Cara Penularan Leptospirosis yang Perlu Diwaspadai saat Musim Hujan, Ketahui Cara Mencegahnya
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang dapat menular dari hewan ke manusia. Leptospirosis sering ditemui saat musim hujan.
Cara penularan leptospirosis wajib diketahui, terlebih saat musim hujan.
Cara Penularan Leptospirosis yang Perlu Diwaspadai saat Musim Hujan, Ketahui Cara Mencegahnya
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang dapat menular dari hewan ke manusia. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan flu, tetapi lebih berat dan berisiko menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan kematian.
Leptospirosis banyak ditemui di negara tropis dan subtropis, seperti Indonesia, terutama saat musim hujan yang menyebabkan banjir dan kontaminasi air dan tanah. Bagaimana cara penularan leptospirosis? Apa saja gejala dan cara mencegahnya? Berikut kami jelaskan dalam artikel ini.
-
Bagaimana leptospirosis menular ke manusia? Penularan Leptospira pada manusia umumnya terjadi melalui kontak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi dengan urin hewan yang terinfeksi, terutama tikus.
-
Apa saja gejala leptospirosis? Gejala leptospirosis dapat bervariasi dari ringan hingga parah dan sering kali mirip dengan gejala penyakit flu pada awalnya. Beberapa gejala yang umum terjadi meliputi demam tinggi, sakit kepala intens, nyeri otot dan sendi, dan kelelahan tanpa sebab yang jelas.
-
Bagaimana cara mencegah penyakit menular di musim hujan? Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk meningkatkan kewaspadaan serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan guna mencegah penyebaran penyakit-penyakit ini.
-
Kenapa leptospirosis sering muncul di musim pancaroba? Penyakit ini sering muncul pada musim pancaroba karena kondisi cuaca yang tidak menentu dan curah hujan yang tinggi dapat meningkatkan risiko terpapar bakteri Leptospira.
-
Dimana leptospirosis bisa didapat? Terakhir leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri bernama Leptospira. Penyakit ini ditularkan dari sentuhan langsung dengan genangan air atau banjir yang sudah tercemar oleh urine dari hewan yang sudah terinfeksi bakteri tersebut.
-
Siapa saja yang berisiko terkena leptospirosis? Faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terinfeksi leptospirosis adalah tinggal atau bekerja di lingkungan yang terkena banjir, kontak dengan hewan yang terinfeksi, atau menggunakan air yang terkontaminasi untuk mandi atau minum.
Cara Penularan Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang dapat menular dari hewan ke manusia. Cara penularan leptospirosis saat musim hujan melalui kontak dengan air, tanah, atau benda lain yang tercemar oleh urine hewan yang terinfeksi.
Hewan yang dapat menyebarkan leptospirosis antara lain adalah tikus, anjing, sapi, babi, dan kuda. Jika air seni atau air yang terkontaminasi masuk ke mata, hidung, mulut, atau kulit yang tidak utuh (seperti luka atau goresan), maka seseorang dapat terinfeksi leptospirosis.
Leptospirosis dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan flu, tetapi lebih berat dan berisiko menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan kematian. Oleh karena itu, penting untuk mencegah dan mengobati penyakit ini dengan segera.
Kenapa Leptospirosis sering Muncul saat Musim Hujan?
Bakteri ini dapat ditemukan pada urine atau kotoran hewan yang terinfeksi, seperti tikus, anjing, sapi, babi, dan kuda. Leptospirosis sering muncul pada saat musim hujan karena beberapa faktor, antara lain:
- Suhu yang lembap dan basah. Bakteri Leptospira dapat berkembang biak dengan baik pada suhu yang lembap dan basah. Saat musim hujan, kondisi lingkungan menjadi lebih sesuai untuk pertumbuhan bakteri ini.
- Risiko banjir yang meningkat. Banjir dapat membawa urine atau kotoran hewan yang terinfeksi ke permukaan tanah, air, atau benda lain. Hal ini meningkatkan kemungkinan kontak antara manusia dan bakteri Leptospira, terutama jika manusia terendam atau bermain di air banjir.
- Kontak yang lebih sering antara manusia dan hewan yang terinfeksi. Saat musim hujan, hewan yang terinfeksi, seperti tikus, anjing, sapi, babi, dan kuda, dapat keluar dari sarang atau kandang mereka untuk mencari tempat yang lebih kering atau aman. Hal ini membuat manusia lebih mudah bersentuhan atau digigit oleh hewan yang terinfeksi.
- Kurangnya kebersihan lingkungan dan sanitasi. Kebersihan lingkungan dan sanitasi yang buruk dapat memungkinkan bakteri Leptospira bertahan lebih lama di air atau tanah. Hal ini dapat menimbulkan sumber infeksi yang berkelanjutan bagi manusia.
Cara Mencegah Leptospirosis
- Menghindari bermain atau bersentuhan dengan air banjir. Air banjir dapat mengandung bakteri Leptospira yang berasal dari urine atau kotoran hewan yang terinfeksi. Jika terpaksa harus berada di air banjir, sebaiknya gunakan sarung tangan dan sepatu bot yang tertutup.
- Mencuci tangan dengan sabun. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dapat membantu membersihkan kuman yang mungkin menempel pada tangan. Hal ini penting dilakukan setelah beraktivitas di luar rumah, sebelum makan, atau setelah bersentuhan dengan hewan.
- Menutup luka yang terbuka. Luka yang terbuka, seperti luka atau goresan, dapat menjadi pintu masuk bagi bakteri Leptospira ke dalam tubuh. Jika memiliki luka yang terbuka, sebaiknya tutup dengan perban yang bersih dan kering.
- Menjaga kebersihan lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan dapat mengurangi populasi hewan yang terinfeksi, seperti tikus, anjing, sapi, babi, dan kuda. Hal ini dapat dilakukan dengan membersihkan rumah, selokan, atau tempat sampah secara rutin, serta menghindari menumpuk barang-barang yang tidak terpakai.
Gejala Leptospirosis
Gejala leptospirosis sangat bervariasi pada setiap penderita dan awalnya sering kali dianggap sebagai gejala penyakit lain, seperti flu atau demam berdarah. Gejala leptospirosis dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama dan fase kedua. Berikut ini adalah penjelasan panjang tentang gejala leptospirosis pada masing-masing fase:
Fase pertama. Pada fase pertama, gejala leptospirosis muncul 2 hari sampai 4 minggu setelah terpapar bakteri Leptospira. Gejala yang muncul pada fase ini antara lain:
- Demam tinggi dan menggigil. Demam merupakan reaksi tubuh untuk melawan infeksi bakteri Leptospira. Demam yang disertai dengan menggigil menunjukkan bahwa tubuh sedang berusaha meningkatkan suhu untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
- Sakit kepala. Sakit kepala dapat terjadi akibat peradangan pada selaput otak (meningitis) yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Sakit kepala juga dapat disebabkan oleh dehidrasi akibat demam, muntah, atau diare.
- Mual, muntah, dan tidak nafsu makan. Mual, muntah, dan tidak nafsu makan dapat terjadi akibat gangguan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Hal ini dapat mengurangi asupan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan tubuh untuk melawan infeksi.
- Diare. Diare dapat terjadi akibat iritasi pada usus yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Diare dapat menyebabkan dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan gangguan keseimbangan asam-basa dalam tubuh.
- Mata merah. Mata merah dapat terjadi akibat peradangan pada konjungtiva (selaput tipis yang melapisi bagian putih mata dan kelopak mata) yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Mata merah juga dapat disebabkan oleh demam atau dehidrasi.
- Nyeri otot, terutama pada betis dan punggung bawah. Nyeri otot dapat terjadi akibat peradangan pada otot yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Nyeri otot juga dapat disebabkan oleh demam atau dehidrasi.
- Sakit perut. Sakit perut dapat terjadi akibat peradangan pada hati, limpa, atau pankreas yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Sakit perut juga dapat disebabkan oleh mual, muntah, atau diare.
- Bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang saat ditekan. Bintik-bintik merah di kulit dapat terjadi akibat perdarahan kecil di bawah kulit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bintik-bintik merah ini tidak hilang saat ditekan karena bukan disebabkan oleh alergi atau infeksi virus.
Fase kedua. Setelah melewati fase pertama, sebagian penderita dapat mengalami fase kedua yang disebut dengan penyakit Weil. Fase ini muncul 1 atau 2 minggu setelah fase pertama dan menunjukkan bahwa penyakit menjadi lebih parah. Gejala yang muncul pada fase ini antara lain:
- Kulit dan mata kuning. Kulit dan mata kuning dapat terjadi akibat kerusakan pada hati yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Kerusakan hati dapat menyebabkan penumpukan bilirubin (zat kuning yang dihasilkan dari pemecahan sel darah merah) dalam darah dan jaringan tubuh.
- Gagal ginjal. Gagal ginjal dapat terjadi akibat kerusakan pada ginjal yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Kerusakan ginjal dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal untuk menyaring darah dan mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme.
- Detak jantung tak teratur. Detak jantung tak teratur dapat terjadi akibat kerusakan pada jantung yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Kerusakan jantung dapat menyebabkan gangguan pada irama, kecepatan, dan kekuatan denyut jantung.
- Masalah paru-paru. Masalah paru-paru dapat terjadi akibat kerusakan pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Kerusakan paru-paru dapat menyebabkan gangguan pada pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida dalam darah.
- Meningitis. Meningitis adalah peradangan pada selaput otak yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Meningitis dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala, leher kaku, kejang, kesadaran menurun, atau koma.