Cerita Agum Gumelar kritik strategi SBY tangani teroris saat jadi anak buah Megawati
Merdeka.com - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan di Kabinet Gotong Royong, Agum Gumelar, pernah mengkritik strategi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menangani teroris. Saat itu SBY menjabat sebagai Menko Polhukam.
Dia menuturkan, apa yang disampaikan SBY dalam rapat kabinet yang dipimpin Megawati kala itu bagus. Namun terlalu teoritis.
"Bagus sekali, sistematis, tapi terlalu teoritis. Saya bilang Bu Presiden ini bukan urusan saya, tapi saya pernah berkecimpung di sini. Kalau masalah teror ditangani secara konvensional seperti ini saya agak khawatir," cerita Agum dalam diskusi di kantor Persatuan Wartawan Indonesia, Jakarta, Selasa (22/5).
-
Bagaimana Agum Gumelar menjadi Perwira TNI? Jadi Perwira TNI AD Tahun 1965, berangkatlah Agum ke Magelang.
-
Apa yang dilakukan Agum Gumelar setelah reformasi? Setelah reformasi, Agum sempat menjadi Menteri Perhubungan dan Menko Polsoskam di Kabinet Gus Dur.
-
Siapa saja menteri Soekarno? Presiden Soekarno memimpin sendiri kabinet yang beranggotakan 21 orang menteri,' tulis Wahjudi Djaja dalam Kabinet-Kabinet di Indonesia.
-
Apa jabatan Try Sutrisno sebelum jadi Wapres? Saat itu, ABRI terdiri dari TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan POLRI.
-
Siapa yang menjabat sebagai Menteri Perhubungan? Karier Frans tidak berhenti sampai situ, ia juga dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Perhubungan pada tahun 1960-1973.
-
Siapa ajudan Presiden SBY tahun 2009? Komjen Rycko Amelza juga pernah menjadi ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2009.
Dia mengusulkan, teror bisa menyerang siapa dan dimana saja. Karenanya harus ditangani salah satunya dengan menguatkan intelijen.
"Teror itu terjadi kapan saja, dimana saja, dengan cara apa saja, dan terhadap siapa saja. Kalau menurut saya dalam menghadapi ancaman seperti ini, tidak ada cara lain, intelijen kita harus kuat. Data intelijen sudah bisa menjadi dasar untuk kita mencegah teror itu terjadi," jelas Agum.
Mendengar hal itu, dia pun sempat mendapat sanggahan dari Jaksa Agung dan beberapa menteri lain. Alhasil, Presiden Megawati Sukarnoputri saat itu akhirnya menyudahi perdebatan.
"Akhirnya terlalu ramai begitu, Presiden (mengatakan) setop tidak argumentasi. Akhirnya tanpa solusi. Itu hari Kamis dan di hari Minggu, bom meledak di Bali," cerita Agum.
Reporter: Putu Merta Surya PutraSumber: Liputan6.com
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
AHY sebelumnya menjabat sebagai Menteri ATR/Kepala BPN di ujung pemerintahan Jokowi periode kedua.
Baca SelengkapnyaPotret nostalgia penuh keakraban tampak dari raut wajah empat Purnawirawan Jenderal TNI beda masa. Salah satunya pernah menjabat sebagai Presiden RI.
Baca SelengkapnyaAktivis '98 Benny Ramdhani menyebut, putusan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) sudah jelas menyatakan bahwa Prabowo Subianto terlibat dalam penculikan aktivis '98.
Baca SelengkapnyaAHY menegaskan saat ini masyarakat juga masih merasakan sejumlah ketimpangan di berbagai bidang
Baca SelengkapnyaUsut punya usut, rupanya bukan hanya Jokowi, Presiden RI yang dijuluki 'Pak Lurah'.
Baca SelengkapnyaPrabowo menilai, tudingan Rocky Gerung keliru. Termasuk soal kabinet Jokowi.
Baca SelengkapnyaBacawapres Gibran Rakabuming Raka merasa bangga dan bersyukur atas pembentukan TKN ini. Menurutnya, tim ini diisi oleh orang-orang hebat
Baca SelengkapnyaMenurut Ganjar, para jenderal ini tidak satu kata antara pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Baca SelengkapnyaAgus Harimurti Yudhoyono menceritakan momen Retret Kabinet Merah Putih di Akademi Militer (Akmil) selama 24-27 Oktober 2024
Baca SelengkapnyaAgus Harimurti Yudhoyono (AHY) dilantik sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) pada hari Rabu (21/02) lalu
Baca SelengkapnyaKetua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dilantik sebagai menteri koordinator infrastruktur dan pembangunan wilayah di Istana Merdeka
Baca SelengkapnyaSBY marah melihat ada kadernya yang asyik ngobrol saat dia sedang memberikan arahan.
Baca Selengkapnya