20 Kasus Leptospirosis Ditemukan di Sleman, 3 Penderita Meninggal Dunia
Kasus Leptospirosis ditemukan di Kabupaten Sleman, DIY.
Khamidah menambahkan kasus Leptospirosis bisa efektif diobati apabila pasien cepat diobati.
20 Kasus Leptospirosis Ditemukan di Sleman, 3 Penderita Meninggal Dunia
Kasus Leptospirosis ditemukan di Kabupaten Sleman, DIY. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sleman hingga Mei 2024, ada 20 kasus Leptopirosis.
Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan DKK Sleman Khamidah Yuliati mengatakan 20 kasus Leptospirosis yang terjadi di Kabupaten Sleman ini tersebar di empat kecamatan. Keempat kecamatan ini adalah Kecamatan Seyegan, Kecamatan Prambanan, Kecamatan Moyudan dan Kecamatan Cangkringan.
"Sampai pekan ke 22 atau Mei 2024, telah terjadi 20 kasus Leptospirosis. Suspek sebanyak 21," ujar Khamidah dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/6).
"Ada tiga kasus kematian karena Leptospirosis. Tiga kasus kematian terjadi di Gamping, Berbah dan Prambanan," sambung Khamidah.
Khamidah menjelaskan masa inkubasi dari Leptospirosis ini ada diangka 7 sampai 13 hari. Namun rata-rata berada diangka 10 hari.
"Gejala awal fase Leptopiremia secara umum adalah sakit kepala, rasa sakit pada otot terutama di paha, betis dan pinggang. Fase ini berlangsung selama 4 sampai 7 hari," terang Khamidah.
"Untuk fase imun, ditandai dengan demam sampai 40 derajat Celcius. Disertai dengan menggigil dan kelemahan umum. Pada fase ini dapat pula terjadi pendarahan, gejala kerusakan hati dan ginjal serta uremia dan ikretik,"
lanjut Khamidah.
merdeka.com
Khamidah menambahkan kasus Leptopirosis bisa efektif diobati apabila pasien cepat diobati. Khamidah meminta agar pasien dengan gejala Leptospirosis ini segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan agar segera mendapatkan pengobatan.
"Bagi masyarakat yang mengalami gejala demam, sakit kepala, nyeri otot betis dan paha, silakan segera periksa ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat," tutup Khamidah.