Hizbullah Ungkap Detik-Detik Terakhir Hidup Hassan Nasrallah Sebelum Dibunuh Israel
Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah dibunuh Israel pada 27 September 2024.
Sekjen Hizbullah, Hassan Nasrallah, dibunuh Israel melalui serangan udara pada 27 September 2024. Hizbullah mengungkapkan detik-detik terakhir sebelum Nasrallah syahid dalam serangan tersebut.
Menurut pejabat senior Hizbullah pada Minggu (5/1), Nasrallah diserang Israel ketika berada di ruang kendali operasi militer kelompok perlawanan tersebut. Serangkaian serangan udara yang dilancarkan Israel pada 27 September 2024 menghancurkan beberapa bangunan di pinggiran selatan Beirut, yang mengakibatkan kematian Nasrallah. Kementerian Kesehatan Lebanon mencatat enam orang lainnya terbunuh dalam serangan tersebut.
"Yang mulia (Hassan Nasrallah) biasa memimpin pertempuran dan perang dari lokasi ini," ungkap pejabat keamanan senior Hizbullah, Wafiq Safa, dalam konferensi pers di lokasi di mana Nasrallah syahid, dilansir AP pada Senin (6/1).
Safa menjelaskan, Nasrallah meninggal di ruang kendali operasi perang, tetapi ia tidak memberikan informasi lebih lanjut mengenai kejadian tersebut. Media Lebanon juga melaporkan Safa sempat menjadi target serangan udara Israel di pusat Beirut sebelum gencatan senjata, namun ia berhasil selamat.
Dalam fase awal gencatan senjata dengan Israel, Hizbullah diwajibkan untuk memindahkan anggotanya, senjata, dan infrastruktur dari Lebanon selatan ke utara Sungai Litani, sementara pasukan Israel yang telah menginvasi Lebanon selatan diminta untuk menarik diri sepenuhnya dalam waktu 60 hari. Namun sejak gencatan senjata berlaku pada 27 November 2024, Israel telah berulang kali melakukan pelanggaran.
Lebanon dan Hizbullah mengecam serangan udara serta penerbangan Israel yang terus berlangsung di seluruh wilayah Lebanon. Mereka menilai Israel hanya menarik pasukannya dari dua dari sekian banyak desa yang selama ini dikuasai. Di sisi lain, Israel berdalih militer Lebanon belum memenuhi tanggung jawabnya untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah.
Minta Israel Menarik Diri dari Lebanon Selatan
Pemimpin Hizbullah saat ini, Naim Kassem, dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Sabtu (4/1), memperingatkan anggotanya mungkin akan melakukan serangan jika tentara Israel tidak menarik diri dari Lebanon selatan sebelum akhir bulan ini. Di sisi lain, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengungkapkan pandangan yang serupa, menekankan jika anggota Hizbullah tidak bergerak ke utara Sungai Litani dan infrastruktur mereka tetap tidak terganggu, maka situasi akan semakin memburuk.
"Jika kondisi ini tidak dipenuhi, tidak akan ada kesepakatan, dan Israel akan terpaksa bertindak sendiri untuk memastikan kembalinya warga (Israel) di utara ke rumah mereka dengan aman," kata Katz.
Safa menyampaikan Ketua Parlemen Nabih Berri, yang sedang merundingkan kesepakatan gencatan senjata dengan Amerika Serikat (AS), telah memberi tahu Hizbullah bahwa pemerintah Lebanon akan segera melakukan pertemuan dengan utusan AS, Amos Hochstein.
"Berdasarkan hasil pertemuan itu, akan ada sikap dari kami," tutur Safa.
Hochstein sendiri memimpin upaya diplomasi shuttle untuk mencapai gencatan senjata yang rapuh ini. Diplomasi shuttle adalah metode di mana seorang diplomat atau utusan khusus melakukan perjalanan bolak-balik (shuttle) antara dua atau lebih pihak yang sedang berkonflik untuk bernegosiasi dan mencari solusi, tanpa adanya pertemuan langsung antara pihak-pihak tersebut.