Buat mobil tenaga kapur, mahasiswa Brawijaya raih juara dunia
Merdeka.com - Mobil Exotric II yang digerakkan dengan menggunakan batu kapur dan direaksikan dengan larutan asam, buatan lima mahasiswa Universitas Brawijaya Malang memenangkan kompetisi Chem E-Car di Perth, Australia belum lama ini.
Ketua tim Universitas Brawijaya (UB), Dobita A Feleciana, Minggu mengatakan mobil yang dipamerkan dan diperagakan dalam kompetisi purwarupa (prototype) mobil dengan bahan bakar terbarukan yang diikuti sejumlah perguruan tinggi di Asia dan Australia ini menduduki peringkat kedua.
Kelima mahasiswa Fakultas Teknik dan mewakili UB di ajang tersebut adalah Dobita A Feliciana, Rizka Dwi Octaria, Dwi C Pujayanti, Afida Khofsoh, dan Sidiq Darmawan. "Mobil ini digerakkan dengan menggunakan batu kapur yang direaksikan dengan larutan asam," katanya, seperti dikutip dari Antara, Minggu (2/11).
-
Bagaimana karang menghasilkan kapur? Karang (koral) disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan? Menariknya, para ilmuwan baru-baru ini menemukan salah satu fosil burung terror yang diyakini menjadi yang terbesar yang pernah ditemukan.
-
Bagaimana cara batu tersebut digunakan? Batu kuno itu rupanya adalah peninggalan zaman Romawi yang dipakai menumbuk atau menggiling buah zaitun untuk diambil minyaknya.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan? Penelitian yang diterbitkan di Nature Journal mengungkap penemuan alat kayu di Air Terjun Kalambo, Zambia.
Dobita menjelaskan timnya memulai kompetisi ini dari nol. Mereka membuat mobil Exotric generasi pertama, namun hasilnya tidak maksimal karena campuran larutan batu kapur dan asam tersebut tidak mampu menghasilkan energi yang maksimal.
Namun demikian, purwarupa mobil yang diberi nama Exotric itu sempat diikutkan kompetisi internasional 3rd Chem-E-Car Indonesia Competition 2014 di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), April lalu. Saat itu mereka juga berada di posisi kedua.
Menurut dia, semua tim dalam kompetisi ini ditantang untuk membuat mobil berjalan sejauh 19 meter dengan diberi beban tambahan 10 persen dari berat mobil.
"Jadi kami harus membuat komposisi bahan bakar yang tepat agar mobil dapat berjalan sejauh 19 meter dan hasilnya, pada 1st mobil tersebut mencapai jarak 17,26 meter, bahkan saat race kedua mobil ini juga mencapai 17,68 meter, sehingga tidak terlalu sempurna," ujarnya.
Ia mengakui berangkat dari kegagalan inilah, akhirnya mereka berupaya mengembangkan lagi mobil Exotric ini. Mobil ini diperbaiki dengan mengubah sistem transfer energi, sistem pemberhentian, reaksi kimia dan rangka yang lebih kuat dan ringan.
Mobil hasil perbaikan ini selanjutnya diberi nama Exotric generasi ke dua atau Exotric II. Sementara bentuk mobilnya, mirip dengan mobil-mobilan dengan remote control.
Dobita mengemukakan prinsip kerja mobil tersebut memanfaatkan reaksi antara batu kapur dengan Hcl. Reaksi ini akan menghasilkan reaksi eksotermis, kemudian panas reaksi diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan susunan bahan semikonduktor tipe-p dan tipe-n yang disusun sedemikian rupa dan energi listrik inilah yang digunakan untuk menggerakkan motor DC dan akan ditransmisikan ke roda mobil.
"Kami memulai semuanya dari nol dengan otodidak dan kami senang dengan hasil yang kami peroleh, apalagi dalam kompetisi tersebut, kami tergolong pendatang baru, namun kami mampu mengalahkan beberapa perguruan tinggi ternama di Asia dan Australia," ucapnya.
Dalam kompetisi internasional di Australia ini, posisi UB di bawah Universitas Teknologi Petronas Malaysia dan diatas Universitas Gajah Mada (UGM) Indonesia. Perwakilan dari Indonesia yang ikut kompetisi ini dari tiga perguruan tinggi, yaitu UGM 2 mobil, ITS 1 mobil dan UB 1 mobil.
"Tujuan dari kompetisi dan keberadaan mobil purwarupa ini untuk memberi alternatif lain bahan bakar dalam mengembangkan kendaraan yang diproduksi secara massal, apalagi bahan baku batu kapur di wilayah Malang ini cukup melimpah, terutama di Malang selatan," tegasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Program Shell Eco-Marathon sukses menjadi wadah mahasiswa Indonesia untuk berinovasi!
Baca SelengkapnyaMahasiswa Teknik Mesin Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Serang Banten mengenalkan mobil hemat energi karya mereka
Baca SelengkapnyaKonversi untuk dua tipe mobil jip dan minibus dari mesin konvensional ke listrik itu telah menghabiskan biaya Rp700 juta.
Baca SelengkapnyaMahasiswa Indonesia dari berbagai Perguruan Tinggi di tanah air meraih prestasi gemilang di Shell Eco-marathon Asia-Pacific and the Middle East 2024. Yuk simak!
Baca SelengkapnyaSpektronics, prototype mobil canggih yang bisa jalan karena reaksi tekanan udara ini menjuarai ajang bergengsi di Amerika Serikat. Karya anak bangsa mendunia.
Baca SelengkapnyaMobil listrik Titen meraih juara ketiga pada ajang Shell Eco Marathon Asia Pasific and Middle East 2023 di Sirkuit Mandalika pada 4-9 Juli 2023 lalu.
Baca SelengkapnyaTim Horas USU ikut kompetisi kendaraan hemat energi di Sirkuit Mandalika, ini keunggulannya.
Baca SelengkapnyaMobil jenis ini juga dianggap lebih hemat dalam jangka panjang karena tidak memerlukan bahan bakar minyak (BBM).
Baca SelengkapnyaTaruna AAL Sabet Medali Emas dan IYSA Special Award Dalam Ajang NASPO 2023
Baca SelengkapnyaMasih ingat dengan sosok Aryanto Misel? Ia merupakan penemu bahan bakar dari air yang sempat mengemparkan publik.
Baca SelengkapnyaKereta kampus ini menggunakan tenaga dari mesin diesel dan listrik, menggabungkan teknologi KRD dan KRL.
Baca SelengkapnyaBahan bakar yang dihasilkan oleh Muryani dari limbah plastik itu dinamakan BBM Plast.
Baca Selengkapnya