Warga Boyolali Meninggal karena Leptospirosis, Begini Penjelasan Kemenkes
Pasien tersebut meninggal di RSUD Fatmawati, Solo, Kamis (21/3).
Seorang warga Boyolali, Jawa Tengah, dilaporkan meninggal dunia karena penyakit leptospirosis.
Warga Boyolali Meninggal karena Leptospirosis, Begini Penjelasan Kemenkes
Seorang warga Boyolali, Jawa Tengah, dilaporkan meninggal dunia karena penyakit leptospirosis. Pasien tersebut meninggal di RSUD Fatmawati, Solo, Kamis (21/3).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Puji Astuti membenarkan kasus tersebut. Dia mengatakan, hasil pemeriksaan laboratorium, pasien terkonfirmasi positif leptospirosis.
“Positif leptospirosis,” kata Puji kepada wartawan, Senin (25/3).
Tanggapan Kemenkes
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengaku telah menerima laporan warga Boyolali meninggal diduga karena leptospirosis.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pasien dinyatakan probable leptospirosis.
Nadia menyebut, pasien belum melakukan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) untuk memastikan terkonfirmasi leptospirosis.
"Belum sempat diperiksa PCR-nya tapi sudah kategori probable," ucap Nadia.
Apa Itu Leptospirosis?
Nadia menjelaskan, leptospirosis merupakan penyakit yang ditularkan melalui air seni tikus. Biasanya, kasus ini meningkat saat musim hujan dan banjir.
“Kita dapat tertular dari air yang tercemar urine tikus (mengandung) bakteri leptospira,” jelas Nadia.
Menurut Nadia, leptospirosis masuk melalui luka yang ada pada tubuh manusia. Pasien yang terpapar leptospirosis bisa mengalami gejala ringan seperti demam, gatal, hingga kuning pada mata, kaki, dan tangan.
“Gejala dengan fase berat di mana sampai terjadi perdarahan organ kita, kerusakan ginjal,” kata Nadia,