BNPT Bongkar Pola Serangan Terorisme di Indonesia, Lewat Gerakan Bawah Tanah Secara Sistematis
Hal tersebut disampaikan Rycko usai mengikuti peringatan tragedi kemanusiaan Bom Bali di Ground Zero atau Tugu Peringatan Bom Bali.
Hal tersebut disampaikan Rycko usai mengikuti peringatan tragedi kemanusiaan Bom Bali di Ground Zero atau Tugu Peringatan Bom Bali I di Jalan Legian, Kelurahan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (12/10) malam.
BNPT Bongkar Pola Serangan Terorisme di Indonesia, Lewat Gerakan Bawah Tanah Secara Sistematis
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT) Komjen. Pol. Rycko Amelza Dahniel mengatakan bahwa potensi ancaman terorisme di Indonesia masih selalu ada.
Hal tersebut disampaikan Rycko usai mengikuti peringatan tragedi kemanusiaan Bom Bali di Ground Zero atau Tugu Peringatan Bom Bali I di Jalan Legian, Kelurahan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (12/10) malam.
Rycko menerangkan, selama tahun 2018 hingga 2023 para terorisme mengubah serangan yang awalnya menggunakan terbuka kini menggunakan gerakan bawah tanah secara sistematis.
"Ancaman itu, sekarang sudah lebih banyak berubah, dari serangan terbuka menjadi proses gerakan bawah tanah yang sistematis. Melakukan proses rekrutmen melalui radikalisasi secara online dan offline. Kemudian melakukan pengumpulan dana, memperkuat sel-sel seperti itu," ujar Rycko..
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Rycko mengatakan maka harus membangun kesadaran publik tentang bahaya dari ideologi radikalisme tersebut.
"Yang saat ini sudah melakukan perubahan dari pola serangannya, dari serangan terbuka menjadi serangan bawah tanah. Kemudian keikutsertaan publik memahami, sehingga kita memiliki daya cegah, daya lawan, dan daya tangkal terhadap ideologi kekerasan ini, dari semua kalangan terutama generasi muda, para perempuan, anak-anak dan remaja," ujar Rycko.
Menurut Rycko, selama ini BNPT dengan Detasemen Khusus 88 telah menemukan ratusan ribu konten radikalisme dengan doktrin radikalisme. Apalagi, saat pandemi Covid-19 yang dimanfaatkan jaringan teroris tersebut.
"Tiga tahun pandemi, kita lebih banyak berkomunikasi menggunakan media online. Dalam waktu bersamaan, sel-sel ini memanfaatkan anak-anak yang belajar berkomunikasi, bersosialisasi, hampir seluruh kehidupannya menggunakan online itu dimanfaatkan dengan konten-konten radikal seperti itu. (Konten ditemukan) ratusan ribu," ujar dia.
Mendekati Pemilu dan Pilpres 2024, Rcyko mengatakan BNPT terus melakukan operasi untuk mengantisipasi jaringan teroris tersebut.
"Kami terus melakukan operasi, melakukan kesiapsiagaan nasional. Membangun public awareness untuk menciptakan resilient community. Kami melakukan monitor terhadap sel-sel jaringan itu dan para pendukungnya dan mantan napiter (napi teroris) yang ada di luar," kata Rycko.
Sementara untuk jaringan terorisme dari luar Indonesia menurut Rycko, BNPT juga terus melalukan pemantauan. Untuk mengantisipasi gerakan teroris itu, BNPT bekerjasama dengan banyak negara terutama negara di timur tengah dan lainnya.
"(Jaringan teroris dari luar) pasti ada, karena namanya jaringan. Itu kita antisipasi dengan kerjasama internasional. Kita kerjasama dengan semua negara. Terutama negara di Timur Tengah dan lainnya," kata Rycko.
Rycko menambahkan, di beberapa tempat di Indonesia ada potensi rawan teroris, namun dia enggan menyebutkannya. Untuk perhelatan Pemilu dan Pilpres, fokus BNPT adalah melindungi masyarakat dan menjaga polarisasi dengan sebaik-baiknya supaya tidak terjadi benturan, dan juga menjaga kedamaian.
Dia menambahkan bahwa jaringan teroris di Indonesia ada tetapi tidak masif dan terus dimonitor. Sementara, saat ditanya sejauh ini sudah berapa banyak teroris yang ditangkap, BNPT menyebutkan tahun ini tidak sampai 100.
"Banyak jumlahnya tidak usah disebutkan. Yang jelas penangkapan-penangkapan yang dilakukan oleh Densus 88 itu tidak pernah berhenti. Dalam tahun ini (penangkapan) tidak sampai 100," ujar Rycko.