BNPT: Mahasiswa Rentan Terpapar Radikalisme
Merdeka.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Suhardi Alius menyebutkan, paham radikalisme dan terorisme semakin mudah tersebar era kemajuan teknologi. Gadget menjadi sarana ampuh dalam penyebaran gagasan-gagasan melawan hukum itu.
Dia menyebut keberadaan mahasiswa sebagai agen perubahan menjadi penting. Mahasiswa diajak untuk bersama-sama menangkal penyebaran paham radikalisme dan terorisme.
Ajakan ini disampaikan dalam kuliah umum 'Resonansi Kebangsaan & Bahaya serta Pencegahan Paham Radikalisme dan Terorisme' yang berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Kamis (31/10).
-
Apa yang dilakukan BNPT untuk tanggulangi terorisme? “Penurunan ini sangat tajam sampai dengan 89 persen lebih, indeks potensi radikalisme dan indeks risiko terorisme juga terus menurun,“ rinci Kepala BNPT.
-
Bagaimana cara mencegah terorisme di Indonesia? Di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban terorisme ini, Anda bisa membagikan cara mencegah radikalisme di media sosial. Hal ini penting dilakukan agar tindakan terorisme bisa diminimalisir atau dihilangkan.
-
Kenapa Kemnaker ajak mahasiswa kolaborasi? 'Kita perlu kolaborasi dan sinergi untuk mendapatkan bonus demografi,' ucap Menaker saat memberikan sambutan pada Sosialisasi Pasar Kerja yang diselenggarakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jakarta, Rabu (7/2/2024) di Jakarta.
-
Apa tuntutan mahasiswa saat itu? Lahirlah apa yang dinamakan TRITURA. Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat 1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya 2. Rombak Kabinet Dwikora 3. Turunkan Harga-Harga
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
-
Apa tujuan dari program deradikalisasi? Program deradikalisasi adalah pembinaan bagi narapidana kasus terorisme (napiter) untuk menghilangkan pemahaman radikal terorisme nya.
Hampir setiap orang di Indonesia, kata dia, memiliki akses untuk menerima dan menyebarkan informasi. Bahkan, para teroris menggunakan media sosial dalam menyebarkan pahamnya.
"Salah satu target doktrin mereka adalah mahasiswa karena dianggap masih muda, emosi belum stabil, memiliki semangat tinggi dan sedang mencari jati diri. Para mahasiswa perlu kewaspadaan terhadap hal ini," ujar Suhardi.
Untuk itu lanjutnya, dibutuhkan sifat tabayyun dan kroscek setiap kali menerima informasi. Terlebih lagi saat ini, berita hoax begitu banyak beredar.
Dia juga mengajak para civitas akademika perguruan tinggi untuk berperan dalam pencegahan paham radikalisme dan terorisme. Para akademisi dapat berperan sebagai agen perubahan sekaligus memberikan koreksi konstruktif positif kepada penyelenggara negara.
Dalam kesempatan yang sama, Suhardi menegaskan jika terorisme dan radikalisme tidak boleh diidentikkan dengan agama Islam. Sebab ajaran Islam sangat menjunjung tinggi nilai persaudaraan dan perdamaian.
Dia juga mendefinisikan radikalisme dalam empat klasifikasi, yaitu intoleransi, anti pancasila dan NKRI, penyebaran paham takfiri (suka mengkadirkan orang lain saat berbeda pendapat) serta menyebabkan disintegrasi bangsa.
Sementara itu, Rektor Unsyiah Prof Samsul Rizal, memastikan tidak ada bibit radikal di kampus Unsyiah. Para mahasiswa Unsyiah fokus untuk membangun Aceh sekaligus berjuang menuju Indonesia emas di tahun 2045.
"Unsyiah adalah tempat perubahan peradaban di Aceh, sesuai dengan semangat para pendirinya," ujar Samsul.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemkot Madiun disarankan memiliki penguatan pencegahan paham radikal dan terorisme demi keamanan kota tersebut
Baca SelengkapnyaBerbagai program itu hadir untuk mewadahi generasi muda agar tidak terjadi kekosongan pengetahuan.
Baca SelengkapnyaBangbang menegaskan, BNPT terus mendukung kaderisasi kepemimpinan yang menyasar perempuan dan anak sebagai upaya perdamaian
Baca SelengkapnyaPancasila menjadi penting dibumikan khususnya bagi para generasi muda guna mencegah intoleransi
Baca SelengkapnyaKolaborasi ini merupakan wujud nyata dari kehadiran negara dalam memberikan solusi atas berbagai tantangan sosial.
Baca SelengkapnyaMa'ruf menduga kelompok ini menyasar anak muda karena masa depan bangsa ada di tangan mereka.
Baca Selengkapnya"Bahaya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja yang akan berdampak pada segala aspek kehidupan."
Baca SelengkapnyaMa’ruf menyampaikan, media sosial dapat dimanfaatkan sejumlah pihak untuk memecah belah umat.
Baca SelengkapnyaSaat ini BNPT memiliki berbagai program yang fokus membentuk kekuatan rumah tangga.
Baca SelengkapnyaMilenial dan Gen Z menyumbang 56,45%, pada peta pemilih di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaAnak-anak harus dilindungi dari ancaman intoleransi, radikalisme dan terorisme
Baca SelengkapnyaUntuk membentuk ketahanan ideologi masyarakat, salah satunya dengan mendekati dan memberi arahan kepada para takmir masjid.
Baca Selengkapnya