Buzzer Diminta Setop Sebarkan Info Sesat Ganggu Perdamaian
Merdeka.com - Aktivis Media Sosial, Enda Nasution mengingatkan agar buzzer atau pendengung mampu mengelola dan menyebarkan informasi positif dalam upaya menjaga perdamaian. Jangan sampai cap yang melekat buzzer dianggap kerap menyebarkan informasi berbau hoaks.
"Perlu diingat bahwa menyebarkan informasi yang bisa menyesatkan dan memecah persatuan bukan saja melanggar hukum, tapi juga jahat dan melanggar hukum agama. Sudah seharusnya mereka berhenti melakukan itu dan menggunakan kemampuan menyebarkan informasi positif demi menjaga perdamaian," kata Enda dalam keterangannya, Minggu (13/10).
Menurut Enda, masyarakat pengguna media sosial yang cerdas dan rajin bisa membuat buzzer penyebar fitnah tidak ada lagi di Indonesia. Karena dengan kecerdasan yang dimiliki masyarakat maka tidak ada lagi ruang untuk mereka bisa memanipulasi informasi atau memprovokasi masyarakat dengan informasinya.
-
Siapa yang memanfaatkan jasa buzzer? Awalnya, buzzer lebih sering digunakan sebagai strategi pemasaran untuk mempromosikan produk atau merek tertentu.
-
Mengapa buzzer berperan penting di media sosial? Buzzer memiliki peran utama dalam dunia media sosial dan pemasaran digital.
-
Bagaimana buzzer bekerja di media sosial? Buzzer bekerja secara virtual melalui akun media sosial. Mereka dapat bekerja sama dengan Key Opinion Leaders (KOL) yang memiliki banyak pengikut di media sosial untuk meramaikan isu yang sedang viral. Buzzer dan KOL bekerja dengan sistem yang terorganisasi dengan baik dan mampu menciptakan traffic isu yang sedang populer di media sosial.
-
Apa yang dilakukan buzzer dalam politik? Dalam konteks politik, buzzer sering digunakan oleh tokoh atau kelompok politik untuk melakukan kampanye di media sosial dan memenangkan kontestasi politik. Mereka dapat menggunakan opini dan tagar yang sama untuk menyuarakan kampanye atau promosi berskala besar. Namun, perlu diingat bahwa tidak jarang kampanye yang dilakukan oleh buzzer juga mencoba menjatuhkan kredibilitas lawan politik.
-
Apa dampak negatif buzzer? Buzzer dapat memanipulasi opini publik dengan menyebarkan informasi yang tidak akurat, menyesatkan, atau berbahaya.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
"Sehingga perilaku kita yang menggunakan media sosial secara bijaklah yang utama jangan mau diprovokasi, jangan menjadi user yang malas. Harus rajin dan sadar bahwa ini ada perang opini di dunia maya," tuturnya.
Enda menjelaskan bahwa selama ini ada semacam kesalahan persepsi tentang buzzer. Definisi buzzer itu sebenarnya adalah akun-akun tanpa identitas yang jelas, tapi punya misi, tugas ataupun kesukarelaan untuk menginfokan tentang informasi-informasi yang dimiliki.
"Latar belakang motivasinya bisa memotivasi ekonomi, dibayar atau juga bisa motivasi ideologis atau prereferensi untuk atau relawan mendukung sebuah isu atau kampanye tertentu. Ini yang saya katakan sebagai buzzer. Karena memang istilahnya itu nge-buzz yang tidak jelas di mana kita hanya ramai, tapi kemudian tidak ada informasi yang yang kredibel, sumbernya dari mana, kita tidak bisa tahu," jelasnya.
Namun demikian, lanjut Enda, para masyarakat yang misalnya mendukung atau melakukan hal menyebarkan informasi yang sama, tentunya akan mempertaruhkan reputasi dan kredibilitasnya kalau menggunakan nama yang benar atau valid.
"Tapi ada reputasi atau kredibilitas yang dipertaruhkan di situ. Jadi tidak bisa seenaknya. Karenanya informasinya mau tidak mau tetap harus dicek atau minimal dia harus dapat informasi yang bisa dipertanggung jawabkan. Nah itu pembedaan yang utama, karena sekarang ini semua orang yang menyebarkan tentang informasi sesuatu disebut sebagai buzzer. Menurut saya di situ ada yang salah persepsi," kata pria yang juga Koordinator Gerakan #BijakBersosmed.
Dikatakan alumni Teknik Sipil ITB ini, karena munculnya ruang informasi publik yang baru ini maka konsumsi informasi akhirnya terpaksa harus ada supply-nya. Hal ini yang membuat masyarakat Indonesia dan juga para profesional komunikasi akhirnya belajar bagaimana caranya meraih para konsumen informasi yang ada di media sosial. Dan salah satu metodenya adalah menggunakan para influencer dan buzzer ini.
Namun yang menjadi masalah, menurutnya, buzzer ini bisa dengan mudah dan tanpa konsekuensi dalam menyebarkan informasi yang salah atau memang sengaja dibuat salah, disinformasi. Untuk itu salah satu cara untuk melawannya adalah masyarakatnya harus makin cerdas dan makin pintar.
"Ini hubungannya dengan literasi digital. Yang utama memang masyarakat Indonesia harus lebih rajin mencari sumber informasi yang benar, jangan mau gampang terpercaya dengan informasi yang beredar di media sosial," tuturnya.
Untuk itu ketika mendapat informasi masyarakat juga diminta tidak mudah emosi, terkejut, heran, gampang terpancing, terprovokasi yang berakibat lalu ikut menyebarkan lagi informasi itu ke sekelilingnya. Karena hal tersebut yang diinginkan oleh para buzzer atau pembuat hoax ini.
"Dengan cara begitu kita bisa melawan informasi yang salah dengan efektif dan kemudian ke depan makin menurun aktivitasnya, tidak bisa lagi hanya sekedar menyebaran informasi atau fitnah yang tidak jelas, apalagi cara-caranya kasar," tuturnya.
Dirinya juga meminta kepada aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan tegas terhadap para penyebar fitnah atau hoaks. "Penegakkan hukum menjadi salah satu faktor yang penting agar ada efek jera, sehingga tidak lagi terus menerus masyarakat dibombardir oleh hoaks dan disinformasi," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Buzzer sering dikaitkan dengan orang yang membuat pencitraan.
Baca SelengkapnyaBuzzer adalah sekelompok orang yang menyebarkan informasi, sering kali melalui platform media sosial untuk mempromosikan ide, produk, atau yang lainnya.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia istilah ini mulai populer setelah pemilu tahun 2019.
Baca SelengkapnyaMenkominfo Wanti-Wanti Buzzer, Bakal Tindak Tegas Konten Rendahkan Martabat Orang
Baca SelengkapnyaPolisi memantau dan mendeteksi konten-konten hoaks yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca SelengkapnyaAnies berkomitmen untuk sama sekali tidak menggunakan buzzer.
Baca SelengkapnyaAkun TikTok diduga telah mengunggah video editan dari foto tangkapan layar media
Baca SelengkapnyaMenkominfo akan menertibkan akun buzzer yang menyebarkan informasi hoaks dan radikalisme.
Baca SelengkapnyaPolisi melakukan patroli siber untuk menyisir akun-akun yang menyebarkan ujaran kebencian maupun informasi hoaks.
Baca SelengkapnyaPernyataan yang disampaikan pemerintah harus lebih simpatik, mengedepankan sisi emosional.
Baca SelengkapnyaPegiat Mafindo Niken Setyawati berharap berita palsu dapat diminimalisasi mengingat calon-calon peserta pilkada kali ini jauh dari kontroversi.
Baca SelengkapnyaHoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.
Baca Selengkapnya