama sebulan?
Beberapa dampak negatif yang muncul antara lain adalah learning loss, kurangnya pengawasan terhadap anak, serta meningkatnya risiko penggunaan gadget secara berlebihan.
Apakah ada pilihan lain selain libur penuh selama bulan Ramadan?
Beberapa pilihan yang dapat dipertimbangkan meliputi pengaturan ulang jadwal belajar, pelaksanaan pesantren kilat, serta penyelenggaraan kegiatan literasi keagamaan.
Siapa yang menyetujui ide untuk memberikan libur selama Ramadan?
Organisasi seperti Alkhairaat memberikan dukungan terhadap wacana ini karena dinilai sejalan dengan budaya serta tradisi keagamaan yang ada di Indonesia.