BPIP: Indonesia Terhindar Gempa Politik Dunia Karena Ada Pancasila
Wakil Ketua MPR, Ahmad Basarah mengajak masyarakat Indonesia di Hamburg Jerman untuk menjaga persatuan bangsa Indonesia di tanah rantau.
Wakil Ketua MPR, Ahmad Basarah mengajak masyarakat Indonesia di Hamburg Jerman untuk menjaga persatuan bangsa Indonesia di tanah rantau.
Caranya, dengan menghayati dan memegang teguh nilai-nilai Pancasila yang selama ini menjadi karakter bangsa Indonesia.
Hal itu disampaikan pada acara ‘Silaturahmi Kebangsaan: Merawat Kebhinekaan untuk Persatuan Masyarakat Indonesia di Jerman’ yang digelar Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) dan dihadiri 60 orang perwakilan diaspora.
Basarah menjelaskan, Pancasila untuk pertama kali disampaikan oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 di hadapan sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK).
Penerima penghargaan Democracy Award tahun 2020 dari Media Moeslem Choice Network ini juga menjelaskan fungsi Pancasila sebagai falsafah negara, ideologi negara, dasar dan sumber hukum.
“Para Founding Parents kita telah bersama-sama memikirkan dasar negara Indonesia merdeka dalam sidang BPUPK. Ini artinya, bagaimana negara bangsa-Indonesia ini dibangun di atas fondasi kokoh ideologi Pancasila sebagai dasar negara,” kata Basarah.
Wakil Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini juga menegaskan, Pancasila adalah perjanjian luhur bangsa Indonesia yang sudah final dan tidak bisa diubah oleh siapapun dan sampai kapanpun.
“Sebab kalau mengubah atau membubarkan Pancasila, sama saja dengan membubarkan negara kesatuan Indonesia,” tegasnya.
Basarah menambahkan, bangsa Indonesia Merdeka didirikan bukan karena persoalan mayoritas atau minoritas. Tapi bertujuan untuk mensejahterakan rakyat dan melindungi segenap tumpah darah Indonesia yang aneka ragam budaya, agama, suku, bahasa dan kekayaannya.
Gempa Politik Dunia
Senada, Darmansyah Djumala, Dewan Pakar Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengatakan, dengan Pancasila, bangsa Indonesia tetap survive, langgeng, tetap utuh bersatu meski terjadi gempa politik dunia.
Dirinya menjelaskan sejarah pergolakan dunia mulai dari berakhirnya Perang Dingin pada 1991 yang disusul dengan runtuhnya Uni Soviet dan Yugoslavia, hingga terjadinya Arab Spring pada 2011, yang membuat banyak negara Arab Timur Tengah bubar dan dilanda perang saudara.
“Tapi gempa politik tersebut tidak membuat Indonesia terpengaruh dan terpecah-belah, Indonesia tetap utuh. Karena ada Pancasila,” terangnya.
Djumala juga menunjukkan fakta sejarah bahwa pidato Bung Karno mampu menggetarkan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pidato berjudul ”To Build the World Anew” tahun 1960 tersebut telah ditetapkan UNESCO sebagai Memory of The World.
Lebih lanjut, Djumala memaparkan, ancaman ideologi transnasional terhadap ideologi Pancasila. Diingatkan Djumala bahwa ideologi transnasional tersebut bisa menyebabkan keterbelahan sosial dan bisa mencederai citra masyarakat Indonesia di luar negeri.
“Karena itu mari kita jaga dan bela negara Indonesa ini dengan menghidupkan nilai-nilai Pancasila.” ajaknya.
Djumala mencontohkan nilai-nilai Pancasila yang paling bisa dirasakan dan diaplikasikan adalah nilai gotong royong. Hampir semua kehidupan masyarakat Indonesia selalu ada nilai gotong royong.
“Bahwa nilai Pancasila sudah embedded dan built-in sudah ada dalam diri kita sebagai Bangsa Indonesia, salah satunya adalah gotong royong. Dan nilai ini sudah menjadi nilai keseharian bangsa Indonesia,” terangnya.