Cerita Pilu Kulit ABG di Jember Melepuh Sekujur Tubuh Usai Mandi di Sungai, Diduga Alami Toxic Epidemologi Ecosis
A mulai merasa kulitnya melepuh usai mandi di sungai di dekat rumahnya. Karena tak kunjung sembuh, A tersebut kini dirawat intensif di RSD dr Soebandi.
Dokter masih mencari tahu pemicu kulit A melepuh.
Cerita Pilu Kulit ABG di Jember Melepuh Sekujur Tubuh Usai Mandi di Sungai, Diduga Alami Toxic Epidemologi Ecosis
Nasib malang dialami ABG berusia 14 tahun asal Jember. Kulit warga Dusun Sumberan, Desa Ambulu, Kecamatan Ambulu, itu nyaris melepuh sejak sepekan terakhir.
A mulai merasa kulitnya melepuh usai mandi di sungai di dekat rumahnya. Karena tak kunjung sembuh, A tersebut kini dirawat intensif di RSD dr Soebandi.
Dokter spesialis anak dari RSD dr Soebandi menduga A mengalami Toxic epidemologi ecosis yang gejalanya hampir mirip Stevens Johnson Syndrome (SJS).
Berdasarkan penelitian medis, SJS merupakan penyakit langka yang diduga dipicu oleh hipersensitivitas pasien terhadap reaksi alergi yang berlebihan. Sekitar 70-90 persen disebabkan karena obat dan 10 persen sisanya adalah faktor lainnya.
Tetapi dalam kasus A, belum bisa dipastikan apakah penyebab kulit melepuh murni karena mandi di sungai atau kondisi lainnya.
"Kasus anak ini cukup repot, penyebabnya ada berbagai faktor (multifactorial). Dari pengakuan ibunya dia makan ikan tongkol, tapi itu seminggu sebelum dia berenang di sungai kemudian timbul seperti sakit cacar dengan kulit melepuh disertai demam."
Kata dr Gebyar Tri Baskoro saat dikonfirmasi awak media, Selasa (16/1/2024).
@merdeka.com
Menurut pengakuan orang tua sang anak, beberapa hari sebelumnya bocah tersebut sempat mengalami demam. Karena itu, orang tuanya meminumkan obat paracetamol yang mereka beli di warung.
Setelah minum obat paracetamol, bukannya membaik, justru kulit A melepuh semakin parah dan meluas. Karena itu, orang tuanya langsung membawa A ke puskesmas terdekat. Beberapa jam kemudian, bocah A itu lalu dirujuk ke RSD dr. Soebandi untuk penanganan lebih lanjut.
Di rumah sakit terbesar di Jember itu, korban dirawat tim gabungan yang terdiri dari dokter spesialis anak dan dokter spesialis kulit. Berdasarkan observasi tim medis, kondisi pengelupasan kulit bocah tersebut cukup hebat sehingga bersifat darurat.
"Saat baru tiba, pasien anak ini mengalami dehidrasi dan penurunan kesadaran sehingga kita rawat di ICU. Sekarang kondisinya berangsur membaik dan berada di ruang isolasi bangsal anak," ujar dr Gebyar.
Saat ini, bocah tersebut masih menjalani perawatan intensif dan isolasi untuk menghindari potensi penyebaran infeksi dari kulit yang mengelupas.
Menurut dr Gebyar, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan selama perawatan, yaitu menjaga keseimbangan cairan untuk mencegah dehidrasi, mengatur suhu tubuh untuk mencegah hipotermia, dan memperhatikan asupan gizi dari makanan yang dikonsumsi.
Sementara itu, penyebab pasti dari gejala SJS masih belum diketahui dengan pasti. Dr. Gebyar menyatakan bahwa jika penyebabnya adalah obat tertentu dan pasien diberikan paracetamol, tidak akan terjadi efek apa-apa.
Terdapat juga kemungkinan bahwa SJS dapat dipicu oleh faktor seperti mandi di sungai yang kemudian menyebabkan infeksi virus atau bakteri, namun kasus semacam itu sangat jarang terjadi.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Jember dr. Hendro Soelistijono menyampaikan bahwa kondisi pasien anak tersebut kini mulai membaik. "Kulit yang melepuh sudah kering," ujar mantan direktur RSD dr Soebandi ini.
Meski penyakit yang diderita bocah tersebut belum bisa dipastikan, Dinkes Jember menghimbau agar masyarakat tidak mandi di sungai.
“Ini sebagai langkah pencegahan karena memang tidak bisa menjamin kebersihan sungai nya," kata Kadinkes.